SUMBER AIR MENJADI SUMBER LISTRIK

Septia Nurkhalisa

Sumber listrik yang tersedia di Indonesia belum merata. Diantaranya adalah daerah (nama daerah yg tidak ada listrik) Wilayah tersebut berada di wilayah pedalaman yang terdapat sumber air yang melimpah. Sumber air yang melimpah dapat dimanfaatkan menjadi energi alternatif yang nantinya dapat menjadi sumber listrik di wilayah tersebut. Sebelum membahas lebih lanjut tentang bagaimana energi alternatif tahukah Anda apa itu energi alternatif? Energi alternatif merupakan istilah yang merujuk kepada semua energi yang dapat digunakan yang bertujuan untuk menggantikan bahan bakar konvensional tanpa akibat yang tidak diharapkan dari hal tersebut. Umumnya, istilah ini digunakan untuk mengurangi penggunaan bahan bakar hidrokarbon yang mengakibatkan kerusakan lingkungan akibat emisi karbon dioksida yang tinggi, yang berkontribusi besar terhadap pemanasan global.

Seperti yang kita tahu, pemanasan global yang diakibatkan karena penggunaan bahan bakar yang menghasilkan gas CO2. Gas CO2 menghalangi pantulan sinar matahari dari bumi yang sering kita kenal dengan efek rumah kaca. Oleh karena efek penggunaan sumber energi yang menyebabkan dampak buruk bagi lingkungan kita harus mencari sumber energi alternatif yang bisa mengurangi atau bahkan menghilangkan dampak tersebut. Disinilah peran energi alternatif dalam mengubah keadaan lingkungan mengurangi dampak CO2 yang membahayakan kehidupan makhluk di masa mendatang.

Energi alternatif dapat diperoleh dengan mengubah suatu energi menjadi energi lain. Hal ini sesuai dengan hukum kekekalan energi yang berbunyi “Energi dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain tapi tidak bisa diciptakan ataupun dimusnahkan (konversi energi)”. Sebagai contoh, kita dapat menciptakan energi listrik dari tenaga air. Gerakan air dapat diubah menjadi energi lain seperti energi listrik. Sebagai Negara maritim, ketersediaan air tentunya sangat melimpah di Indonesia. Dengan ketersediaan air yang cukup banyak seharusnya kita bisa memanfaatkannya secara maksimal untuk memenuhi kebutuhan kita akan kekurangan energi listrik di daerah-daerah terpencil yang tidak mendapatkan pasokan listrik.

Dalam memenuhi kebutuhan tenaga listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di Indonesia tidak hanya semata- mata dilakukan oleh PT PLN (Persero) saja, tetapi juga dilakukan oleh pihak swasta, yaitu Independent Power Producer (IPP), Tingkat konsumsi listrik per kapita warga Indonesia jauh berada di bawah Malaysia, Thailand dan bahkan Vietnam, apalagi jika dibandingkan dengan Singapura dan Brunei.  Tingkat konsumsi per kapita rata-rata masyarakat Indonesia per tahun sebesar 528,87kWh/tahun, angka ini lebih tinggi dibanding Filipina yang sebesar 494,34 kWh/tahun, Laos 338,58 kWh/tahun, Kamboja sebesar 117,64 kWh/tahun, dan  Myanmar 69,51 kWh/tahun.

Tingkat konsumsi ini lebih rendah dibanding Vietnam 1103,59 kWh/tahun, Thailand 1965,98 kWh/tahun, Malaysia 3256,35 kWh/tahun, Singapura yang mencapai 7695,91 kWh/tahun dan Brunei Darussalam 7771,79 kWh/tahun. Diperkirakan Vietnam akan meninggalkan jauh dari Indonesia  jika nanti pada th 2016 Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) pertama beroperasi di negeri yang terkenal dengan Vietnam Rose itu.

Sementara itu tingkat produksi listrik kita berdasarkan statistik yang dikeluarkan oleh PLN pada Mei 2013 untuk produksi listrik tahun 2012 termasuk pembelian dari luar PLN  sebesar  200.317,57 GWh atau 200,3 TWh. Nilai ini dibangkitkan oleh PLTU 36,8%; PLTGU 17,3%; PLTA 5,3%; PLTG 2,8%; PLT Panas Bumi 1,78%. Kemudian kumpulan pembangkit kecil (PLTD+PLTMG+PLT Surya dan angin) yang hanya menyumbang 1,7 % saja. PLN juga menyebutkan pertumbuhannya 9,2 % dari tahun sebelumnya. Sehingga penulis hitung secara ekstrapolasi pada tahun 2016 kebutuhan listrik kita akan membengkak menjadi sekitar 273,7 TWh. Dengan begitu pada tahun itu mustahil dipenuhi oleh pembangkit skala kecil seperti Tenaga Angin dan  Surya yang didengungkan oleh sekelompok masyarakat.  (Khairul Handono, 2014)

Pemerintah sedang mengupayakan penambahan kapasitas listrik sebesar 7.000 MW per tahun, atau mencapai 35.000 MW dalam 5 tahun. Dari angka 35 ribu MW tadi, IPP akan mengerjakan pembangkit dengan total kapasitas 25 ribu MW, sementara 10 ribu MW sisanya diberikan ke PLN.

Sepanjang tahun 2013, konsumsi listrik di Indonesia sebesar 188 terrawatt-hour atau TWh (rumah tangga 41 persen, industri 34 persen, komersial 19 persen, dan publik 6 persen), sedangkan kapasitas daya terpasang pembangkit listrik hanya mencapai 47.128 MW. Realisasi pertumbuhan kebutuhan listrik pada tahun 2013 mencapai 7,8 persen, dan direncanakan pada tahun 2014 ini akan menambah kapasitas daya pembangkit sebesar 3.605 MW atau meningkat 7,6 persen dibandingkan tahun 2013, sehingga total kapasitas terpasang pada akhir tahun menjadi 50.733 MW. Tambahan daya pembangkit pada 2014 tersebut berasal dari proyek percepatan 10.000 MW tahap I dan II.

Indonesia mencapai 80,51 persen atau meningkat sebesar 76,56 persen dibandingkan bawah 50 persen adalah provinsi Papua (36,41 persen), dan provinsi yang rasionya masih di bawah 70 persen antara lain NTT (54,77 persen), Sulawesi Tenggara (62,51 persen), NTB (64,43 persen), Kalimantan Tengah (66,21 persen), Sulawesi Barat (67,6 persen), Gorontalo (67,81 persen), dan Kepulauan Riau (69,66 persen).

Kondisi infrastruktur kelistrikan di Indonesia sangat memprihatinkan. Kapasitas pembangkit yang dimiliki sebesar 35,33 GW (gigawatt) untuk memenuhi kebutuhan sejumlah 237 juta jiwa. Kapasitas tersebut jauh di bawah kemampuan produksi listrik Singapura dan Malaysia. Kapasitas pembangkit di Singapura mampu memproduksi listrik sebesar 10,49 GW untuk memenuhi kebutuhan 5,3 juta penduduk. Sementara kapasitas pembangkit Malaysia sebesar 28,4 GW untuk kebutuhan 29 juta penduduk.

Krisis listrik telah merata di hampir seluruh wilayah Indonesia. Hanya pada sistem Jawa-Bali pengadaan setrum dapat dikatakan normal. Wilayah lainnya sudah terbiasa mengalami pemadaman bergilir. Krisis listrik menjadi lebih parah bila diakumulasi dengan masih terdapatnya 46% wilayah di Tanah Air yang belum mendapatkan penerangan. Untuk mengatasi kekurangan pasokan listrik secara nasional, pemerintah dan PLN mengeluarkan dua program. Kedua program itu adalah mendirikan PLTU 10.000 MW dan menetapkan target teralirinya listrik 100% di seluruh Tanah Air pada tahun 2020. Program elektrifikasi 34.000 desa yang belum teraliri listrik oleh PLN membutuhkan dana Rp20 triliun. Pemerintah hanya mampu menyediakan dana untuk program itu sebesar Rp.1,2 triliun tahun ini. ( PT Dekso Media Utama, 2014)

Dari data tersebut, kita dapat mengupayakan hal-hal yang dapat mengurangi krisis tersebut. Energi air yang bisa menjadi energi alternatif jika kita memiliki kemampuan dan kemauan untuk mengubahnya. Untuk mengubah sebuah energi kita hanya memerlukan sebuah  kemauan dan kerja keras. Banyak hal yang bisa kita lakukan dalam mengubah energi air yang melimpah, salah satu cara yang sederhana adalah dengan membuat baling-baling kicir air dengan menggunakan energi dari air yang mengalir. Di alam sekitar kita, kita mengetahui bahwa air memiliki siklus. Dimana air menguap, kemudian terkondensasi menjadi awan. Air akan jatuh sebagai hujan setelah ia memiliki massa yang cukup. Air yang jatuh di dataran tinggi akan terakumulasi menjadi aliran sungai. Aliran sungai ini menuju ke laut.

Di laut juga terdapat gerakan air, yaitu gelombang pasang,ombak, dan arus laut. gelombang pasang dipengaruhi oleh gravitasi bulan, sedangkan ombak disebabkan oleh angin yang berhembus di permukaan laut dan arus laut di sebabkan oleh perbedan kerapatan (massa jenis air), suhu dan tekanan, serta rotasi bumi.

Tenaga air yang memanfaatkan gerakan air biasanya didapat dari sungai yang dibendung. Pada bagian bawah dam tersebut terdapat lubang-lubang saluran air. Pada lubang-lubang tersebut terdapat turbin yang berfungsi mengubah energi kinetik dari gerakan air menjadi energi mekanik yang dapat menggerakan generator listrik. Prinsip kerja dari kincir air ini adalah dengan memasang papan kayu sebagai tempat mengarahkan air menuju putaran kincir. Kemudian pada kincir dipasangi turbin kecil, dan magnet. Pada kincir juga dipasangi tali karet untuk mengubungkan putaran turbin besar dan turbin kecil yang akhirnya dapat memutarkan magnet. Arus listrik yang dihasilkan dipengaruhi oleh derasnya air yang mengalir menuju putaran magnet. Semakin deras air maka semakin cepat putaran magnet. Putaran magnet yang cepat maka akan menghasilkan arus listrik yang besar. Dari arus yang dihasilkan magnet itu, kita dapat menikmati penerangan dengan memanfaatkan energi air yang diubah menjadi arus listrik Penggunaan kincir air yang sederhana dapat bisa diaplikasikan pada lingkungan dan kultur masyarakat yang sederhana. Sebagian besar daerah yang tidak mendapat pasokan listrik merupakan daerah 3T, sehingga daerah tersebut memiliki sumber daya manusia yang kurang serta akses untuk menuju daerah tersebut yang susah membuat peralatan untuk membangun pembangkit listrik yang sesuai dengan standar yang semestinya tidak dimungkinkan. Inilah yang menjadi alasan penggunaan kincir air menjadi salah satu pemanfaatan energi yang bisa dipilih.

Meskipun peralatan yang digunakan cukup sederhana namun dalam proses perakitan kincir air ini diperlukan tenaga khusus dan ahli untuk memaksimalkan proses perubahan energi mekanik menjadi energi listrik. Sebagai mahasiswa kita perlu untuk mengetahui proses pembuatan barang alternatif yang membantu meringankan beban masyarakat. Bukan berarti kita yang latarbelakangnya bukan mahasiswa tekhnik kita tidak mengetahui atau bahkan tidak paham sama sekali dengan teknologi sederhana yang sebenarnya bisa membantu masyarakat pada umumnya, karena bagi masyarakat awam mereka menganggap mahasiswa bisa melakukan apa saja untuk memajukan daerah mereka. Melalui pengabdian yang sederhana ini, kita seharusnya bisa membantu mengurus permasalahan negara yang sangat kompleks. Memecahkan masalah dengan memberi solusi mengenai masalah listrik yang menjadi kebutuhan dasar masyarakat. Meskipun listrik sangat penting dan merupakan kewajiban pemerintah untuk memenuhinya sebagai pengamalan Pancasila sila keadilan sosial karena masyarakat pada daerah yang terpencil dan tertinggal juga merupakan bagian dari masyarakat Indonesia. Daerah Indonesia yang memiliki akses baik dan infrastruktur yang layak lebih diutamakan dan semakin dikembangkan oleh pemerintah daripada daerah yang infrastruktur dan dan akses menuju daerah tersebut kurang layak. Padahal, daerah yang membutuhkan pembangunan ini memiliki sumber daya alam yang sangat memungkin untuk memajukan perekonomian warga di daerah tersebut jika dikelola dan dikembangkan lebih baik. Sumber energi yang dikembangkan terutama energi listrik dapat memacu semangat masyarakat agar selalu berkembang dan maju karena tidak ada alasan lagi bagi mereka kekurangan energi. Air dan listrik sebagai sumber utama bagi kehidupan bagi masyarakat di zaman sekarang ini dapat dipenuhi dengan mengubah energi air yang ditemui diubah menjadi energi listrik untuk memenuhi kebutuhan. Pengubahan energi gerak menjadi energi listrik yang sederhana ini bisa dilakukan dengan mudah dengan peralatan yang sederhana bagi masyarakat dapat menerapkannya dalam masyarakat sederhana.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

https://www.dekso.co.id/mengenal-krisis-dan-kebutuhan-energi-listrik-di-indonesia/

https://id.wikipedia.org/wiki/Energi_alternatif

https://id.wikipedia.org/wiki/Kekekalan_energi

https://id.wikipedia.org/wiki/Tenaga_air

https://www.ristekdikti.go.id/index.php/module/News+News/id/14367/print

Published by

Septia Nurkhalisa

saya seorang yang ingin terus belajar!!!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: