Universitas Negeri Semarang dideklarasikan sebagai Universitas Konservasi pada tanggal 12 Maret 2010 oleh Bapak Muhammad Nuh yang merupakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Visi Universitas Negeri Semarang ini sendiri sebagai Universitas Konservasi adalah menjadi Universitas Konservasi bertaraf Internasional yang sehat, unggul dan sejahtera pada tahun 2020.
Sebagai Universitas Konservasi tentu Universitas Negeri Semarang mempunyai panduan yang menjadi acuan untuk mewujudkan konservasi itu sendiri. Universitas Negeri Semarang menerapkan 7 pilar konservasi yang sudah saya sebutkan pada postingan saya sebelumnya.
Rumah Ilmu Konservasi harus bisa mewujudkan ketujuh pilar tersebut sehingga dapat mewujudkan Universitas Negeri Semarang berbasis kenservasi yang bereputasi. Dari ketujuh pilar konservasi tersebut dapat dibuat realisasi untuk mewujudkan konservasi itu sendiri. Universitas Negeri Semarang sebenarnya sudah menerapkan dan mewujudkan ketujuh pilar konservasi itu sendiri tapi belum secara maksimal. Kurangnya kesadaran dari para mahasiswa masih banyak terlihat. Contohnya setelah makan di dalam kelas masih banyak sampah yang tertinggal padahal sudah disediakan tempat sampah di dalam kelas. Di luar kelas juga sudah disediakan banyak tempat sampah yang sudah dipisahkan antara anorganik dan organik, namun masih banyak mahasiswa yang seenaknya saja membuang sampah tanpa memperhatikan mana yang organik dan anorganik. Itu hanya contoh kecil, tentu masih banyak hal yang membuat Universitas Negeri Semarang belum bisa dikatakan Universitas Konservasi seutuhnya.
Padahal maksud dari pengelompokan sampah-sampah tersebut bertujuan agar sampah organik yang kebanyakan adalah daun-daun dapat diolah lagi menjadi pupuk kompos. Di Universitas Negeri Semarang sendiri mempunyai tempat untuk mengolah sampah-sampah organik dan anorganik, tempat tersebut diberi nama rumah kompos yang di dalamnya terdapat alat untuk mengolah sampah-sampah organik (dedaunan) menjadi pupuk kompos, sedangkan sampah-sampah anorganik yang sekiranya masih bisa dimanfaatkan untuk di daur ulang akan dibuat menjadi barang-barang yang lebih bermanfaat dan bernilai ekonomis. Tapi masih sedikit mahasiswa yang mengetahui adanya rumah kompos ini.
Nah… dari sinilah peran rumah ilmu konservasi diperlukan. Seperti yang sudah saya katakan di postingan sebelumnya, diperlukan adanya sosialisasi untuk bisa lebih memperkenalkan arti dari konservasi itu sendiri serta memperkenalkan organisasi-organisasi yang bergerak di bidang lingkungan seperti rumah kompos tersebut. Dari ketujuh pilar konservasi tersebut dapat diwujudkan banyak hal yang jauh lebih bisa membuat Universitas Negeri Semarang ini menjadi Universitas yang hijau, ramah lingkungan dan tentunya peduli alam.
Oke, langsung saja saya akan menguraikan hal-hal yang dapat diterapkan untuk membuat lingkungan Universitas Negeri Semarang maupun lingkungan sekitarnya menjadi lingkungan yang lebih bersih dan bebas polusi sehingga menjadikan Universitas Negeri Semarang berbasis konservasi yang bereputasi.
7 pilar konservasi :
- Biodiversitas
Biodiversitas atau yang lebih dikenal dengan keanekaragaman hayati disini maksudnya adalah melakukan perlindungan, pengawetan serta pemeliharaan terhadap tumbuhan-tumbuhan yang ada di lingkungan. Di Universitas Negeri Semarang ini sendiri terdapat berbagai macam jenis tumbuhan hijau dan rindang yang dilindungi dan dipelihara dengan tujuan untuk mengurangi polusi dan membuat keadaan di lingkungan kampus menjadi lebih asri. Oleh karena itu Universitas Negeri Semarang sendiri membuat kebijakan bagi para mahasiswanya sejak dari semester satu untuk menanam tanaman dan wajib memeliharanya. Apabila tanaman tersebut sampai mati, maka mahasiswa wajib mengganti dengan yang baru dan memeliharanya. Hal ini dimaksudkan agar para mahasiswa lebih sadar lingkungan. Bumi kita sekarang ini sudah dilanda global warming yang bisa dikatakan parah, nah dari kegiatan kecil tersebut dapat memberikan dampak positif yang besar bagi Bumi. Bayangkan satu pohon saja mampu menghasilkan banyak oksigen dan udara bersih yang tentunya sangat diperlukan oleh makhluk hidup bagaimana jika ada ribuan pohon yang ditanam mengingat mahasiswa Universitas Negeri Semarang yang jumlahnya ribuan menanam minimal satu pohon, tentu hal ini akan sangat bermanfaat bagi lingkungan khususnya Bumi kita tercinta ini. Oleh karena itu, rumah ilmu konservasi wajib menggalakkkan sosialisasi terkait konservasi dan membuka mata masyarakat untuk lebih bisa sadar terhadap lingkungan.
- Arsitektur Hijau dan Transportasi Hijau
Arsitektur hijau disini bukanlah bangunan atau gedung yang berwarna hijau melainkan gedung yang ramah lingkungan. Ramah lingkungan disini maksudnya adalah dalam membangun gedungnya menggunakan bahan-bahan yang meminimalkan penggunaan sumber daya baru sehingga masih bisa digunakan oleh generasi mendatang. Untuk interior di dalam bangunannya sendiri menggunakan alat-alat yang ramah lingkungan dan meminimalkan penggunaan alat-alat yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan seperti AC dan alat-alat lain yang bisa merusak lingkungan. Inti dari adanya arsitektur hijau ini merupakan upaya untuk melestarikan lingkungan sehingga masih bisa dimanfaatkan oleh generasi masa depan.
Sedangkan transportasi hijau adalah transportasi yang tidak menggunakan bahan bakar yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Transportasi hijau ini lebih cenderung menggunakan generator dan tenaga listrik untuk menggerakkan mesinnya sehingga lebih efisien dan tidak menimbulkan banyak polusi.
- Pengolahan Limbah
Bukti nyata dari adanya pengolahn limbah di Universitas Negeri Semarang adalah dibangunnya Rumah Kompos yang berlokasi di belakang kolam renang Fakultas Ilmu Keolahragaan tepatnya di depan asrama putra. Rumah kompos ini bertugas mengolah limbah organik dan anorganik. Untuk limbah organik akan diolah menjadi pupuk kompos sedangkan limbah anorganik akan didaur ulang menjadi barang-barang yang bernilai ekonomis dan bermanfaat. Bukti nyata lainnya dilakukan oleh salah satu mahasiswa Fakultas Teknik, ia mengubah botol-botol bekas air mineral menjadi tempat sampah. Lalu ia menggerakkan teman-temannya untuk lebih sadar lingkungan, agar tidak membuang sampah sembarangan dan bisa memanfaatkan sampah-sampah tersebut menjadi sebuah barang yang lebih bermanfaat.
- Nirkertas
Nirkertas merupakan usaha untuk mengurangi penggunaan kertas di Universitas Negeri Semarang baik dalam pembuatan tugas, skripsi maupun kegiatan-kegiatan perkantoran lainnya. Oleh karena itu, Universitas Negeri Semarang mengubah sistem kegiatan akademik yang awalnya banyak menggunakan kertas menjadi berbasis online dengan dibuatnya Sikadu, Mulang, Sibima dan lainnya. Apabila konsumsi kertas tidak dikurangi maka dampaknya akan merugikan lingkungan. Mengingat kertas dalam pembuatannya menggunakan batang pohon sebagai bahan bakunya, jika konsumsi kertas masih banyak tentu semakin banyak pohon juga yang ditebang dan dijadikan bahan baku pembuatan kertas. Oleh karena itu, langkah yang diambil Universitas Negeri Semarang ini sudah tepat.
- Energi Bersih
Energi bersih adalah energi yang berasal dari energi terbarukan seperti panas matahari, angin, ataupun air. Energi bersih disini maksudnya adalah penggunaan energi yang tidak menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan, seperti menggunakan bahan bakar fosil untuk energi kendaraan. Energi bersih sendiri memanfaatkan energi dari alam yang bisa diperbarui. Apabila penggunaan alat-alat dalam kehidupan lebih banyak memakai energi terbarukan, tentu tidak akan mengakibatkan kerusakan lingkungan. Namun dalam prakteknya penggunaan energi terbarukan ini membutuhkan sarana dan prasarana yang canggih, di Universitas Negeri Semarang ini sendiri pemanfaatan energi bersih masih dalam tahap proses dan belum maksimal sehingga diperlukan kerja sama dengan berbagai pihak untuk bisa mewujudkan energi bersih yang ramah lingkungan.
- Etika, Seni dan Budaya
Konservasi tidak hanya di bidang lingkungan tapi juga bisa dalam bidang etika. Mengingat arti dari konservasi sendiri adalah pemeliharaan, sehingga sebagai mahasiswa dengan intelektual yang lebih dibandingkan masyarakat kita wajib menjaga sikap dan etika kita. Dari segi seni adanya Culture Village yang terdapat di Fakultas Bahasa dan Seni, Culture Village merupakan tempat untuk memamerkan karya-karya seni mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni mulai dari lukisan, pertunjukan teater dan sebagainya. Hal ini bertujuan untuk tetap menjaga dan melestarikan kesenian yang ada di Indonesia. Dari segi budaya : tidak lama ini Universitas Negeri Semarang meluncurkan tari konservasi dengan tujuan untuk melestarikan kesenian tari yang bisa dikatakan hampir punah karena tergeser oleh budaya luar seperti dance modern yang lebih diminati oleh kaum remaja.
- Kader Konservasi
Kader konservasi adalah orang-orang yang memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas mengenai konservasi yang bertugas memberikan sosialisasi kepada orang-orang yang belum mengerti benar tentang konservasi baik itu mahasiswa Universitas Negeri Semarang sendiri maupun masyarakat di sekitar lingkungan Universitas Negeri Semarang.
Dengan diterapkannya hal-hal tersebut maka UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG BERBASIS KONSERVASI YANG BEREPUTASI dapat terwujud, tentunya dengan partisipasi dari para mahasiswa dan warga Universitas Negeri Semarang sendiri melalui rumah ilmu konservasi ini.
“Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Bidikmisi Blog Award di Universitas Negeri Semarang. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan jiplakan.”
Shima Ayu Febriani (4301415026)_pendidikan kimia 2015_ rombel 01_UNNES