Budaya atau yang lebih dikenal sebagai ciri khas daerah merupakan hasil turun temurun dari nenek moyang Bangsa Indonesia. Hal ini tentu perlu digali lebih lanjut tentang asal usul kebudayaan yang belum kita ketahui secara jelas asalnya. Akan tetapi, ada hal yang lebih penting lagi. Hal tersebut adalah menjaga budaya asli Indonesia supaya tetap ada seiring berkembangnya zaman. Di era globalisasi ini, tak sedikit masyarakat Indonesia yang sudah mulai meninggalkan budaya aslinya dan lebih memilih gaya/trend bangsa Barat.

Melihat hal seperti itu, peran mahasiswa sangat ditunggu- tunggu oleh semua kalangan. Dimana, mereka berharap mahasiswa menjadi sosok pelopor Konservasi Budaya. Konservasi Budaya atau lebih dikenal sebagai pelestarian budaya merupakan langkah yang paling tepat. Langkah ini diharapkan mampu mempengaruhi sedikit banyak orang untuk tidak salah dalam berbudaya.

Universitas Negeri Semarang adalah salah satu kampus yang terus menjaga kebudayaan aslinya melalui kegiatan – kegiatan yang diadakan. Salah satunya adalah Kegiatan Guyub Rupa, kegiatan ini diadakan oleh jurusan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni . Dalam kegiatan ini, berbagai seni ditampilkan . Mulai dari seni lukis, seni musik, dan juga seni tari. Mungkin tidak semua keseniannya adalah asli Indonesia, akan tetapi seni yang ditampilkan merupakan wujud pengembangan dari budaya asli Indonesia.

Selain itu, UKM Kesian Jawa juga merupakan bagian tak terpisahkan dalam hal konservasi budaya. UKM ini merupakan unit kegiatan mahasiswa, dimana mahasiswanya benar – benar diajak untuk melestarikan kebudayaan asli Indonesia. Seni tari, seni musik bercampur jadi satu di dalamnya. Setiap mahasiswa yang bergabung dalam UKM ini diajarkan untuk menguasai satu bidang yang nantinya akan disatukan dalam sebuah kemasan karya seni di panggung hiburan.

Jelas saja, Universitas Negeri Semarang menjadi pelopor konservasi budaya di kalangan para pemuda bangsa ditengah – tengah masuknya era globalisasi. Hebat bukan ?? Apabila kita bisa mengajak lebih banyak orang untuk bergabung di dalamnya. Akan tetapi, yang terpenting kita harus terus menjaga serta mengembangkan budaya yang ada. Melalui langkah kecil, maka tujuan besarpun bisa tercapai. Konsistensi dan percaya diri merupakan komponen yang diperlukan untuk terus berkarya. Hal ini disebabkan agar tidak mudah berpengaruh dengan kebudayaan yang bukan asli Indonesia. Kita harus lebih cermat lagi dalam menyeleksi kebudayaan yang akan kita pakai.

“Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Bidikmisi Blog Award di Universitas Negeri Semarang. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan jiplakan.”

Pendidikan merupakan kebutuhan pokok bagi semua orang. Tak terkecuali, orang tua sekalipun. Dewasa ini, pendidikan dipandang sebagai sesuatu yang penting bahkan dipandang sebagai bagian hidup yang tak terpisahkan. Berkesinambungan dengan hal tersebut, pendidikan menjadi salah satu objek pengembangan ilmu yang dimiliki seseorang untuk menjadi lebih baik. Universitas Negeri Semarang adalah salah satu dari ribuan Universitas yang ada di Indonesia yang dipandang sebagai Universitas yang hebat. Dimana, universitas ini menyaranani semua kalangan untuk mengenyam pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.

Universitas Negeri Semarang atau yang lebih dikenal sebagai kampus konservasi merupakan kampus yang terletak di Desa Sekarang, Gunung Pati, Semarang. Kampus ini terdiri dari ribuan mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah. Mungkin, banyak yang belum begitu mengetahui tentang Unnes. Selain sebagai Kampus konservasi, unnes juga merupakan Kampus dengan sejuta gudang Prestasi.

Julukan Konservasi untuk Kampus ini merupakan suatu tanggung jawab yang besar. Dimana konservasi yang dimaksud dalam hal ini adalah menjaga, melestarikan, membangun, dsb. Untuk mewujudkan Unnes sebagai kampus Konsevasi diperlukan banyak aksi nyata yang mendidik. Salah satu contoh yang sederhana adalah ikut mengurangi jumlah sampah yang ada di lingkungn Unnes dengan cara membuang sampah pada tempatnya. Sederhana sih ? Tapi kenyataannya masih sedikit sekali yang peduli dengan hal sederhana itu.

Dimulai dari diri kita, untuk memberikan perubahan nyata untuk Kampus konservasi ini. Yaitu dengan memberikan contoh kepada orang lain untuk membuang sampah pada tempatnya. Hal yang mudah bukan ?? Akan tetapi diperlukan kesadaran yang benar-benar sadar dari dalam hati untuk melakukannya. Bagaimana mungkin kita tidak bisa ?? Swiss saja bisa mendapatkan gelar negara terbersih di dunia. Kenapa tidak dengan Unnes ?? Jelas saja kita harus lebih bisa. Karena seperti yang kita ketahui bahwa Unnes hanya bagian kecil dari Indonesia.

Sebuah perubahan nyata hanya akan terwujud melalui sebuah aksi. Aksi sederhana yang mampu menanggulangi sebagian kecil masalah di Kampus Konservasi ini. Gerakan satu sampah satu hari merupakan salah satu upaya nyata dalam mewujudkan Unnes sebagai kampus konservasi. Aksi ini dipelopori oleh Mahasiswa baru dari Fakultas Teknik, dia adalah Waliyudin. Mahasiswa Teknik Kimia yang berasal dari luar Jawa Tengah.Gerakan satu sampah satu hari ini, sudah dilakukan sejak hampir sebulan yang lalu. Dimana, aksi ini mengajak mahasiswa untuk meluangkan waktunya guna mengambil satu sampah atau lebih yang berserakan di jalan sekitar kampus.

1447198457662

Sekitar dua minggu yang lalu, atau lebih tepatnya saat peringatan Hari Sumpah Pemuda, Gerakan ini melakukan aksi nyatanya dengan memunguti semua sampah yang berada di linkungan fakultas teknik. Dalam aksinya ini, mereka juga mengajak seluruh mahasiswa yang pada saat itu tidak ada jam kuliah untuk ikut berpartisipasi. Hanya beberapa orang yang mau ikut terjuun langsung. Akan tetapi, itu tidak membuat mereka patah semangat. Satu persatu sampah yang ada dipungut dan dikumpulkan. Dimulai dari gedung E1 dan berakhir di depan Gedung Dekanat FT.

Aksi ini, mendapatkan tanggapan positif dari banyak pihak. Mungkin belum semua. Akan tetapi, Pelopor aksi ini yakin bahwa gagasannya akan memberikan sedikit perubahan untuk kampus konservasi. Tidak hanya berakhir di sumpah Pemuda, aksi ini terus berlanjut bagi siapapun yang berpartisipasi untuk meluangkan waktunya memungut sampah setiap harinya. “ Saya kira, dengan begini sedikit demi sedikit akan banyak mahasiswa yang ikut bergabung dalam gerakan ini”, kutip Farida Dian Arianti , salah satu partisipan dari gerakan ini.

“Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Bidikmisi Blog Award di Universitas Negeri Semarang. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan jiplakan.”


Skip to toolbar