“Mendidik adalah tanggung jawab setiap orang terdidik. Berarti juga, anak-anak yang tidak terdidik di Republik ini adalah “dosa” setiap orang terdidik yang dimiliki di Republik ini. Anak-anak nusantara tidak berbeda. Mereka semua berpotensi. Mereka hanya dibedakan oleh keadaan.” (Anies Baswedan, dalam buku Indonesia Mengajar)
Pendidikan. Satu kata yang memiliki makna luas dan sangat erat kaitannya dengan proses pembelajaran. Pendidikan berasal dari kata didik yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki definisi proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik. Namun, saat ini kata ‘pendidikan’ telah mengalami penyempitan makna. Biasanya kata ‘pendidikan’ identik dengan pendidikan formal yang hanya bisa didapatkan di bangku sekolah. Padahal sejatinya pendidikan memiliki makna yang luas serta meliputi berbagai hal, salah satunya pendidikan karakter manusia.
Mahasiswa dan Pendidikan Karakter
Mahasiswa dididik oleh institusi perguruan tinggi yang memiliki tujuan pendidikan. Secara tidak langsung, mahasiswa dituntut untuk ikut serta dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang diusung oleh institusi tersebut. Menurut Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, tujuan pendidikan nasional adalah menciptakan lulusan yang memiliki kepribadaian dan karakter yang kuat dengan dilandasi keyakinan agama yang kokoh. Karakter memiliki cakupan makna yang luas. Salah satu karakter penting yang sebaiknya dimiliki mahasiswa adalah berwawasan kebangsaan. Mahasiswa yang memiliki wawasan kebangsaan biasanya mempunyai kepekaan sosial yang tinggi terhadap permasalahan yang sedang dihadapi oleh bangsa. Tidak hanya peka, tetapi setelah mengetahui masalah yang ada biasanya dia akan melakukan upaya untuk bisa memperbaikinya.
Setelah lulus dari institusi pendidikan, mahasiswa yang memiliki wawasan kebangsaan diharapkan dapat membangun bangsa ini dengan bekal keilmuan yang telah dimilikinya. Ilmu yang didapat bukan hanya digunakan untuk memperkaya dirinya sendiri dan bukan pula digunakan untuk memajukan negara lain.
Beberapa tahun lagi mahasiswa lah yang akan menjadi pelaku pemerintahan. Karakter berwawasan kebangsaan yang terus dipertahankan akan membuat para pemimpin bangsa terhindar dari melakukan perbuatan yang merugikan negara, misalnya melakukan korupsi dan nepotisme.
Mahasiswa Mencoba Mengkritisi Pendidikan Formal
Mahasiswa bukanlah segolongan orang yang paling pandai di negeri ini, bukan pula segolongan orang yang bisa melakukan segala hal. Di dalam tatanan masyarakat, secara informal mahasiswa berada pada posisi ‘middle class’ karena selain mahasiswa mudah menjalin hubungan dengan pemerintah, di sisi lain mahasiswa pun dipercaya oleh masayarakat. Posisi tersebut membuat mahasiswa mudah mengakses berbagai macam informasi sehingga memiliki wawasan dan pandangan yang luas. Hal tersebut didukung pula dengan kenyataan bahwa mahasiswa adalah orang terdidik yang memiliki latar belakang keilmuan masing-masing sehingga apabila bersatu, mahasiswa bisa mengkritisi dan mengkaji berbagai permasalahan bangsa secara mendalam dari berbagai sudut pandang.
Mengenai masalah pendidikan, tentunya mahasiswa mengetahui kondisi pendidikan formal di Indonesia karena mahasiswa pernah dan sedang menjadi objek pendidikan formal di suatu institusi pendidikan. Pendidikan formal di Indonesia dapat berjalan dengan baik apabila adanya sinergisme antara dua subjek. Pertama, pemerintah sebagai pemegang kebijakan negara, dan yang kedua, sistem yang terlibat dalam proses pendidikan, misalnya sekolah dan kurikulum. Dengan demikian, bila saat ini pendidikan belum berjalan dengan baik, bisa diartikan ada kesalahan dalam kinerja pemerintah dan/atau sistem pendidikan yang sedang berjalan.
Bila kita mengasumsikan hal yang salah dari pendidikan Indonesia adalah sistemnya, mahasiswa sebagai objek pendidikan diharapkan bisa mengetahui apa saja yang salah dari sistem pendidikan di Indonesia. Setelah mengetahui bagian mana yang salah, mahasiswa bisa bertukar pikiran dan memutar otak untuk bisa mencari solusi yang konkret untuk mengatasinya.
Langkah Konkret dari Mahasiswa untuk Pendidikan Indonesia
Salah satu solusi konkret yang bisa dijalankan oleh mahasiswa adalah membuat sistem pendidikan baru yang bisa menunjang sistem pendidikan yang sudah ada. Karena mahasiswa belum bisa menentukan kebijakan mengenai pendidikan seperti halnya pemerintah, sistem pendidikan yang dibuat oleh mahasiswa bukan untuk menyaingi sistem pendidikan formal yang sudah ada, tetapi untuk mendukung dan melengkapinya.
Skhole adalah sebuah lembaga pengabdian masyarakat yang dirintis oleh mahasiswa ITB. Skhole didirikan dengan tujuan untuk memanfaatkan potensi kampus dalam bidang pendidikan bagi anak-anak serta melakukan kajian guna mencari sistem pembelajaran yang inovatif. Sampai saat ini, skhole telah memiliki adik-adik yang siap dibina, rumah belajar yang siap digunakan, serta kurikulum yang dirancang sedemikian rupa untuk melejitkan potensi adik-adik yang memilih untuk belajar di skhole. Untuk ke depannya, diharapkan skhole dapat menjadi sebuah sekolah komunitas, sebuah lembaga belajar yang menaungi segala aspek pendidikan, mulai dari kegiatan belajar mengajar, kegiatan pengembangan bakat dan keterampilan, pelatihan, seminar, diskusi, kajian sampai dengan advokasi.
Mengutip ungkapan Anis Baswedan dalam buku Indonesia Mengajar, “Mendidik adalah tanggung jawab setiap orang terdidik.” Artinya, pendidikan yang masih menjadi permasalahan bangsa ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah, kepala sekolah atau profesor pandai di negeri ini. Pendidikan merupakan tanggung jawab seluruh elemen masyarakat Indonesia, termasuk mahasiswa.