Nah, sebelum kita membahas lebih lanjut mengenai bagaimana cara membangun rumah ilmu untuk mewujudkan universitas konservasi bereputasi, kita bahas terlebih dahulu mengenai rumah ilmu itu apa, serta konservasi itu apa……….
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka disebutkan, bahwa Ilmu adalah Pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu. Jadi dapat disimpulkan bahwa rumah ilmu itu adalah suatu wadah atau tempat untuk memperoleh pengetahuan tentag suatu bidang tertentu. Jadi kita belajar di rumah ilmu yang berbeda-beda, tergantung dari bidang ilmu yang kita pelajari.
Kita memperoleh ilmu pengetahuan tidak terikat oleh tempat dan terbatas oleh waktu, dimanapun kita berada, dan kapanpun kita menjalani waktu, dari semua itu kita bisa bnayak mendapatkan ilmu, ilmu tidak hnya bisa kita dapatkan saat kuliah saja, namun banyak hal seperti mengiuti organisasi, seminar, unit kegiatan, dan lain-lain, semua itu dapat dikatakan sebagai rumah ilmu.
Seperti yang diketahui saat ini, pengaruh budaya barat terhadap Indonesia telah sangat memprihatinkan, arus perkembangan teknologi yang menjadi alasan utama pengaruh budaya barat. Banyak sekali dampak negatif akibat dari pengaruh budaya barat, sabagai contoh dapat menghilangkan kebudayaan asli Indonesia, serta dapat terjadi proses perubahan social didaerah yang dapat mengakibatkan permusuhan antar suku sehingga rasa persatuan dan kesatuan bangsa menjadi goyah. Apabila budaya asing masuk ke Indonesia, dan tidak ada lagi kesadaran dari masyarakat untuk mempertahankan dan melestarikannya, dipastikan lagi masyarakat Indonesia tidak akan dapat lagi melihat kebudayaan Indonesia kedepan. masuknya budaya asing yang lebih mudah diserap dan ditiru oleh masyarakat baik tua maupun muda, dan parahnya biasanya meniru perilaku yang buruk adanya globalisasi bisa memungkinkan hilangnya suatu kebudayaan karena adanya percampuran antara kebudayaan lokal dengan kebudayaan dr luar, bisa juga karna memang tidak ada generasi penerus yg melestarikan budaya tersebut. Bebasnya setiap orang mengakses ataupun menggunakan teknologi, maka dengan mudah juga terjadi penyalahgunaan fungsi dari teknologi tersebut. Teknologi yang tidak akan ada habisnya, akan membuat para penggunanya tidak pernah puas sehingga perlu biaya untuk selalu mengupdate teknologi yang mereka miliki ataupun penggunaan teknologi komunikasi yang makin meluas hal ini akan berakibat terhadap pemborosan biaya. Pengalihan kinerja manusia ke mesin tentu makin menyebabkan polusi udara sehingga memperparah pemanasan global.
Indonesia sekarang seakan pasrah akan keadaanya, budaya asli Indonesia pernah di akui oleh negara lain, seperti reog, angklung, dan yang lain. Kita sadarnya setelah pengakuan dari negara lain tersebut, sebenarnya apa sih yang ada dalam fikiran rakyat Indonesia???
Salah satu penyebab pengaruh budaya barat masuk ke Indonesia adalah karena kurangnya greget rakyat Indonesia untuk melestarikan kebudayaannya. Kebanyakan telah di kuasai oleh budaya barat sehingga lupa akan kekayaan yang di miliki oleh bangsa Indonesia sendiri. Melestarikan budaya adalah tugas para pemuda terutama mahasiswa. Banyak cara yang dapat dilkukan di dalam kampus oleh mahasiswa untuk melestarikan budaya bangsa. Salah satu nya dengan memanfaatkan rumah ilmu. Rumah ilmu tersebut dapat berbentuk unit kegiatan seperti lomba kesenian tradisional, organisasi yang didalamnya berkecipung tentang dunia seni tradisional, serta sosialisasi tentang kesenian tradisional kepada masyarakat dan sekolah-sekolah untuk mengadakan pelatihan kesenian agar kelak dapat diwariskan kepada generasi penerus bangsa.
Dengan adanya pelestarian kesenian lewat beberapa rumah ilmu tersebut, diharapkan dapat menuntun Indonesia menjadi lebih baik lagi dan dapat melestarikan budaya-budaya tradisional yang hampir tertinggal, sehingga lingkungan kampus sebagai universitas konservasi bereputasi dapat terwujud.
“Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Bidikmisi Blog Award di Universitas Negeri Semarang. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan jiplakan.”