Makanan yang satu ini sangat mudah di jumapi, biasanya dapat di beli di warung-warung. Namun taukah anda bahwa anda pun bisa membuat telur asin sendiri yang enak dan lezat. Ciri-ciri telur asin enak biasanya terlihat dari teksturnya yang “Masir” seperti pasir tidak menggumpal. Mau tau caranya? simak di bawah ini:
1. Cara Praktis (tidak pakai abu/ bubuk batu bata) namun dijamin tetap “Masir” Bahan:
Cara membuatnya:
2. Resep dengan bahan abu atau bubuk batu bata Bahan:
Alat :
Cara membuat:
15 buahTahu Putih Halus
3 butirKuning Telur
1 sdtBaking Powder Double Acting
3 sdtKaldu Bubuk
secukupnyaMinyak Goreng
Cuci tahu putih, kemudian hancurkan dan saring airnya dengan menggunakan kain / serbet bersih. Usahakan sampai seminimal mgkin kandungan airnya dan tinggal ampas seperti gambar.
Masukkan kuning telur, kaldu bubuk, dan Baking Powder Double Acting. Campur sambil diremas-remas untuk melembutkan adonan tahu. Jika tidak ada BPDA, bisa juga menggunakan baking powder biasa, tpi tambahkan stgh sdt lagi. kemudian tes rasa sesuai selera.
Setelah rasa nya pas, buat bulatan dengan menggunakan telapak tangan sampai permukaannya licin. Masukkan ke dalam wadah yang ada tutupnya, simpan dalam kulkas minimal 3-4jam. Tidak boleh masuk freezer ya.
Setelah 3 jam, keluarkan, biarkan 10 menit disuhu ruang. Sembari menunggu, panaskan minyak goreng smpai minyak panas, kemudian kecilkan api. Goreng tahu dalam minyak banyak menggunakan api sedang cenderung kecil, sambil diaduk2 agar bisa mengembang.
Lama menggorengnya kira2 10-15 menit. Setelah matang, sajikan bersama cabe ceplus atau sambal kecap. Happy cooking 😀
1. Virus : merujuk pada program yang memiliki kemampuan untuk ber- reproduksi, menulari program lain dan menjadikan file-file program tertular sebagai file infector.
2. worm: merujuk pada program independen yang memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi, menulari system komputer dan walaupun mampu untuk menulari program lain namun tidak bertujuan untuk menjadikan file tertular tersebut sebagai suatu file infector
3.Trojan horse: merujuk pada program independen yang tampaknya berguna, dan ketika dieksekusi, tanpa sepengetahuan pengguna, juga melaksanakan fungsi-fungsi yang bersifat destruktif dan merugikan
4. Malicious toolkits: merujuk pada program yang didesain untuk membantu menciptakan program-program yang dapat membahayakan sebuah system komputer. Contoh dari program jenis ini adalah tool pembuat virus dan program yang dibuat untuk membantu proses cracking atau hacking.
Biografi B.J Habibie – Banyak orang mencari mengenai kisah, profil atau biografi singkat B.J Habibie. Dia adalah salah satu tokoh panutan dan menjadi kebanggaan bagi banyak orang di Indonesia dan juga Presiden ketiga Republik Indonesia, dialah Prof. DR (HC). Ing. Dr. Sc. Mult. Bacharuddin Jusuf Habibie dilahirkan di Pare-Pare, Sulawesi Selatan, pada tanggal 25 Juni 1936. Beliau merupakan anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan RA. Tuti Marini Puspowardojo. Habibie yang menikah dengan Hasri Ainun Habibie pada tanggal 12 Mei 1962 ini dikaruniai dua orang putra yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal. Masa kecil Habibie dilalui bersama saudara-saudaranya di Pare-Pare, Sulawesi Selatan. Sifat tegas berpegang pada prinsip telah ditunjukkan Habibie sejak kanak-kanak.
Habibie yang punya kegemaran menunggang kuda dan membaca ini dikenal sangat cerdas ketika masih menduduki sekolah dasar, namun ia harus kehilangan bapaknya yang meninggal dunia pada 3 September 1950 karena terkena serangan jantung saat ia sedang shalat Isya.
Tak lama setelah ayahnya meninggal, Ibunya kemudian menjual rumah dan kendaraannya dan pindah ke Bandung bersama Habibie, sepeninggal ayahnya, ibunya membanting tulang membiayai kehidupan anak-anaknya terutama Habibie.
Karena kemauan untuk belajar Habibie kemudian menuntut ilmu di Gouvernments Middlebare School. Di SMA, beliau mulai tampak menonjol prestasinya, terutama dalam pelajaran-pelajaran eksakta. Habibie menjadi sosok favorit di sekolahnya.
Masuk ITB dan Kuliah di Jerman
Karena kecerdasannya, Setelah tamat SMA di bandung tahun 1954, beliau masuk di ITB (Institut Teknologi Bandung), Ia tidak sampai selesai disana karena beliau mendapatkan beasiswa dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk melanjutkan kuliahnya di Jerman, karena mengingat pesan Bung Karno tentang pentingnya Dirgantara dan penerbangan bagi Indonesia maka ia memilih jurusan Teknik Penerbangan dengan spesialisasi Konstruksi pesawat terbang di Rhein Westfalen Aachen Technische Hochschule (RWTH).
Ketika sampai di Jerman, beliau sudah bertekad untuk sunguh-sungguh dirantau dan harus sukses, dengan mengingat jerih payah ibunya yang membiayai kuliah dan kehidupannya sehari-hari. Beberapa tahun kemudian, pada tahun 1955 di Aachean, 99% mahasiswa Indonesia yang belajar di sana diberikan beasiswa penuh. Hanya beliaulah yang memiliki paspor hijau atau swasta dari pada teman-temannya yang lain.
Musim liburan bukan liburan bagi beliau justru kesempatan emas yang harus diisi dengan ujian dan mencari uang untuk membeli buku. Sehabis masa libur, semua kegiatan disampingkan kecuali belajar. Berbeda dengan teman-temannya yang lain, mereka; lebih banyak menggunakan waktu liburan musim panas untuk bekerja, mencari pengalaman dan uang tanpa mengikuti ujian.
B.J Habibie ketika Memberikan Ceramah |
Beliau mendapat gelar Diploma Ing, dari Technische Hochschule, Jerman tahun 1960 dengan predikat Cumlaude (Sempurna) dengan nilai rata-rata 9,5, Dengan gelar insinyur, beliau mendaftar diri untuk bekerja di Firma Talbot, sebuah industri kereta api Jerman.
Pada saat itu Firma Talbot membutuhkan sebuah wagon yang bervolume besar untuk mengangkut barang-barang yang ringan tapi volumenya besar. Talbot membutuhkan 1000 wagon. Mendapat persoalan seperti itu, Habibie mencoba mengaplikasikan cara-cara kontruksi membuat sayap pesawat terbang yang ia terapkan pada wagon dan akhirnya berhasil.
Setelah itu beliau kemudian melanjutkan studinya untuk gelar Doktor di Technische Hochschule Die Facultaet Fuer Maschinenwesen Aachean kemudian Habibie menikah pada tahun 1962 dengan Hasri Ainun Habibie yang kemudian diboyong ke Jerman, hidupnya makin keras, di pagi-pagi sekali Habibie terkadang harus berjalan kaki cepat ke tempat kerjanya yang jauh untuk menghemat kebutuhan hidupnya kemudian pulang pada malam hari dan belajar untuk kuliahnya.
Istrinya Nyonya Hasri Ainun Habibie harus mengantri di tempat pencucian umum untuk mencuci baju untuk menghemat kebutuhan hidup keluarga. Pada tahun 1965 Habibie mendapatkan gelar Dr. Ingenieur dengan penilaian summa cumlaude (Sangat sempurna) dengan nilai rata-rata 10 dari Technische Hochschule Die Facultaet Fuer Maschinenwesen Aachean.
Rumus Faktor Habibie
Rumus yang di temukan oleh Habibie dinamai “Faktor Habibie” karena bisa menghitung keretakan atau krack propagation on random sampai ke atom-atom pesawat terbang sehingga ia di juluki sebagai “Mr. Crack”. Pada tahun 1967, menjadi Profesor kehormatan (Guru Besar) pada Institut Teknologi Bandung. Dari tempat yang sama tahun 1965.
Kejeniusan dan prestasi inilah yang mengantarkan Habibie diakui lembaga internasional di antaranya, Gesselschaft fuer Luft und Raumfahrt (Lembaga Penerbangan dan Angkasa Luar) Jerman, The Royal Aeronautical Society London (Inggris), The Royal Swedish Academy of Engineering Sciences (Swedia), The Academie Nationale de l’Air et de l’Espace (Prancis) dan The US Academy of Engineering (Amerika Serikat).
Sementara itu penghargaan bergensi yang pernah diraih Habibie di antaranya, Edward Warner Award dan Award von Karman yang hampir setara dengan Hadiah Nobel. Di dalam negeri, Habibie mendapat penghargaan tertinggi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Ganesha Praja Manggala Bhakti Kencana.
B.J Habibie dan Nyonya Ainun Habibie |
Langkah-langkah Habibie banyak dikagumi, penuh kontroversi, banyak pengagum namun tak sedikit pula yang tak sependapat dengannya. Setiap kali, peraih penghargaan bergengsi Theodore van Karman Award, itu kembali dari “habitat”-nya Jerman, beliau selalu menjadi berita.
Habibie hanya setahun kuliah di ITB Bandung, 10 tahun kuliah hingga meraih gelar doktor konstruksi pesawat terbang di Jerman dengan predikat Summa Cum laude. Lalu bekerja di industri pesawat terbang terkemuka MBB Gmbh Jerman, sebelum memenuhi panggilan Presiden Soeharto untuk kembali ke Indonesia.
Biografi R.A Kartini. Tokoh wanita satu ini sangat terkenal di Indonesia. Dialah Raden Ajeng Kartini atau dikenal sebagai R.A Kartini, beliau dikenal sebagai salah satu pahlawan nasional yang dikenal gigih memperjuangkan emansipasi wanita kala ia hidup. Mengenai Biografi dan Profil R.A Kartini, beliau lahir pada tanggal 21 April tahun 1879 di Kota Jepara, Hari kelahirannya itu kemudian diperingati sebagai Hari Kartini untuk menghormati jasa-jasanya pada bangsa Indonesia. Kartini lahir di tengah-tengah keluarga bangsawan oleh sebab itu ia memperoleh gelar R.A (Raden Ajeng) di depan namanya, gelar itu sendiri (Raden Ajeng) dipergunakan oleh Kartini sebelum ia menikah, jika sudah menikah maka gelar kebangsawanan yang dipergunakan adalah R.A (Raden Ayu) menurut tradisi Jawa.
Ayahnya bernama R.M. Sosroningrat, putra dari Pangeran Ario Tjondronegoro IV, seorang bangsawan yang menjabat sebagai bupati jepara, beliau ini merupakan kakek dari R.A Kartini. Ayahnya R.M. Sosroningrat merupakan orang yang terpandang sebab posisinya kala itu sebagai bupati Jepara kala Kartini dilahirkan.
Ibu kartini yang bernama M.A. Ngasirah, beliau ini merupakan anak seorang kiai atau guru agama di Telukawur, Kota Jepara. Menurut sejarah, Kartini merupakan keturunan dari Sri Sultan Hamengkubuwono VI, bahkan ada yang mengatakan bahwa garis keturunan ayahnya berasal dari kerajaan Majapahit.
Ibu R.A Kartini yaitu M.A. Ngasirah sendiri bukan keturunan bangsawan, melainkan hanya rakyat biasa saja, oleh karena itu peraturan kolonial Belanda ketika itu mengharuskan seorang Bupati harus menikah dengan bangsawan juga, hingga akhirnya ayah Kartini kemudian mempersunting seorang wanita bernama Raden Adjeng Woerjan yang merupakan seorang bangsawan keturunan langsung dari Raja Madura ketika itu.
R.A Kartini Bersama Saudara-Saudaranya |
R.A Kartini sendiri memiliki saudara berjumlah 11 orang yang terdiri dari saudara kandung dan saudara tiri. Beliau sendiri merupakan anak kelima, namun ia merupakan anak perempuan tertua dari 11 bersaudara. Sebagai seorang bangsawan, R.A Kartini juga berhak memperoleh pendidikan.
Ayahnya kemudian menyekolahkan Kartini kecil di ELS (Europese Lagere School). Disinilah Kartini kemudian belajar Bahasa Belanda dan bersekolah disana hingga ia berusia 12 tahun sebab ketika itu menurut kebiasaan ketika itu, anak perempuan harus tinggal dirumah untuk ‘dipingit’.
Pemikiran-Pemikiran R.A Kartini Tentang Emansipasi Wanita
Meskipun berada di rumah, R.A Kartini aktif dalam melakukan korespondensi atau surat-menyurat dengan temannya yang berada di Belanda sebab beliau juga fasih dalam berbahasa Belanda. Dari sinilah kemudian, Kartini mulai tertarik dengan pola pikir perempuan Eropa yang ia baca dari surat kabar, majalah serta buku-buku yang ia baca.
Hingga kemudian ia mulai berpikir untuk berusaha memajukan perempuan pribumi sebab dalam pikirannya kedudukan wanita pribumi masih tertinggal jauh atau memiliki status sosial yang cukup rendah kala itu.
R.A Kartini banyak membaca surat kabar atau majalah-majalah kebudayaan eropa yang menjadi langganannya yang berbahasa belanda, di usiannya yang ke 20, ia bahkan banyak membaca buku-buku karya Louis Coperus yang berjudul De Stille Kraacht, karya Van Eeden, Augusta de Witt serta berbagai roman-roman beraliran feminis yang kesemuanya berbahasa belanda, selain itu ia juga membaca buku karya Multatuli yang berjudul Max Havelaar dan Surat-Surat Cinta.
…Agama harus menjaga kita daripada berbuat dosa, tetapi berapa banyaknya dosa diperbuat orang atas nama agama itu – (R.A Kartini).”
Ketertarikannya dalam membaca kemudian membuat beliau memiliki pengetahuan yang cukup luas soal ilmu pengetahuan dan kebudayaan, R.A Kartini memberi perhatian khusus pada masalah emansipasi wanita melihat perbandingan antara wanita eropa dan wanita pribumi.
Selain itu ia juga menaruh perhatian pada masalah sosial yang terjadi menurutnya, seorang wanita perlu memperoleh persamaan, kebebasan, otonomi serta kesetaraan hukum.
Surat-surat yang kartini tulis lebih banyak berupa keluhan-keluhan mengenai kondisi wanita pribumi dimana ia melihat contoh kebudayaan jawa yang ketika itu lebih banyak menghambat kemajuan dari perempuan pribumi ketika itu. Ia juga mengungkapkan dalam tulisannya bahwa ada banyak kendala yang dihadapi perempuan pribumi khususnya di Jawa agar bisa lebih maju.
Kartini menuliskan penderitaan perempuan di jawa seperti harus dipingit, tidak bebas dalam menuntuk ilmu atau belajar, serta adanya adat yang mengekang kebebasan perempuan.
Cita-cita luhur R.A Kartini adalah ia ingin melihat perempuan pribumi dapat menuntut ilmu dan belajar seperti sekarang ini. Gagasan-gagasan baru mengenai emansipasi atau persamaan hak wanita pribumi olah Kartini, dianggap sebagai hal baru yang dapat merubah pandangan masyarakat. Selain itu, tulisan-tulisan Kartini juga berisi tentang yaitu makna Ketuhanan, Kebijaksanaan dan Keindahan, peri kemanusiaan dan juga Nasionalisme.
Kartini juga menyinggung tentang agama, misalnya ia mempertanyakan mengapa laki-laki dapat berpoligami, dan mengapa mengapa kitab suci itu harus dibaca dan dihafal tanpa perlu kewajiban untuk memahaminya.
Teman wanita Belanda nya Rosa Abendanon, dan Estelle “Stella” Zeehandelaar juga mendukung pemikiran-pemikiran yang diungkapkan oleh R.A Kartini. Sejarah mengatakan bahwa Kartini diizinkan oleh ayahnya untuk menjadi seorang guru sesuai dengan cita-cita namun ia dilarang untuk melanjutkan studinya untuk belajar di Batavia ataupun ke Negeri Belanda.
Hingga pada akhirnya, ia tidak dapat melanjutanya cita-citanya baik belajar menjadi guru di Batavia atau
pun kuliah di negeri Belanda meskipun ketika itu ia menerima beasiswa untuk belajar kesana sebab pada tahun 1903 pada saat R.A Kartini berusia sekitar 24 tahun, ia dinikahkan dengan K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat yang merupakan seorang bangsawan dan juga bupati di Rembang yang telah memiliki tiga orang istri.
Meskipun begitu, suami R.A Kartini memahami apa yang menjadi keinginan R.A KArtini sehingga ia kemudian diberi kebebasan untuk mendirikan sekolah wanita pertama yang kemudian berdiri di sebelah kantor pemerintahan Kabupaten Rembang yang kemudian sekarang dikenal sebagai Gedung Pramuka.
Pernikahan R.A Kartini Hingga Wafatnya
Dari pernikahannya dengan K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, R.A Kartini kemudian melahirkan anak bernama Soesalit Djojoadhiningrat yang lahir pada tanggal 13 September 1904, Namun miris, beberapa hari kemudian setelah melahirkan anaknya yang pertama, R.A Kartini kemudian wafat pada tanggal 17 September 1904 di usianya yang masih sangat muda yaitu 24 tahun. Beliau kemudian dikebumikan di Desa Bulu, Kabupaten Rembang.
Berkat perjuangannya kemudian pada tahun 1912, berdirilah Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di Semarang kemudian meluas ke Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon serta daerah lainnya. Sekolah tersebut kemudian diberi nama “Sekolah Kartini” untuk menghormati jasa-jasanya. Yayasan Kartini ini keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis di era kolonial Belanda.
Terbitnya Buku ‘Habis Gelap Terbitlah Terang’
Buku ‘Habis Gelap Terbitlah Terang’ |
Sepeninggal R.A Kartini, kemudian seorang pria belanda bernama J.H. Abendanon yang ketika itu menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, Agama dan Kerajinan Hindia Belanda mulai mengumpulkan surat-surat yang pernah ditulis oleh R.A Kartini ketika ia aktif melakukan korespondensi dengan teman-temannya yang berada di Eropa ketika itu.
Dari situ kemudian disusunlah buku yang awalnya berjudul ‘Door Duisternis tot Licht‘ yang kemudian diterjemahkan dengan judul Dari Kegelapan Menuju Cahaya yang terbit pada tahun 1911. Buku tersebut dicetak sebanyak lima kali, dan pada cetakan kelima terdapat surat-surat yang ditulis oleh Kartini.
Pemikiran-pemikiran yang diungkapkan oleh Kartini kemudian banyak menarik perhatian masyarakat ketika itu terutama kaum Belanda sebab yang menulis surat-surat tersebut adalah wanita pribumi.
Pemikirannya banyak mengubah pola pikir masyarakat belanda terhadap wanita pribumi ketika itu. Tulisan-tulisannya juga menjadi inspirasi bagi para tokoh-tokoh Indonesia kala itu seperti W.R Soepratman yang kemudian menbuat lagu yang berjudul ‘Ibu Kita Kartini‘.
Presiden Soekarno sendiri kala itu mengeluarkan instruksi berupa Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964, pada tanggal 2 Mei 1964, yang berisi penetapan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional, Soekarno juga menetapkan hari lahir Kartini, yakni pada tanggal 21 April, diperingati sebagai Hari Kartini sampai sekarang ini.
Munculnya Perdebatan Surat-Surat Yang Ditulis Oleh Kartini.
Banyak perdebatan serta kontrovesi mengenai surat-surat yang ditulis oleh Kartini, sebab hingga saat ini sebagian besar naskah asli surat Kartini tak diketahui keberadaannya. jejak keturunan J.H. Abendanon pun sulit untuk dilacak oleh Pemerintah Belanda. Banyak kalangan yang meragukan kebenaran dari surat-surat Kartini.
Ada yang menduga bahwa J.H. Abendanon, melakukan rekayasa surat-surat Kartini. Kecurigaan ini didasarkan pada buku Kartini yang terbit saat pemerintahan kolonial Belanda menjalankan politik etis di Hindia Belanda ketika itu, dimana J.H Abendanon sendiri termasuk yang memiliki kepentingan dan mendukung pelaksanaan politik etis dan kala itu ia juga menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, Agama dan Kerajinan Hindia Belanda ketika itu.
Selain itu penetapan tanggal kelahiran Kartini sebagai hari besar juga banyak diperdebatkan. Pihak yang tidak begitu menyetujui, mengusulkan agar tidak hanya merayakan Hari Kartini saja, namun merayakannya bersama dengan hari Ibu yang jatuh pada tanggal 22 Desember.
Alasan mereka adalah agar tidak pilih kasih, sebab masih ada pahlawan wanita lain yang tidak kalah hebat perjuangannya dengan Kartini seperti Dewi Sartika, Cut Nyak Dhien, Martha Christina Tiahahu, dan lain-lain. Menurut sebagian kalangan, wilayah perjuangan Kartini itu hanya di Jepara dan Rembang saja, Kartini juga tidak pernah mengangkat senjata melawan penjajah kolonial.
Buku-Buku R.A Kartini
Seperti diketahui sebelum wafat R.A Kartini mempunyai seorang anak bernama R.M Soesalit Djojoadhiningrat hasil pernikahannya dengan K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat. Anak Kartini yakni Soesalit Djojoadhiningrat sempat menjabat sebagai Mayor Jenderal pada masa kependudukan Jepang. Ia kemudian mempunyai anak bernama RM. Boedi Setiyo Soesalit (cucu R.A Kartini) yang kemudian menikah dengan seorang wanita bernama Ray. Sri Biatini Boedi Setio Soesalit.
Dari hasil pernikahannya tersebut, beliau mempunyai lima orang anak bernama (Cicit R.A Kartini) yang masing-masing bernama RA. Kartini Setiawati Soesalit, kemudian RM. Kartono Boediman Soesalit, RA Roekmini Soesalit, RM. Samingoen Bawadiman Soesalit, dan RM. Rahmat Harjanto Soesalit.
Sekian informasi mengenai biografi singkat R.A Kartini, semoga informasi ini dapat bermanfaat bagi pembaca Biografiku.com sekalian. Selamat Hari Kartini. 🙂
cerita tentang tradisi Bulusan di Dukuh
Sumber, Desa Hadipolo, Kecamatan Jekulo,
Sebuah tradisi keramaian di musim
kupatan (lebaran Idul Fitri hari ke-8) yang sudah
turun temurun dari dulu hingga sekarang.
Mungkin tak banyak orang yang tahu
bagaimana sejarah dan asal-usul tradisi
Bulusan.
Sedikit sekali bahkan hanya orang-
orang tertentu saja yang bisa mengisahkan
ulang bagaimana sejarah Bulusan.
Padahal
setiap musim kupatan tiba, ribuan orang
berkunjung ke tempat tersebut. Termasuk
Admin dan keluarga beberapa tahun yang lalu.
Bagaimana asal-usul tradisi Bulusan?
Cerita
Bulusan mengisahkan tentang Mbah Dudo,
seorang alim ulama penyebar agama Islam di
Kudus. Dia mempunyai murid bernama Umara
dan Umari. Dalam perjalanannya menyebarkan
agama Islam, Mbah Dudo berniat mendirikan
pesantren di kaki Pegunungan Muria.
Pada Bulan Ramadhan, tepatnya pada waktu
malam Nuzulul Quran, Sunan Muria datang
untuk bersilaturrahim dan membaca Al Quran
bersama Mbah Dudo, sahabatnya.
Dalam
perjalanannya, Sunan Muria melihat Umara
dan Umari sedang ndaut atau mengambil
(dengan cara mencabuti) bibit padi di sawah
pada malam hari.
Sunan Muria berhenti sejenak dan berkata
kepada mereka berdua, “Lho, malam Nuzulul
Quran kok tidak baca Al Quran, malah di sawah
berendam di air seperti bulus saja!”.
Akibat
perkataan itu, Umara dan Umari seketika
menjadi bulus (kura-kura air tawar).
Tak lama kemudian, Mbah Dudo datang
meminta maaf atas kesalahan kedua santrinya
kepada Sunan Muria. Namun nasi sudah
menjadi bubur, Umara dan Umari sudah
menjadi bulus dan tidak mungkin dapat
kembali lagi berubah menjadi manusia.
Akhirnya, Sunan Muria menancapkan
tongkatnya ke tanah dan keluar mata air atau
sumber, sehingga diberilah nama tempat itu
dengan nama Dukuh Sumber.
Kemudian
tongkatnya berubah menjadi pohon yang
diberi nama pohon tombo ati (obat hati).
Sambil meninggalkan tempat itu, Sunan Muria
berkata, “Besok anak cucu kalian akan
menghormatimu setiap seminggu setelah hari
raya bulan Syawal. Tepatnya pada saat Bodo
Kupat, alias Kupatan.
Hmm..sebuah cerita yang, mungkin saja benar
atau mungkin tidak semuanya benar.
Namun
yang pasti sampai sekarang, setiap musim
kupatan tiba, keramaian di Dukuh Sumber tak
pernah berhenti.
#Ada juga versi yg lain
Ikhwal keramaian bulusan berawal saat suatu
malam Sunan Muria melihat ada sejumlah warga
yang ndaut (mencabuti benih padi yang akan
ditanam-red). Kepada orang yang dituakan,
Sunan menanyakan mengapa malam-malam
masih ‘’krubyak-krubyuk’’ seperti bulus. Apalagi
saat itu masuk bulan Ramadan.
Masih mendasarkan pada sumber ‘’turunan’’
tersebut, tetua yang diyakini sebagai ahli nujum,
salah seorang pejabat Kerajaan Mataram bernama
Subakhir beserta pengikutnya akhirnya menjelma
menjadi bulus (kura-kura).
Perjalanan Sunan
Dari kisah anonim tersebut, juga diceritakan
sejarah sejumlah lokasi di sekitar Desa Hadipolo.
Sunan Muria kembali melanjutkan perjalanan
diikuti oleh puluhan bulus, penjelmaan Mbah
Duda dan santri-santrinya, menuju selatan. Di
tempat tersebut, dia berhenti sejenak di sebuah
tanah gumuk (gundukan tanah) yang di
kemudian hari dikenal masyarakat sebagai
wilayah Prasman.
Konon, Sunan Muria tersenyum (bahasa lokalnya
mrasman) mengingat kejadian yang baru saja dia
alami. Kembali meneruskan langkah ke selatan
(diperkirakan jalan Kudus-Pati sekarang), Sunan
mematung memikirkan nasib Mbah Duda.
Beberapa orang yang menyaksikan sikap Sunan
kemudian menyebut tempat tersebut sebagai
Togog.
Di tempat itu, ujar kedua juru kunci tersebut,
Mbah Duda memberanikan diri menanyakan
nasibnya beserta para santri setelah Sunan Muria
bermaksud meninggalkan mereka.
Mendengar
hal itu, Sunan kembali mengajak Mbah Duda
melanjutkan perjalanan ke utara. Di tengah
perjalanan, dia mengambil sebatang kayu adem
ati (menyerupai batang pohon kluwak) dan
menancapkannya di suatu tempat.
Ketika batang
kayu tersebut dicabut, keluarlah mata air yang
kemudian dipercaya menjadi asal sungai Sumber.
Setelah itu, Sunan kembali bersabda dan
memerintahkan Mbah Duda beserta para
santrinya untuk menjaga daerah tersebut dan
menjanjikan bahwa akan ada orang yang
memberi makan pada mereka, khususnya saat
syawalan.
Di tempat ditancapkannya kayu adem ati yang
oleh Sunan Muria yang kemudian dijaga oleh
Mbah Duda dan para santrinya – yang berwujud
bulus tersebut – tradisi bulusan dilaksanakan
sampai hari ini.
‘’Itu cikal bakal syawalan bulusan,’’ ujar warga RT
4 RW 5, Dukuh Sumber, Hadipolo, Kecamatan
Jekulo, itu.
Faktanya, setiap warga sekitar yang punya hajat
biasanya caos dhahar (memberi makan) kepada
‘’sesepuh desa’’ melalui sang juru kunci.
Makanan kesukaan biasanya berupa telur rebus.
Entah benar atau tidak, yang jelas itu sudah
berlangsung sejak dahulu dan dipercaya
masyarakat sekitar.
Kini, setiap tanggal 7 Syawal, ibaratnya hampir
setiap jengkal tanah menuju Balai Bawa Leksana,
persis di depan kedua juru kunci tersebut tinggal,
selalu dipadati pengunjung. Seakan
menyambung kisah perjalanan Sunan, syawalan
memang tetap akan dipertahankan dengan
segala keterbatasan yang dimilikinya. Tentu saja,
semua itu mendasarkan pada kisah para tetua
yang lugu dan apa adanya.
Kupatan merupakan salah satu tradisi Jawa yang berlangsung satu Minggu setelah hari raya Idul Fitri. Dinamakan kupatan karena sebagian besar masyarakat jawa membuat kupat (ketupat) pada hari raya ke-8.
Tradisi ini sangat terasa jika kita berada di kota Kudus, Jepara, Pati, Demak, Kendal dan daerah-daerah yang lain terutama Pantura. Karena di hari kupatan (hari ke-8 bulan syawal) masyarakat Kudus, Jepara dan sekitar merayakan kupatan dengan mengunjungi tempat-tempat tertentu, misalnya Bulusan di Kudus, pantai Kartini dan Bandengan di Jepara. Tempat tersebut sampai sekarang masih menjadi tempat favorit untuk menghabiskan hari raya kupatan.
Di Kudus, Daerah Bulusan menurut cerita rakyat merupakan tempat di mana sunan Muria mengeluarkan fatwa (”sabdo / dawuh”) : “jeg kulo wonten mriki sampun wonten”. Kata-kata inilah yang konon menjadi nama daerah Jekulo (Jeg Kulo) yang sekarang menjadi nama sebuah kecamatan dan desa di kabupaten Kudus. Konon dulu Bulus-bulus (kura-kura) itu jelmaan orang-orang yang tidak nurut dawuh sunan Muria, yang setiap lewat daerah situ, sunan Muria memberikan makanan pada bulus-bulus itu. Namun sekarang bulusnya sudah tidak ada.
Selain itu, di Colo, kecamatan Dawe Kudus sejak tahun 2009 adalah tahun ketiga memperingati kupatan dengan merayakan upacara seribu Kupat yang telah tercatat dalam rekor Muri. Di mana kupat yang berjumlah seribu tersebut di arak sekeliling desa Colo menuju makam Sunan Muria, kemudian dibacakan doa oleh ulama dan kemudian dibagikan kepada masyarakat, biasanya masyarakat yang saling berebut ketupat karena dipercaya membawa berkah.
Asal Usul dan Filosofi Kupatan
Tidak diketahui persis kapan mulai tumbuh dan berkembangnya tradisi kupatan dan apa makna filosofi dari perayaan tradisi tersebut. Ada yang berpendapat bahwa kupatan merupakan hari rayanya orang yang berpuasa 6 hari pada satu Minggu setelah lebaran hari pertama (tanggal 2-7 Syawwal). Pendapat lain mengatakan bahwa kupatan adalah berasal dari kata kupat singkatan dari “ngaku lepat”, artinya adalah mengaku salah. Kupatan berarti ngaku kalepatan, mengakui banyak kesalahan. Apapun makna dan filosofinya, kupatan merupakan bagian tradisi yang penuh dengan makna khususnya Jawa. Dan kupatan telah menjadi hari raya ke-2 di bulan Syawwal setelah Idul Fitri. Secara sosiologis, seolah kupatan telah mengajarkan arti pentingnya saling bertemu dan saling mengakui kesalahan serta memaafkan satu dengan yang lainnya.
Ketupat atau tradisi Jawa-nya kupatan bukan hanya sebuah tradisi Lebaran dengan menghidangkan ketupat, sejenis makanan atau beras yang dimasak dan dibungkus daun janur berbentuk prisma maupun segi empat. Sebab, kupatan memiliki makna dan filososi mendalam. Tradisi kupatan berangkat dari upaya-upaya walisongo memasukkan ajaran Islam. Karena zaman dulu orang Jawa selalu menggunakan simbol-simbol tertentu, akhirnya para walisongo memanfaatkan cara tersebut. Sehingga tradisi kupatan menggunakan simbol janur atau daun kelapa muda berwarna kuning.
Karena janur biasa digunakan masyarakat Jawa dalam suasana suka cita. Umumnya, dipasang saat ada pesta pernikahan atau momen menggembirakan lain. Janur dalam bahasa Arab berasal dari kata ”Ja a Nur” atau telah datang cahaya. Sebuah harapan cahaya menuju rahmat Allah, sehingga terwujud negeri yang makmur dan penuh berkah. Sedangkan isinya, dipilih beras baik-baik yang dimasak jadi satu sehingga membentuk gumpalan beras yang sangat kempel. Ini pun memiliki makna tersendiri, yakni makna kebersamaan dan kemakmuran.
Dari sisi bahasa, kupat berarti mengaku lepat atau mengakui kesalahan. Bertepatan dengan momen Lebaran, kupat mengusung semangat saling memaafkan, semangat taubat pada Allah, dan sesama manusia. Dengan harapan, tidak akan lagi menodai dengan kesalahan di masa depan. Kupat dalam bahasa Arab adalah bentuk jamak dari kafi. Yakni, kuffat yang berarti sudah cukup harapan. Sehingga dengan berpuasa satu bulan penuh di bulan Ramadan, kemudian Lebaran 1 syawal, dan dilanjutkan dengan puasa sunnah enam hari syawal, maka orang-orang yang kuffat merasa cukup ibadahnya, sebagaimana hadis nabi, hal demikian bagaikan puasa satu tahun penuh.