hakikat penddidikan
BAB 1
PENDAHULU
1.1 Latar Belakang
Kita sepakat bahwa pendidikan merupakan sesuatu yang tidak asing bagi kita, terlebih lagi karena kita bergerak di bidang pendidikan. Juga pasti kita sepakat bahwa pendidikan diperlukan oleh semua orang. Bahkan dapat dikatakan bahwa pendidikan ini dialami oleh semua manusia dari semua golongan. Tetapi seringkali orang melupakan makna dan hakikat pendidikan itu sendiri. Layaknya hal lain yang sudah menjadi rutinitas, cenderung terlupakan makna dasar dan hakikatnya.
Karena itu benarlah kalau dikatakan bahwa setiap orang yang terlihat dalam dunia pendidikan sepatutnyalah selalu merenungkan makna dan hakikat pendidikan, merefleksikannya di tengah-tengah tindakan/aksi sebagai buah refleksinya.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana cara menerapkan konsepsi pendidikan ?
1.2.2 Bagaimana cara menerapkan ilmu pendidikan sebagai ilmu yang bersifat deskriptif – normatif ?
1.2.3 Bagaimana cara menerapkan ilmu pendidikan sebagai ilmu yang bersifat teoretis dan praktispragmatis ?
1.2.4 Bagaimana cara menerapkan ilmu pendidikan sebagai suatu sistem ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Dapat menerapkan konsepsi pendidikan.
1.3.2 Dapat menerapkan ilmu pendidikan sebagai ilmu yang bersifat deskriptif – normatif.
1.3.3 Dapat menerapkan ilmu pendidikan sebagai ilmu yang bersifat teoretis dan praktispragmatis.
1.3.4 Dapat menerapkan ilmu pendidikan sebagai suatu sistem.
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Konsep Dasar dan Pengertian Pendidikan
1.1.1 Pendidikan dalam pendekatan ruang dan waktu
Secara sistematis, konsep dasar pendidikan itu ekuivalen dengan tujuan pendidikan itu sendiri. Sementara prosesnya, kejadiannya, merupakan hasil dari waktu. Strukturya sebagai berikut,
Secara hakikat, berkaitan dengan judul bab yang dibahas, konsep dan tujuan pendidikan merupakan sama. Merupakan permulaan dan hasil akhir, dimana faktanya hanya bisa dirasakan oleh yang mengalami.
Konsep, proses dan tujuan pendidikan tinggal dalam ruang hidup manusia. Pendidikan bukan hanya ada disekolah, namun juga di rumah, di lingkungan masyarakat, di setiap sudut kehidupan. Artinya, selama masih ada ruang dan waktu, pendidikan tidak terelakkan dan pasti terjadi, baik itu diusahakan dengan sistem ataupun dibiarkan berkembang secara alami.
1.1.2 Asal mula pendidikan
Mahluk apakah pendidikan itu? Pendidikan adalah kata benda yang bersifat kontinyu. Pendidikan ada pada manusia, hanya terjadi pada manusia dan karena manusialah pendidikan itu ada. Seolah-olah kita manusia, sebagai mahluk, secara sengaja maupun tidak sengaja menciptakan mahluk baru yang bernama “pendidikan”. Selama seseorang masih hidup pendidikannya tidak akan berakhir. hal ini sering diistilahkan sebagai pendidikan sepanjang hayat.
1.1.2.1 Penciptaan pendidikan sebagai sistem masyarakat
Manusia sengaja membuat sistem pedidikan dikarenakan kaitannya erat dengan cara manusia menjalani kehidupan. Bisa dibilang, pendidikan adalah perantara manusia untuk memberitahu manusia lain tentang cara menjalani kehidupan. Tentang persetujuan dalam norma, nilai, adat dan kebiasaan yang berlaku. Hal ini menyebabkan pendidikan dipandang sebagai hal yang harus diperoleh manusia.
1.1.2.2 Penciptaan pendidikan sebagai mindset personal
Makna sebuah kalimat “Anak itu didik oleh alam” bukan berarti anak itu benar- benar dididik oleh alam, melainkan anak itu menyimpulkan. membentuk mindsetnya sendiri dari kenyataan yang ia rasakan dan saksikan di alam. Bisa dikatakan, dia mendidik dirinya sendiri. Namun, dalam konteks ilmu kependidikan, istilah “mendidik diri sendiri” tidak termasuk dalam kategori “mendidik” melainkan diartikan sebagai “pemahaman”. Sementara yang disebut “pendidikan” dalam konteks ini adalah proses dimana ada yang mendidik dan ada yang dididik. Dapat ditegaskan bahwa dalam konteks ilmu kependidikan, poin kedua ini tidak ada.
Pendidikan sendiri memiliki tujuan yang lebih dari sekedar mengajar atau melatih. Jika melatih diartikan sebagai aktivitas memberikan keterampilan, sedang mengajar berarti menyampaikan ilmu pengetahuan, maka mendidik berarti membentuk mindset untuk menyikapi proses dan hasil dari pelatihan dan pengajaran itu sendiri.
1.1.3 Pengertian Pendidikan
Pengertian pendidikan tidak lepas dari konsep dan perspektif. Membuat sebuah pengertian dari penjabaran konsep sama saja dengan mengulang konsep itu sendiri, hanya saja lebih singkat. Konsep itu dipelajari oleh ahli dan diterjemahkan menurut persepsi masing- masing. Berikut beberapa pengertian pendidikan menurut ahli.
a. Ki Hajar Dewantara menyatakan, bahwa pendidika umunya berarti day aupaya untuk memajukan tumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin , karakter), pikiran(intelek), dan tubuh anak.
b. John Dewey dalam bukunya Democracy and Education menyebutkan, bahwa pendidikan adalah proses yang berupa pengajaran dan bimbingan, bukan paksaan, yang terjadi karena adanya interaksi dengan masyarakat.
1.2 Ilmu pendidikan sebagai ilmu yang bersifat deskriptif – normatif
Ilmu ini berhubungan dengan siapakah “manusia” itu. Ilmu ini termasuk dalam bidang filsafat yaitu filsafat antropologi, pada pandangan ini ilmu filsafat antropologi sangat berpengaruh besar pada konsep – konsep serta praktik – praktik pada manusia itu sendiri karena nilai nilai ini sangat dijunjung tinggi oleh seorang pendidik. Nilai – nilai ini pun dijadikan sebagai norma untuk menentukan ciri – ciri manusia yang ingin dicapai melalui praktik perndidikan.Tetapi ilmu ini tidak diperoleh dari praktik dan pengalaman saja, secara normatif ilmu ini berasal dari norma masyarakat, norma filsafat, pandangan hidup, dan keyakinan pada diri kita masing – masing.
Untuk menjelaskan bahwa sistem nilai menjadi norma bagi pendidikan, maka dibawah ini disajikan beberapa uraian sebagai berikut :
a) Kenapa bangsa yunani kuno sangat mementingkan pendidikan?karena pendidikan dapat membentuk warga negara yang kuat dan dalam dunia pendidikan bangsa ini lebih mengutamakan pendidikan jasmani karena didalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat. Dapat kita pahami mengapa bangsa yunani beranggapan demikian, bangs a yunani ini terdiri dari banyak negara, banyak sekali terjadi peperanga antar negara sehingga mengalami ketegangan dan memerlukan kemampuan untuk mengatasi kesulitan itu, dari uraian di atas jelas bahwa sistem nilai yang menjunjung tinggi aspek jasmani telah memberi corak “deskritif – normatif” (menggambarkan norma norma yang diharapkan) .
b) Pada abad ke-17, 18, 19 di Eropa Barat mempunyai pandangan tentang manusia :
Manusia adalah Makhluk berpikir (Homo Sapiens), akal sebagai pangkal tolak. Orang – orang sangat menjunjung tinggi akal, baik teoretis maupun akal praktis. Dengan pengetahuan manusia dapat berbuat baik dalam pengertian sempurna. Maka pengetahuan dijadikan norma pelaksanaan pendidikan.
c) Kebenaran itu terletak pada kenyataan yang praktis. Apa yang berguna untuk diri itu adalah benar. Segala yang sesusi dengan praktik itu adalah benar. Pandangan ini sangat berpengaruh dalam psikologi dan menghasilkan metode – metode mendidik dangan cara mendrill dan pelatihan yang pada akhirnya menghasilkan manusia sebagai mesin yang berdasarkan respons terhadap stimulus
Dari ketiga uraian diatas tampak jelas, nilai – nilai yang dijunjung tinggi oleh pandangan manusia, atau bangsa itulah yang dijadikan norma atau kriteria untuk mendidik.
Dengan demikian ilmu pendidikan diarahkan kepada perbuatan yang bertujuan baik. Tujuan itu ditentukan oleh nilai yang dijunjung tinggi pada seseorang. Sedangkan nilai itu sendiri merupakan ukuran yang bersifat normatif, maka dapat kita tegaskan bahwa ilmu pendidikan adalah ilmu yang bersifat normatif.
1.3 Ilmu pendidikan sebagai ilmu yang bersifat teoretis dan praktispragmatis
1.3.1 Ilmu Pendidikan Sebagai Ilmu yang Bersifat Teoritis dan Praktis
Ilmu pendidikan adalah termasuk ilmu pengetahuan empiris yang diangkat dari pengalaman pendidikan.Kemudian disusun secara teoritis untuk digunakan secara praktis.Dengan menempatkan kedudukan lmu pendidikan didalam sistematika ilmu pengetahuan.
Ilmu pendidikan bersifat normatif berarti pendidikan juga bersifat praktis karena pendidikan sebagai bahan ajar yang patut dierapkan dalam kehidupan,sehingga pendidik bertugus menanamkan sistem sistem norma tingkah laku manusia yang dibanggakan,dihormati,dan dijunjung tinggi oleh masyarakat(kondisi sebaliknya akan menyebabkan anak dijauhi oleh masyarakat).Secara etis ilmu pendidikan diarahkan untuk menciptakan kesejahteraan hidup manusia,sebaliknya tindakan yang ditujukan untuk menistaakn atau melarakan manusia dikatan diluar perbuatan mendidik.
Dalam ilmu mendidik teoritis para cerdik cendikiawan pandai mengatur dan mensistemkan didalam pemikiran masalah yang tersusun sebagai pola pemikiran pendidikan.Jadi dri ppraktek-praktek teoritis inilh pendidikan disusun secara teoritis .Dan pemikiran pemikiran teoritis inilah yang disusun dalam suatu sistem pendidikan yang biasa disebut imu mendidik teoritis.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan sebagai ilmu praktis adalah suatu praktek pendidikan untuk mendapatkan kemudahan dan kenyamanan dalam mencari pengetahuan.Pendidikan sebagai ilmu teoritis adalah pendidikan dilaksanakan berdasarkan teori yang sudah ada untu mempermudah jalannya pendidikan.
1.3.2 Ilmu Pendidikan Sebagai Ilmu yang Bersifat Pragmatis
Pragmatis adalah sebuah konsep yang lebih mementingkan sisi kepraktisan dibanding sisi manfaat.Dengan kata lain pragmatis adalah sesutu hal yang lebih mementingkan hasil akhir ketimbang nilai nilai yang dianut oleh masyarakat.
Contoh Pragmatis adalah :
konsep permainan bola pragmatis yaitu permainan bola yang hanya bertujuan untuk manghasilkan poin atau gol tanpa mempertimbangkaan metode ataupun teknik bermain seperti menyerang atau bertahan.
1.3.2.1 Tujuan Pendidikan
Filsuf paragmatisme berpendapat bahwa pendidikan harus mengajarkan seseorang tentang bagaimana berfikir dan menyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi di dalam masyarakat. Sekolah harus bertujuan untuk mengembangkan pengalaman-pengalaman yang akan memungkinkan seseorang terarah kepada kehidupan yang baik.
Tujuan-tujuan pendidikan tersebut meliputi:
– Kesehatan yang baik
– Keterampilan-keterampilan dan kejujuran dalam bekerja
– Minat dan hobi untuk kehidupan yag menyenangkan
– Persiapan untuk menjadi orang tua
– Kemampuan untuk bertransaksi secara efektif dengan masalah-masalah sosial
Tambahan tujuan khusus pendidikan di atas yaitu untuk pemahaman tentang pentingnya demokrasi. Menurut pragmatisme pendidikan hendaknya bertujuan menyediakan pengalaman untuk menemukan/memecahkan hal-hal baru dalam kehidupan peribadi dan kehidupan sosial.
1.3.2.2 Kurikulum
Menurut para filsuf paragmatisme, tradisi demokrasi adalah tradisi memperbaiki diri sendiri (a self-correcting trdition). Pendidikan berfokus pada kehidupan yang aik pada masa sekarang dan masa yang akan datang. Kurikilum pendidikan pragmatisme “berisi pengalaman-pengalaman yang telah teruji, yang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Adapun kurikulum tersebut akan berubah
.
1.3.2.3 Metode Pendidikan
Ajaran pragmatisme lebih mengutamakan penggunaan metode pemecahan masalah (problem solving method) serta metode penyelidikan dan penemuan (inquiri and discovery method). Dalam praktiknya (mengajar), metode ini membutuhkan guru yang memiliki sifat pemberi kesempatan, bersahabat, seorang pembimbing, berpandangan terbuka, antusias, kreatif, sadar bermasyarakat, siap siaga, sabar, bekerjasama, dan bersungguh-sungguh agar belajar berdasarkan pengalaman dapat diaplikasikan oleh siswa dan apa yang dicita-citakan dapat tercapai.
1.3.2.4 Peranan Guru dan Siswa
Dalam pembelajaran, peranan guru bukan “menuangkan” pengetahuanya kepada siswa. Setiap apa yang dipelajari oleh siswa haruslah sesuai dengan kebutuhan, minat dan masalah pribadinya. Pragmatisme menghendaki agar siswa dalam menghadapi suatu pemasalahan, hendaknya dapat merekonstruksi lingkungan untuk memecahkan kebutuhan yang dirasakannya.
Untuk membantu siswa guru harus berperan:
a. Menyediakan berbagai pengalaman yang akan memuculkan motivasi. Film-film, catatan-catatan, dan tamu ahli merupakan contoh-contoh aktivitas yang dirancang untuk memunculkan minat siswa.
b. Membimbing siswa untuk merumuskan batasan masalah secara spesifik.
c. Membimbing merencanakan tujuan-tujuan individual dan kelompok dalam kelas guna memecahkan suatu masalah.
d. Membantu para siswa dalam mengumpulkan informasi berkenaan dengan masalah.
e. Bersama-sama kelas mengevaluasi apa yang telah dipelajari, bagaimana mereka mempelajarinya, dan informasi baru yang ditemukan oleh setiap siswa.
1.4 Pendidikan sebagai suatu sistem
Untuk mempermudah pemahaman tentang makna sistem, berikut beberapa definisi sistem dari beberapa ahli:
a. Definition of system by A.D Hall and R.E Fagen is “ a set of objects together with relationships between the objects and between their attributes”. (Satu set objek bersama-sama dengan hubungan antara objek dan antara atribut tersebut).
b. Definition of system by Rocci Luppicini: “the sum total of parts interrelated within one another and the whole structure or organization”. (Jumlah total dari bagian satu sama lain dan seluruh struktur atau organisasi)
c. Campbell (1979:3) menyatakan, sistem merupakan himpunan komponen atau bagian yang saling berkaitan yang bersama-sama berfungsi untuk mencapai suatu tujuan.
d. Johnson dan Rozenweig dalam Amirin (1986:10) menyatakan, sistem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks dan terorganisasi , suatu himpunan atau perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yang membentuk suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks dan utuh.
e. Shrode dan Voich dalam Amirin (1986:10) dalam menyususn definisi sistem hanya menampilkan unsur-unsurnya saja, yaitu himpunan bagian-bagian yang saling berkaitan, masing-masing bagian bekerja secara mandiri dan bersaam-sama satu sama lain saling mendukung, dalam rangka mencapai tujuan dan terjadi dalam lingkungan yang kompleks.
f. Pendidikan nasional dalam UU No. 20 Tahun 2003 adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Mengacu pada definisi diatas , maka dapat ditarik kesimpulan bahwa didalam sitem terdapat:
1. Komponen-komponen yang dapat dikenali.
2. Komponen-komponen tersebut saling terkait secara teratur.
3. Komponen-komponen tersebut saling ketergantungan satu sama lain.
4. Mekanisme antar komponen saling terkait dan merupakan satu kesatuan organisasi.
5. Kesatuan organisasi tersebut berfungsi dalam mencapai tujuan.
Suatu sistem pada umumnya dibedakan menjadi dua macam yaitu sistem terbuka dan sistem tertutup. Sistem tebuka artinya suatu sitem yang berhubungan dengan lingkungannya, komponen-komponennya dibiarkan berhubungan dengan komponen diluar sistem. Sistem tertutup yaitu semua komponennya terisolasi dari pengaruh luar, walaupun didalam kenyataannya tidak dijumpai didalam suatu sistem yang tertutup secara penuh.
Suatu sistem dapat merupakan subsistem dari sistem yang lebih besar atau sebaliknya. Masing-masing subsistem saling terkait satu sama lain dalam rangka mencapai keberhasilan tujuan sebagaimana yang diharapkan. Tiga komponen atau subsistem pokok dalam kegiatan proses pendidikan adalah subsistem masukan, proses dan keluaran. Subsistem masuikann dalam keseluruhan proses pendidikan antara lain terdiri atas sub-subsistem peserta didik dan potensinya. Subsistem proses terdiri atas sub-subsistem pendidik, kurikulum, gedung sekolah, sarana pembelajaran, metode. Subsistem keluaran meliputi hasil belajar yang berupa pengetahuan, sikap, keterampilan.
Setiap komponen yang terdapat di dalam sistem pendidikan seluruhnya harus dapat berfungsi sesuai dengan porsinya. Sehingga pendidikan tidak dapat tercapai apabila hanya ditangani secra parsial, tetapi pendidikan harus digarap secara sistematik yakni penanganannya harus memperhatikan seluruh komponen yang terkait.
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Hakikat pendidikan adalah upaya sadar untuk mengembangkan potensi yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia dan diarahkan pada tujuan yang diharapkan agar memanusiakan manusia. Hakikat pendidikan ini dapat terwujud melalui proses pengajaran, pembelajaran, pembersihan dan pembiasaan, dan latihan dengan memperhatikan kompetensi kompetensi pedagogi berupa profesi, kepribadian dan sosial.
1.2 Saran
Jangan pernah berhenti mengejar pendidikan karena pengetahuan dan ilmu berasal dari pendidikan
DAFTAR PUSTAKA
file.upi.edu/…/HAKIKAT_PENDIDIKAN.pdf
Juhaya S. Praja, Prof., Dr. 2003. Aliran-aliran Filsafat dan Etika Prenada Media: Jakarta.
Zainuddin, Fananie. 1992. Filsafat Ilmu dan Perkebangannya. Surakarta: Muhammadiyah University Press
Journal Definition of system by A.D Hall and R.E Fagen
Luppicini, R , “A Systems Definition of Educational Technology in Society. Educational Technology & Society” Concordia University, Canada, 2005.
Comments (3)
Kemerun
Norem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore worth.
ReplyAngelina
Norem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore worth.
ReplyNaymer JR
Norem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore worth.
ReplyLeave a Reply