Di kelompok Candi Arjuna terdapat empat candi utama dan satu candi pendamping

Menyelisik Kompleks Candi Tertua di JawaDari kanan ke kiri: Candi Semar, Candi Arjuna, Candi Srikandi, Candi Puntadewa, Candi Sembadra. Kelompok Candi Arjuna ini terletak di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara.

Dataran tinggi Dieng identik dengan suhu yang dingin, panorama yang indah, aneka kuliner yang menggoda. Satu lagi, Dieng adalah gunungnya para dewa.

Menurut sejarahnya, Dieng berasal dari kata “Di” yang berarti gunung dan “Hyang” yang berarti dewa. Kedua kata tersebut yang membentuk Dieng, dengan arti gunung dimana para dewa bersemayam. Candi-candi Hindu beraliran Syiwa yang ditemukan di Dieng memperkuat cerita tersebut.

Menurut data Perpustakaan Nasional, candi-candi Dieng pertama kali ditemukan oleh seorang tentara Inggris pada tahun 1814. Sekumpulan candi itu berada dalam kondisi terendam genangan air telaga. 40 tahun kemudian, Van Kinsbergen memimpin pengeringan telaga dimana candi-candi ini berada. Proses pembersihan diteruskan pada 1864, dan selanjutnya dilakukan pencatatan dan pemotretan oleh Can Kinsbergen.

Salah satu yang paling terkenal dan menarik perhatian wisatawan lokal maupun asing adalah kompleks Candi Arjuna. Terletak di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, kompleks Candi Arjuna memiliki luas sekitar 1 hektare.

Di kelompok Candi Arjuna terdapat empat candi utama dan satu candi pendamping. Empat candi utama itu adalah Candi Arjuna, Candi Srikandi, Candi Puntadewa dan Candi Sembadra. Keempatnya berjajar dari utara ke selatan. Satu candi pendamping bernama Candi Semar berada di sebelah barat Candi Arjuna.

Sebagian besar arca dari kompleks candi ini disimpan di Museum Kailasa yang terletak di Selatan komplek candi. Sementara, sebagian yang lain sudah hilang.

1. Candi Arjuna

Memiliki luas sekitar 4m2, tubuh candi berdiri di atas batur setinggi satu meter. Pintu masuk berada di bagian barat, dengan semacam bilik penampil yang menjorok keluar dari tubuh candi dan Kalamakara di bagian atas pintu.

Candi ini diperkirakan merupakan candi tertua di Jawa. Candi Arjuna juga merupakan satu-satunya candi dalam kelompok ini yang memiliki candi pendamping atau candi sarana, yaitu Candi Semar yang terletak menghadap Candi Arjuna.

2. Candi Semar

Seperti yang tertulis di atas, Candi Semar adalah candi pendamping Candi Arjuna. Konon, bangunan ini digunakan sebagai gudang menyimpang senjata dan perlengkapan pemujaan. Berdiri di atas batur setinggi 50 meter, dinding candi ini dihiasi lubang ventilasi. Atap candi berbentuk limasan, namun puncak atapnya sudah hilang.

3. Candi Srikandi

Tidak seperti tiga candi utama lain yang dibangun untuk menyembah Dewa Syiwa, Candi Srikandi dibangun untuk menyembah Trimurti (tiga dewa), Syiwa, Brahma dan Wisnu. Hal tersebut ditunjukkan dari pahatan yang menggambarkan Wisnu di dinding utara, Syiwa di dinding timur dan Brahma di dinding selatan. Sayangnya, atap candi ini sudah rusak, sehingga tidak terlihat bentuk aslinya.

4. Candi Puntadewa

Batur yang menjadi alas candi ini cukup tinggi, 2,5 meter. Membuat candi ini tampak paling tinggi di antara candi-candi lain di kelompok ini. Selain bentuknya yang mirip dengan candi Sembadra, atap bangunan ini juga sudah hancur. Bahkan kini Candi Puntadewa “dihiasi” instalasi kayu untuk menopang tubuh candi.

5. Candi Sembadra

Tubuh candi berdiri di atas batur setinggi 50 meter. Bentuk candi ini seperti bangunan tingkat dua jika dilihat sepintas. Lagi-lagi, puncak atap candi ini juga sudah hancur.

Source : https://nationalgeographic.co.id/berita/2015/08/menyelisik-kompleks-candi-tertua-di-jawa

Blue Fire di Kawah Ijen

Banyuwangi, wilayah di timur pula Jawa berjuluk Sunrise of Java, menyimpan keindahan alam yang luar biasa. Salah satu fenomena alam yang menarik adalah Api Biru di Kawah Ijen. Fenomena ini termasuk misterius, karena di seluruh dunia fenomena ini hanya terjadi di dua tempat, di Islandia, dan Kawah Ijen, Indonesia.

boston.com

Beberapa peneliti pernah meneliti fenomena ini. Joseph Stromberg dari Smithsonian berbicara pada fotografer Olivier Grunewald — yang sedang membuat film dokumenter di Ijen bersama Regis Etienne, dari  Society for Volcanology Jenewa — untuk mendapatkan penjelasan apa yang sebenarnya terjadi pada Kawah Ijen.

Grunewald menjelaskan, bahwa fenomena api biru Ijen memang nyata. Namun, bukan lava yang bertanggung jawab atas pendar api biru di Ijen, melainkan gas sulfur.

“Cahaya biru itu, yang tak biasa ditemukan di gunung berapi, bukan disebabkan oleh lava itu sendiri — penjelasan yang sering dimuat di di banyak situs,” kata Grunewald, seperti dimuat situs io9, Kamis (6/2/2014).

“Tapi disebabkan pembakaran gas belerang yang kontak dengan udara pada suhu di atas 360 derajat Celcius.”

Hal ini menyebabkan, fenomena ini hanya terlihat ketika malam hari/sebelum matahari terbit tiba. Setelah matahari terbit, sumber api yang berupa sulfur ini berubah warna menjadi kuning atau oranye.

Sulfur Mining

Fenomena gas sulfur di Ijen juga tergolong menakjubkan. Gas belerang muncul dengan kuantitas besar, bertekanan tinggi dan suhu luar biasa (kadang-kadang lebih dari 600 derajat Celcius) keluar bersama dengan lava.

Grunewald menyatakan, fenomena aneh ini sangat luar biasa. “Setelah beberapa hari disini, saya merasa seperti sedang berada di planet lain”, tambahnya.

Namun, indahnya api biru ini juga menyimpan bahaya. Gas sulfur yang muncul, bisa mengganggu kesehatan pernapasan, sehingga diperlukan masker untuk  menjelajahinya. Bahaya inilah yang menerpa para pekerja tambang sulfur yang tiap hari mengangkut 70 Kg sulfur turun dari gunung Ijen.

Kawah di Ijen juga memiliki fakta yang menarik. Kawah ini adalah danau asam tingkat tinggi yang terluas di dunia, terletak di tengah kaldera yang terluas di Pulau Jawa. Ukuran kaldera sekitar 20 kilometer. Ukuran kawahnya sendiri sekitar 960 meter x 600 meter dengan kedalaman 200 meter. Kawah ini terletak di kedalaman lebih dari 300 meter di bawah dinding kaldera.

Ijen Crater

Mengapa Kawah Ijen merupakan salah satu kawah paling asam terbesar di dunia? Tahukah Anda berapa derajat keasaman (pH) dari kawah ini? Kawah ini memiliki tingkat keasaman yang sangat tinggi yaitu mendekati nol sehingga bisa melarutkan tubuh manusia dengan cepat. Selain itu, suhu kawah yang mencapai 200 derajat celcius menambah takjub akan kawah yang sangat besar ini

Source: Jejakku.co