1. Baterai Nickel Cadmium (Ni-Cd).
Baterai Nickel Cadmium sebelumnya menjadi standar teknologi baterai laptop. Namun saat ini jarang digunakan lagi karena memiliki banyak kekurangan, yaitu:
a. Baterai jenis ini sangat berat dibanding jenis baterai laptop yang lain.
b. Baterai ini mengandung Cadmium yang merupakan bahan kimia yang beracun.
c. Sangat rentan terhadap apa yang dikenal dengan “memory effect“.
Maksud dari memory effect ini, begini.
Katakanlah saat ini baterai laptop kita setelah terpakai kapasitasnya tinggal 50%. Kemudian kita cas ulang dengan harapan baterai kita kembali penuh 100%. Namun di saat kita mau pakai laptop kembali (setelah di cas ulang), kapasitas baterai tetap 50%, sama seperti kondisi awal sebelum di cas. Jadi sia-sia kita menge-cas baterai tersebut.
Inilah yang dimaksud efek memori tersebut. Baterai tetap “mengingat” besarnya kapasitasnya setelah pemakaian terakhir.
Cara untuk menghindari memory effect pada baterai Ni-Cd, kita harus menggunakan laptop tersebut sampai baterainya benar-benar habis baru kemudian di-cas ulang sampai penuh.
Efek memori ini disebabkan pengkristalan zat-zat kimia dalam baterai yang akan mengurangi usia pakai baterai dan bahkan samasekali tidak bisa digunakan lagi.
.
2. Baterai Nickel Metal Hydride (Ni-MH).
Baterai Nickel Metal Hydride merupakan pengganti baterai Nickel Cadmium dan lebih baik dari baterai Nickel Cadmium dan yang pasti tidak mengandung zat beracun seperti Cadmium. Pengaruh “memory effect” kurang dibanding baterai Nickel Cadmium serta tidak terlalu banyak syarat dan perawatan yang dibutuhkan.
Kelemahan utama baterai Nickel Metal Hydride adalah akan bermasalah jika beroperasi pada temperatur sangat rendah atau sangat tinggi.
Kelebihan lain baterai ini dibanding Nickel Cadmium adalah baterai Nickel Metal Hydride memiliki kerapatan energi kira-kira dua kali lebih besar dari baterai Nickel Cadmium. Ini berarti waktu pakainya (run time) lebih lama dengan ukuran dan berat yang sama dengan baterai Nickel Cadmium.
3. Baterai Lithium-Ion (Li-Ion).
Lithium Ion merupakan standar baru baterai pada laptop. Baterai ini dapat menghasilkan energi yang sama besar dengan baterai Nickel Metal Hydride, tetapi lebih ringan sekitar 20% – 35%.
Sedangkan kandungan zat berbahaya, bisa dikatakan tidak ada. Namun Lithium sangat mudah tersulut api, sehingga diharapkan lebih berhati-hati jangan dibuang sembarangan jika sudah tidak terpakai lagi.
4. Smart Laptop Battery.
Smart Battery sebenarnya bukan termasuk jenis-jenis baterai pada laptop, namun perlu juga kita utarakan di sini. Smart Battery memiliki chip elektronik internal yang membuatnya dapat berkomunikasi dengan laptop sehingga laptop dapat memonitor kinerja baterai, tegangan dan temperatur baterai.
Dengan adanya chip elektronik internal ini, Smart battery akan dapat beroperasi lebih lama sekitar 15% karena penggunaannya jadi lebih efisien. Smart battery memberikan informasi yang lebih akurat sehingga laptop dapat menentukan berapa lama lagi baterai akan habis sebelum di-cas kembali.
– Sistem pengisian / penge-casan baterai berbeda-beda untuk tiap jenis baterai laptop di atas. Karenanya jangan meng-upgrade baterai dengan baterai baru yang memiliki teknologi yang lain, walau nampak casing-nya pas sama. Kecuali jika memang produsen laptop tersebut sebelumnya telah melakukan pra-konfigurasi sehingga laptop anda dapat menggunakan lebih dari satu jenis baterai. Cari informasi pada produsen laptop anda tentang hal ini.
– Baterai yang tidak digunakan dalam waktu yang lama akan berkurang sendiri arus listriknya (Self Discharge). Meskipun perawatan dan pemakaian baterai sudah sesuai aturan, sebaiknya baterai tetap harus diganti setelah 500 -1000 kali cas ulang.
– Jangan mengoperasikan laptop langsung dari jaringan listrik AC tanpa ada baterainya. Baterai sering berfungsi seperti kapasitor besar yang akan meredam tegangan puncak yang muncul dari jaringan listrik AC.
– Baterai laptop yang baru dalam kondisi belum di-cas (kosong), karenanya harus di-cas penuh dulu baru kemudian dipakai. Umumnya diperlukan pengecasan semalaman (12 jam) hingga baterai laptopnya penuh terisi. Saat dilakukan pengecasan baterai pertama kali biasanya setelah penge-casan 10 – 15 menit perangkat indikator menunjukkan seolah-olah baterai sudah penuh. Hal ini normal, tetap teruskan pengecasan baterai semalaman.
– Pengecasan terhadap beterai yang baru agak berat. Hal ini normal karena baterai tersebut memang belum pernah di-cas secara penuh sebelumnya. Bahkan terkadang charger-nya berhenti melakukan pengecasan sebelum baterainya terisi penuh. Jika terjadi hal yang demikian, keluarkan baterai dari tempatnya kemudian pasang kembali, kemudian teruskan pengecasannya. Hal ini normal, terkadang terjadi beberapa kali saat baterai di cas pertama kali.
– Jika jenis baterainya Nickel Metal Hydride atau Nickel Cadmium, lakukan pengecasan sampai penuh dulu baru kemudian dipakai sampai habis. Setelah itu di cas lagi sampai penuh. Lakukan hal ini ber ulang-ulang sekali dalam dua atau tiga minggu. Kalau jenis baterainya Lithium-Ion, hal di atas tidak perlu dilakukan.