upaya konservasi hutan mangrove di kota wali #2

Pemerintah Kabupaten Demak, Jawa Tengah berencana mengoptimalkan pengembangan konservasi hutan mangrove di wilayah pesisir pantai Kecamatan Sayung. Keberadaan ribuan hektar hutan bakau dan ratusan berbagai macam jenis burung yang ada di kawasan terdampak abrasi ini, dinilai berpotensi menjadi satu diantara aset wisata alam untuk menarik daya pikat wisatawan.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Demak, Moh. Ridwan, menuturkan, konservasi hutan mangrove yang digagas oleh pemerintah setempat ini berlokasi di Desa Bedon, Surodadi dan Timbulsloko. Potensi alam di wilayah ini, kata dia, akan digarap semaksimal mungkin agar bisa memberikan kontribusi bagi masyarakat dan kas daerah. Menurut Ridwan, pada 2015, Pemerintah Provinsi menganggarkan Rp 5 milyar untuk perbaikan infrastruktur menuju obyek wisata Morosari serta Rp 1 milyar untuk pengembangan Morosari. Morosari merupakan salah satu akses menuju konservasi hutan mangrove.

“Pihak Dirjen di Departemen Kelautan dan Perikanan saja mengatakan jikia potensi hutan mangrove di Demak lebih indah dibandingkan di Lengkawi, Malaysia. Ada ratusan burung disana seperti remutuk laut, cangak merah, kuntul, trinil kaki hijau, cerek jawa dan cekakak sungai. Sudah ada aturan untuk pelarangan membunuh atau menembak burung yang ada di sana, jelas Moh Ridwan.

Kepala Bidang Kelautan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Demak, Suharto, menuturkan secara realistis pengembangan konservasi hutan mangrove nantinya akan disinergikan dengan wisata bahari dan wisata religi yang menghubungkan dengan kawasan itu, sebut saja makam Syeh Mudzakir.

“Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Bidikmisi Blog Award di Universitas Negeri Semarang. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan jiplakan.”

This entry was posted in Artikel. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: