Konservasi tidak hanya sekedar wacana, opini, atau fisik belaka. Salah satu contoh pilar konservasi, yaitu paperless policy. Fakta dilapangan memperlihatkan penggunaan kertas yang masih tinggi. Mulai dari tugas kuliah, hingga skripsi masih membutuhkan banyak kertas. Jika saja Unnes mengeluarkan kebijakan kepada seluruh tenaga pengajar untuk tidak menggunakan kertas lagi dalam setiap tugas-tugas mahasiswa, maka berapa banyak kertas yang bisa dihemat. Secara tidak langsung, tindakan konservasi nyata telah dilakukan daripada dengan gencar melakukan pembangunan fisik secara terus-menerus, tapi mengabaikan hal yang mungkian terlihat sederhana, namun berdampak besar bagi lingkungan.
Ironis bagi kita bersama, ketika Universitas ini berkembang menjadi Universitas Konservasi, tapi kita masih menutup mata mengenai kondisi lingkungan dan masyarakat di sekitar Unnes. Lingkungan di dalam kampus sudah rindang dan tertata rapi namun berlawanan keadaannya dengan keadaan lingkungan sekitarnya, khususnya daerah Sekaran dan sekitarnya. Daerah ini banyak dijadikan tampat kos mahasiswa maupun sebagai tempat usaha warga masyarakat setempat, mulai dari kucingan, pasar krempyeng, warteg, fotokopi, salon, sampai toko alat tulis turut berjejeran di sepanjang jalan lingkungan Unnes. Masyarakat sekitar sepertinya tidak mau direpotkan dan mereka sepertinya tidak acuh dengan keadaan ini.
Pelaksanaan program Unnes Konservasi ini tentu berdampak pada lingkungan masyarakatnya. Pihak Unnes harus mampu merangkul masyarakat untuk bersama-sama membangun program besar ini. Sehingga bisa menjadikan wilayah Sekaran dan sekitarnya sebagai model konservasi yang benar-benar mengena.
Semoga misi konservasi ini dapat terwujud dengan baik dan adanya dukungan dari semua pihak, sehingga tidak terhenti hanya sebagai sebuah jargon.
Sumber : www.bp2munnes.org
“Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Bidikmisi Blog Award di Universitas Negeri Semarang. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan jiplakan.”