Hakikat Bahasa

Hakikat Bahasa

Manusia adalah makhluk sosial, sehingga manusia perlu berinteraksi dengan manusia lainnya. Pada saat manusia membutuhkan eksistensinya diakui, maka interaksi itu terasa semakin penting. Kegiatan berinteraksi ini membutuhkan alat, sarana atau media, yaitu bahasa. Sejak saat itulah bahasa menjadi alat, sarana atau media.

Tiada kemanusiaan tanpa bahasa, tiada peradaban tanpa bahasa tulis. Ungkapan-ungkapan itu menunjukkan betapa pentingnya peranan bahasa bagi perkembangan manusia dan kemanusiaan. Dengan bantuan bahasa, anak tumbuh dari organisme biologis menjadi pribadi di dalam kelompok. Pribadi itu berpikir, merasa, bersikap, berbuat, serta memandang dunia dan kehidupan seperti masyarakat di sekitarnya.

Hakikat bahasa sama halnya dengan menjawab pertanyaan tentang: “Apa sebenarnya bahasa itu?” Pada dasarnya bahasa merupakan rangkaian bunyi yang melambangkan pikiran, perasaan serta sikap. Pengertian bahasa jika dijawab melalui tiga sudut pandang, yakni:

  1. Bahasa sebagai istilah

Sebagai istilah, bahasa dapat memiliki pengertian yang bersifat umum-khusus dan abstrak-konkrit. Secara umum, pengertian bahasa dalam kalimat itu memiliki pengertian yang luas karena meliputi berbagai macam bahasa (Inggris, Prancis, Jepang, Indonesia, dan sebagainya). Bahasa dalam arti khusus, hanya merujuk pada bahasa tertentu. Misalnya, “bila orang mengatakan manusia memiliki bahasa”, pengertian bahasa dalam kalimat ini memiliki pengertian yang luas karena memiliki berbagai macam bahasa, contohnya seperti: bahasa Inggris, Prancis, Jepang, Indonesia, dan sebagainya.

 

  1. Bahasa sebagai sistem

Bahasa sebagai sistem berupa lambang bunyi bermakna yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Sebagai sistem lambang bunyi (ujaran) bermakna, antara bahasa yang satu dengan bahasa lainnya memiliki sistem yang berbeda, tetapi setiap bahasa sama-sama memiliki dua sistem, yakni sistem bunyi dan sistem makna.

 

  1. Bahasa sebagai alat

Bahasa sebagai alat, bahasa digunakan sebagai sarana komunikasi baik secara lisan maupun tulis. Bahasa lisan sangat efektif digunakan sebagai sarana komunikasi secara langsung antar sesama manusia. Secara tulis, bahasa dapat menjadi alat perekam berbagai peristiwa. Bahasa tulis juga digunakan sebagai bahasa ilmu.

Bahasa merupakan alat komunikasi yang mengandung beberapa sifat yaitu sebagai berikut:

  1. Bahasa dikatakan bersifat sistematikkarena bahasa memiliki pola dan kaidah yang harus ditaati agar dapat dipahami oleh pemakainya. Bahasa diatur oleh sistem. Setiap bahasa mengandung dua sistem, yaitu sistem bunyi dan sistem makna.
  2. Bahasa disebut mana sukakarena unsur-unsur bahasa dipilih secara acak tanpa dasar. Tidak ada hubungan logis antara bunyi dan makna yang disimbolkannya. Sebagai contoh mengapa manusia yang baru lahir disebut bayi bukan disebut remaja. Mengapa wanita yang masih muda disebut sebagai gadis bukan nenekatau sebaliknya. Jadi, pilihan suatu kata disebut bayi, remaja, gadis, nenek, dan lain-lainnya itu ditentukan bukan atas dasar kriteria atau standar tertentu, melainkan secara mana suka.
  3. Selanjutnya, bahasa disebut juga ujarankarena media yang terpenting adalah bunyi walaupun kemudian ditemui ada juga media tulisan.
  4. Bahasa disebut bersifat manusiawi karena bahasa menjadi berfungsi selama manusia yang memanfaatkannya, bukan makhluk lainnya.
  5. Terakhir, bahasa disebut bersifat komunikatifkarena fungsi utama bahasa adalah sebagai alat berkomunikasi atau alat penghubung antar keluarga, masyarakat, dan bangsa dalam segala kegiatannya.

 

2.2    Fungsi Bahasa

Secara umum sudah jelas bahwa fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Bahasa sebagai wahana komunikasi bagi manusia, baik komunikasi lisan maupun tulis. Fungsi ini adalah dasar bahasa yang belum dikaitkan dengan status dan nilai-nilai sosial. Dalam kehidupan sehari-hari, bahasa tidak dapat dilepaskan dari kegiatan hidup masyarakat, yang di dalamnya sebenarnya terdapat status dan niali-nilai sosial. Bahasa selalu mengikuti dan mewarnai kehidupan manusia sehari-hari, baik manusia sebagai anggota suku maupun bangsa.

Terkait hal itu, Santoso, dkk. (2004) berpendapat bahwa bahasa sebagai alat komunikasi memiliki fungsi sebagai berikut:

1)             Fungsi informasi, yaitu untuk menyampaikan informasi timbal-balik antaranggota keluarga ataupun anggota-anggota masyarakat.

2)             Fungsi ekspresi diri, yaitu untuk menyalurkan perasaan, sikap, gagasan, emosi atau tekanan-tekanan perasaan pembaca. Bahasa sebagai alat mengekspresikan diri ini dapat menjadi media untuk menyatakan eksistensi (keberadaan) diri, membebaskan diri dari tekanan emosi dan untuk menarik perhatian orang.

3)             Fungsi adaptasi dan integrasi, yaitu untuk menyesuaikan dan membaurkan diri dengan anggota masyarakat, melalui bahasa seorang anggota masyarakat sedikit demi sedikit belajar adat istiadat, kebudayaan, pola hidup, perilaku, dan etika masyarakatnya. Mereka menyesuaikan diri dengan semua ketentuan yang berlaku dalam masyarakat melalui bahasa.

4)              Fungsi kontrol sosial, bahasa berfungsi untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain. Bila fungsi ini berlaku dengan baik, maka semua kegiatan sosial akan berlangsung dengan baik pula. Dengan bahasa seseorang dapat mengembangkan kepribadian dan nilai-nilai sosial kepada tingkat yang lebih berkualitas.

Fungsi bahasa menurut Hallyday (1992) sebagai alat komunikasi untuk berbagai keperluan sebagai berikut:

1)             Fungsi instrumental, yakni bahasa digunakan untuk memperoleh sesuatu. Bahasa berfungsi menghasilkan kondisi-kondisi tertentu dan menyebabkan terjadinya peristiwa-peristiwa tertentu. Kalimat-kalimat berikut ini mengandung fungsi instrumental dan merupakan tindakan-tindakan komunikatif yang menghasilkan kondisi-kondisi tertentu.

Contoh :

  1. Cepat, pergi!
  2. Sampaikan salam hormat saya kepada Beliau!
  3. Silakan Anda berangkat sekarang!

2)             Fungsi regulatoris, yaitu bahasa digunakan untuk mengendalikan perilaku orang lain.

Contoh :

  1. Kalau Anda tekun belajar maka Anda akan lulus dengan baik.
  2. Kalau kamu mencuri maka kamu pasti dihukum.
  3. Sekali berbohong maka kamu akan ditinggalkan kawan-kawanmu.

3)        Fungsi intraksional, yaitu bahasa digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain.

Contoh :

  1. Penyapa hendaknya menyapa dengan sapaan yang tepat dan hormat.
  2. Penutur sangat perlu mempertimbangkan siapa mitra tutumya dan bagaimana adat-istiadat serta budaya lokal yang berlaku pada suatu daerah tertentu.

4)             Fungsi personal, yaitu bahasa dapat digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. Dari bahasa yang dipakai oleh seseorang maka akan diketahui apakah dia sedang marah, jengkel, sedih, gembira, dan sebagainya.

5)             Fungsi heuristik, yaitu bahasa dapat digunakan untuk belajar dan menemukan sesuatu.

Contoh :

  1. Mengapa di dunia ini ada matahari?
  2. Mengapa matahari bersinar?
  3. Mengapa jika matahari tenggelam hari menjadi gelap?

6)             Fungsi imajinatif, yakni bahasa dapat difungsikan untuk menciptakan dunia imajinasi. Fungsi ini biasanya untuk mengisahkan cerita·cerita, dongeng-dongeng, membacakan lelucon, atau menuliskan cerpen, novel, dan sebagainya.

7)             Fungsi representasional, bahasa difungsikan untuk menyampaikan informasi.

Contoh :

  1. Gula manis.
  2. Bulan bersinar.
  3. Jalan ke Tawangmangu naik turun dan berkelok-kelok.

 

Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional mempunyai fungsi khusus yang sesuai dengan kepentingan bangsa Indonesia. Fungsi itu adalah sebagai:

1)         Bahasa resmi kenegaraan. Fungsi ini bahasa Indonesia dipergunakan dalam

administrasi kenegaraan, upacara atau peristiwa kenegaraan, komunikasi timbal balik antara pemerintah dengan masyarakat.

2)         Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan. Sebagai bahasa pengantar, bahasa

Indonesia digunakan di lembaga-lembaga pendidikan, baik formal maupun nonformal, dari tingkat taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi.

3)         Sebagai alat pemersatu berbagai suku di Indonesia. Indonesia terdiri dari berbagai macam suku yang masing-masing memiliki bahasa dan dialeknya sendiri. Maka dalam mengintegrasikan semua suku tersebut, bahasa Indonesia memainkan peranan yang sangat penting.

4)         Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahasa Indonesia adalah satu-satunya alat yang memungkinkan kita membina serta mengembangkan kebudayaan nasional sedemikian rupa sehingga ia memiliki identitasnya sendiri, yang membedakannya dengan bahasa daerah. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, baik dalam bentuk penyajian pelajaran, penulisan buku atau penerjemahan , dilakukan dalam bahasa Indonesia.

5)         Bahasa resmi untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional serta kepentingan pemerintah. Dalam hubungannya dengan fungsi ini, bahasa Indonesia tidak hanya dipakai sebagai alat komunikasi timbal-balik antara pemerintah dengan masyarakat luas atau antar suku, tetapi juga sebagai alat berhubungan di dalam masyarakat yang keadaan sosial budaya dan bahasanya sama.

 

Sumber : https://andonus.blogspot.co.id/2013/04/hakikat-dan-fungsi-bahasa.html

RAGAM BAHASA

 

Pengertian kata ragam secara umum dalam bahasa Indonesia adalah tingkah, jenis, langgam, corak dan laras. Ragam bahasa diartikan sebagai variasi bahasa menurut pemakaian yang dibedakan menurut topik pembicaraan, sikap penutur, dan media atau sarana yang digunakan. Pengertian ragam bahasa ini memperhatikan situasi yang dihadapi, masalah yang hendak disampaikan, latar belakang pendengar dan pembaca yang dituju, dan media atau sarana yang hendak digunakan.

 

Pengertian ragam bahasa menurut para ahli sangat penting untuk dipahami, karena dari situ kita bisa menyimpulkan sendiri pengertian ragam bahasa versi kita sendiri. Berikut ini adalah beberapa definisi ragam bahasa yang dijelaskan oleh para ahli.

 

Pengertian ragam bahasa menurut Bachman

 

Menurut Bachman (1990), “ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda  menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara.”

 

Pengertian ragam bahasa menurut Dendy Sugono

Menurut Dendy Sugono (1999), “bahwa sehubungan dengan pemakaian bahasa Indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan bahasa baku dan tak baku. Dalam situasi remi, seperti di sekolah, di kantor, atau di dalam pertemuan resmi digunakan bahasa baku. Sebaliknya dalam situasi tak resmi, seperti di rumah, di taman, di pasar, kita tidak dituntut menggunakan bahasa baku.”

 

Pengertian ragam bahasa menurut Fishman ed

Menurut Fishman ed (1968), suatu ragam bahasa, terutama ragam bahasa jurnalistik dan hukum, tidak tertutup kemungkinan untuk menggunakan bentuk kosakata ragam bahasa baku agar dapat menjadi anutan bagi masyarakat pengguna bahasa Indonesia. Dalam pada itu perlu yang perlu diperhatikan ialah kaidah tentang norma yang berlaku yang berkaitan dengan latar belakang pembicaraan (situasi pembicaraan), pelaku bicara, dan topik pembicaraan.

Kesimpulan

Jadi bisa kita simpulkan bahwa ragam bahasa adalah variasi dalam pemakaian bahasa, yaitu perbedaan penutur, media, situasi, dan bidang.

  1. Perbedaan penutur
    Tiap-tiap individu mempunyai gaya tersendiri dalam berbahasa. Perbedaan berbahasa antar individu disebut idioleksedangkan perbedaan asal daerah penutur bahasa juga menyebabkan variasi berbahasa yang disebut dialek.
  2. Perbedaan media
    Perbedaan media yang digunakan dalam berbahasa menentukan pula ragam bahasa yang digunakan, sehingga bahasa lisan berbeda dengan bahasa tulisan.
  3. Perbedaan situasi
    Situasi pada saat pembicaraan dilakukan akan sangat berpengaruh terhadap ragam bahasa yang digunakan, sehingga ragam bahasa pada situasi santai akan berbeda dengan situasi resmi.
  4. Perbedaan bidang
    Ragam bahasa yang digunakan pada bidang yang berbeda mempunyai ciri yang berbeda pula, misalnya bahasa jurnalistik berbeda dengan ragam bahasa sastra.

 

 Dasar-dasar Ragam Bahasa

Pada ragam bahasa yang paling pokok adalah seseorang itu menguasai atau mengetahui kaidah-kaidah yang ada dalam bahasa. Kerena kaidah bahasa dianggap sudah diketahui, uraian dasar-dasar ragam bahasa itu diamati melalui skala perbandingan bagian persamaan bagian perbedaan. Dasar-dasar ragam bahasa yang akan diperbandingkan itu didasarkan atas sarana ragam bahasa lisan dan ragam tulisan.

Jenis-jenis Ragam Bahasa

 

  1. Ragam bahasa berdasarkan media

    a.   Ragam bahasa Media (Lisan)
    Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan kalimat. Namun hal itu tidak mengurangi ciri kebakuannya. Walaupun demikian ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan kalimat dan unsur-unsur didalam struktur kalimat tidak menjadi ciri kebakuan dalam ragam baku lisan karena situasi dan kondisi pembicara menjadi pendukung didalam memahami makna gagasan yang disampaikan secara lisan.
    Pembicara lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dengan pembicara lisan dalam situasi tidak formal atau santai. Jika ragam bahasa dituliskan, ragam bahasa itu tidak bisa disebut ragam bahasa tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan. Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari ciri- cirinya tidak  menunjukan cir-ciri ragam tulis, walaupun direalisasikan dengan tulisan,  ragam bahasa serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam tulis. Kedua ragam itu masing-masing adapun ciri dari keduanya:
    Ciri-ciri ragam lisan:
    · Memerlukan orang kedua/teman bicara.
    · Tergantung kondisi, ruang, dan waktu.
    · Tidak harus memperhatikan gramatikal, hanya perlu intonasi serta bahasa tubuh.
    · Berlangsung cepat
    Contohnya; “Sudah saya baca buku itu”

    b.   Ragam Tulis
    Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulisan makna kalimat yang diungkapkan nya ditunjang oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan unsur kalomat. Oleh karrena itu, enggunaan ragam baku tulis diperlukan kecermatan dan ketepatan dalam pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan, struktur bentuk katadan struktur kalimat, serta kelengkapaan unsur-unsur bahasa di dalam struktur kalimat.

    Ciri-ciri ragam tulis:
    1. Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara;
    2. Tidak tergantung kondisi, situasi & ruang serta waktu;
    3. Harus memperhatikan unsur gramatikal;
    4. Berlangsung lambat;
    5. Selalu memakai alat bantu;
    6. Kesalahan tidak dapat langsung dikoreksi;
    7. Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka, hanya terbantu dengan tanda baca.
    Contohnya: “Saya sudah membaca buku itu”.

    Perbedaan antara ragam lisan dan tulisan (berdasarkan tata bahasa dan kosa kata ) :

    Tata Bahasa :
    a. Ragam Bahasa lisan
    1.  Nia sedang baca surat kabar.
    2. Ari mau nulis surat.
    3. Tapi kau tak boleh menolak lamaran itu.
    b. Ragam bahasa tulisan.
    1. Nia sedang membaca surat kabar.
    2. Ari mau menulis surat.
    3. Namun, engkau tidak boleh menolak lamaran itu.

    Kosa kata :
    a. Ragam bahasa lisan
    1. Ariani bilang kalau kita harus belajar.
    2. Kita harus bikin karya tulis.
    3. Rasanya masih terlalu pagi buat saya, Pak
    b. Ragam bahasa tulisan
    1. Ariani mengatakan bahwa kita harus belajar.
    2. Kita harus membuat karya tulis.
    3. Rasanya masih telalu muda bagi saya, Pak.

 

  1. 2. Ragam Bahasa Berdasarkan Penutur

 

  1. Ragam bahasa berdasarkan pendidikan penutur

Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang berpendidikan berbeda dengan yang tidak berpendidikan, terutama dalam pelafalan kata yang berasal dari bahasa asing, misalnya fitnah, kompleks,vitamin, video, film, fakultas. Penutur yang tidak berpendidikan mungkin akan mengucapkan pitnah, komplek, pitamin, pideo, pilm, pakultas.

Perbedaan ini juga terjadi dalam bidang tata bahasa, misalnya mbawa seharusnya membawa, nyari seharusnya mencari. Selain itu bentuk kata dalam kalimat pun sering menanggalkan awalan yang seharusnya dipakai.

  1. Ragam bahasa berdasarkan sikap penutur

Ragam bahasa dipengaruhi juga oleh setiap penutur terhadap kawan bicara (jika lisan) atau sikap penulis terhadap pembawa (jika dituliskan) sikap itu antara lain resmi, akrab, dan santai. Kedudukan kawan bicara atau pembaca terhadap penutur atau penulis juga mempengaruhi sikap tersebut. Misalnya, kita dapat mengamati bahasa seorang bawahan atau petugas ketika melapor kepada atasannya. Jika terdapat jarak antara penutur dan kawan bicara atau penulis dan pembaca, akan digunakan ragam bahasa resmi atau bahasa baku. Makin formal jarak penutur dan kawan bicara akan makin resmi dan makin tinggi tingkat kebakuan bahasa yang digunakan. Sebaliknya, makin rendah tingkat keformalannya, makin rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.

  1. Ragam Bahasa Berdasarkan Situasi
  2. Ragam Baku

Ragam baku adalah ragam bahasa yang dipakai dalam forum resmi. Ragam ini bisa juga disebut ragam resmi.

 

  1. Ragam Tidak Baku

Ragam tidak baku adalah ragam bahasa yang menyalahi kaidah-kaidah yang terdapat dalam bahasa baku.

  1. Ragam Bahasa Berdasarkan Bidang
  2. Ragam Ilmu dan Teknologi

Ragam ilmu dan teknologi adalah ragam bahasa yang digunakan dalam bidang keilmuan dan teknologi.

  1. Ragam Sastra

Ragam satra adalah ragam bahasa yang bertujuan untuk memperoleh kepuasan estetis dengan cara penggunaan pilih jata secara cermat dengan gramatikal dan stilistil tertentu.

  1. Ragam Niaga

Ragam niaga adalah ragam bahasa yang digunakan untuk menarik pihak konsumen agar dapat melakuakan tindak lanjut dalam kerjasama untuk mencari suatu keuntungan finansial.

Sumber:

  1. https://irfanisprayudhi.wordpress.com/2013/09/30/arti-fungsi-dan-ragam-bahasa/
  2. https://herisllubers.blogspot.com/2013/10/ragam-bahasa-indonesia.html
  3. https://www.trigonalworld.com/2013/07/pengertian-ragam-bahasa-menurut-para.html

 

 

Dialek dan Idiolek

  1. Idiolek
    Bila kita membandingkan  bahasa seseorang dengan bahasa seorang yang lain, maka akan tampak bahwa setiap orang memiliki beberapa keistimewaan yang tidak dimiliki orang lain, walaupun mereka sama-sama anggota dari suatu masyarakat bahasa. Abiq dalam kebiasaan sehari-harinya suka mengucapkan kata  “ya kan”, sedangkan temannya Imron tidak suka dengan kebiasaan seperti itu. Pilihan kata pun dalam mengungkapkan sesuatu berbeda antara satu orang dengan orang yang lain, namun mereka sebenarnya pemakai satu bahasa, perbendaharaan dari satu bahasa. Tutur kata setiap anggota masyarakat bahasa yang ditandai perbedaan-perbedaan kecil semacam itu disebut idiolek.

 

  1. Dialek
    Setiap kelompok idiolek mempunyai persmaan yang khas dalam tata bunya, kata-kata, ungkapan-ungkapan, dan lain-lain. Tiap kumpulan mempunyai ciri tertentu yang membedakannya dengan kumpulan yang lain. Dalam bahasa Melayu kita mengenal ada Melayu Jakarta, Melayu Ambon, Melayu Medan. Dalam bahasa Jawa, terdapat perbedaan bahasa Jawa yang dipakai orang Surabaya dengan yang dipakai orang Semarang. Tiap-tiap perbedaan itu merupakan suatu kesatuan yang disebut dialek. Jadi, ada dialek Melayu Jakarta, dialek Melayu Medan, dialek Jawa Surabaya, dialek Semarang, dan lain-lain.

 

Sumber : https://bahasaindonesiayh.blogspot.co.id/2012/06/dialek-dan-idiolek.html

 

  1. Analisis kesalahan berbahasa dalam bidang sintaksis berdasarkan jenisketerampilannya (menyimak, membaca, menulis dan membaca)

Menurut Sungkar Kartopati (2010) dalam pembelajaran bidang sintaksis terdapat 4aspek yang berhubungan dengan analisis kesalahn berbahasa, yaitu :

  1. Pembelajaran Sintaksis dalam mendengarkan

Kalimat merupakan satuan kata yang mengandung gagasan yang menjadi pokok yangdidengar. Dari kegiatan mendengarkan tersebut respon atau tanggapan yang diharapkan dapat berupa aspek keterampilan yang bersifat produktif misalnya menulis atau berbicara. Dalamkegiatan atau sesuatu yang didengar tersebut diharapkan si pendengar dapat menyimpulkansesuatu yang didengar dalam kalimat yang benar pula. Sebagai contoh dalam sebuah TujuanPembelajaran dijelaskan bahwa hasil yang diharapkan adalah siswa mampu menyimpulkanisi berita dari bahan dengaran ke dalam beberapa kalimat dan menuliskan kembali berita yangdari bahan dengaran dalam beberapa kalimat.Untuk dapat mencapai tujuan tersebut siswa tentu saja harus mempunyai pengetahuanyang cukup tentang kalimat dan unsur-unsur pembentuknya. Bagaimana membuat kalimatyang efektif dan mudah dipahami oleh orang lain. Untuk mengajarkan kalimat kepada siswa

 

guru dapat menggunakan menggunakan metode-metode yang komunikatif dan melibatkansiswa secara langsung dalam membuat atau menganalisis kalimat.2.

 Pembelajaran Sintaksis dalam Berbicara

Kecermatan dalam menyusun kalimat merupakan syarat bagi siswa ketika berbicara agargagasan atau ide yang ingin disampaikan dapat dipahami oleh pendengar dengan baik.Pengetahuan tentang seluk beluk kalimat, baik jenis kalimat maupun keefektifan dalammenyusun sebuah kalimat sangatlah perlu. Bentuk kalimat adalah segi sintaksis yang berhubungan dengan cara berpikir logis, yaitu prinsip kausalitas yang menanyakan apakah Amenjelaskan B, ataukah B yang menjelaskan A. Logika kausalitas ini kalau diterjemahkan kedalam kalimat menjadi susunan subjek (yang menerangkan) dan predikat (yang diterangkan).Bentuk kalimat ini bukan hanya menyangkut persoalan teknis kebenaran tata bahasa, tetapi juga menentukan makna yang dibentuk oleh susunan kalimat.Dalam kalimat yang berstruktur aktif, seseorang menjadi subjek dari pernyataannya,sedangkan dalam kalimat pasif seseorang menjadi objek dari pernyataannya. Contoh kasusseoarang guru yang sedang menasihati siswa dapat disusun ke dalam bentuk kalimat pasif juga aktif. Kalimat guru menasehati siswa menempatkan guru sebagai subjek. Denganmenempatkan guru di awal kalimat, memberi klarifikasi atas kesalahan siswa. Sebaliknyakalimat siswa dinasehati guru, guru ditempatkan tersembunyi. Makna yang muncul darisusunan kalimat ini berbeda karena posisi sentral dalam kedua kalimat ini adalah guru.Struktur kalimat bisa dibuat aktif atau pasif, tetapi umumnya pokok yang dianggap pentingselalu ditempatkan diawal kalimat.

  1. Pembelajaran Sintaksis dalam Membaca

Sintaksis merupakan tataran gramatikal sesudah morfologi. Untuk Kalimat-kalimat yangdirangkai hingga membentuk wacana harus dapat dipahami oleh siswa sehingga siswa dapatmemahami sebuah tulisan melalui kegiatan membaca. Oleh karena itu, pengetahuan tentangkalimat perlu diberikan kepada siswa, melalui keterampilan bahasa lainnya.

  1. Pembelajaran Sintaksis dalam Menulis

Sintaksis atau tata kalimat yang mewajibkan siswa untuk dapat menyusun kalimat secaraefektif dan mudah dipahami. Dalam pelaksanaan pembelajaran siswa seringkali mengalamikesulitan dalam membuat kalimat sehingga menimbulkan kesalahan-kesalahan yangmenyebabkan gagasan yang ingin disampaikan tidak dapat dipahami oleh pembaca. Sebagai

 

contoh seorang guru meminta murid membuat kalimat dengan kata hasil. Siswa membuatnyamenjadi Hasil dari pada pembangunan harus kita nikmati, secara langsung guru pasti akanmelihat pada kesalahan penggunaan kata daripada. Sintaksis dalam pembelajaran menulisdapat dikemas dalam berbagai teknik pembelajaran yang menarik, misalnya dengan menulis berantai, yaitu guru memberikan satu kalimat pembuka dan siswa diminta untuk melanjutkankalimat tersebut, selain itu untuk menulis cerita guru dapat meminta siswa membuat paragraf pembuka atau penutup. Dengan demikian siswa akan tertarik untuk menulis.

  1. Berbagai contoh kalimat yang salah serta analisisnya

“Kesalahan orang itu yaitu ialah mencuri”

Membaca kalimat diatas pasti kita mengatakan bahwa kalimat itu salah. Kalimat tersebut

berbunyi “ Kesalahan orang itu yaitu ialah mencuri “.

Poerwadarminta (1976:367) dalam

Pateda (1989 : 60) menyatakan bahwa kata “ialah” bermakna “yaitu”, dan kata “yaitu” bermakna “ialah”. Dengan demikian kalimat diatas dapat diperbaiki menjadi :

 

“Kesalahan orang itu ialah mencuri”

 

“Kesalahan orang itu yaitu mencuri”

 

“ Para sodara jamaah pengajian sekalian yang kita hormati,….. Kita bersyukur kepada para

pelantara agama yang mana pada beliau-beliau itu begitu gigih memperjuangkan

agama….”

Kita lihat kesalahan yang sering kita jumpai ini adalah kerancuan atau gejala pleonasmedalam penjamakan. Kata / para / yang sudah menunjukkan lebih dari satu sering digabungkandengan kata / sekalian / atau diulang misalnya / para pengurus-pengurus, para bapak-bapak,dan sebagainya yang sudah sama-sama bermakna banyak. Demikian pula akhiran asing /-in / pada kata hadirin, ini juga sudah menandakan banyak. Kesalahan serupa sering kita simakmisalnya pada saat ada pertunjukkan hiburan di lapangan, pembawa acara menyambut

penampilan penyanyi idola mereka dengan ucapan “ Baiklah para hadirin sekalian, kitasambut penyanyi kesayangan kita…..” Bentuk yang benar adalah para hadir ( tetapi kurang

baik, kurang lazim ), sehingga bentuk yang baik dan benar adalah cukup hadirin atauditambah dengan kata sifat yang berbahagia. Dalam pengajian bisa menggunakan sapaanHadirin yang berbahagia, Bapak/ Ibu sekalian, Bapak/ Ibu/ Saudara sekalian yang sayahormati, Saudara-saudara yang berbahagia, Para Saudara jamaah pengajian yang berbahagiaatau yang mengharap rida Allah, yang dimulyakan Allah, dan sebagainya. Bentuk sapaansodara dalam pengucapan memang alih-alih menjadi bunyi / o /, padahal dalam penulisan dan juga pelafalan yang tepat adalah saudara ( secara etimologi berasal dari bahasa Sansekerta

 

yakni / sa / yang berarti satu dan / udara / yang berarti perut, jadi artinya adalah satu perutatau berasal dari satu perut ibu seperti kakak, adik. Lama-kelamaan kata itu meluas penggunaanya. Demikian pula kata / ibu /, / bapak / yang dialamatkan hanya pada lingkungankeluarga saja (Inta Sahrudin : 2008)

 

sumber : https://www.academia.edu/7339271/MAKALAH_Analisis_Kesalahan_Berbahasa_dalam_Bidang_Sintaksis

 

Kesalahan Sintaksis 

Kesalahan sintaksis adalah kesalahan atau penyimpangan struktur frase, klausa, atau kalimat. Analisis kesalahan dalam bidang sintaksis ini menyangkut urutan kata, kepaduan susunan frase, kepaduan kalimat, dan logika kalimat.

 

Sumber : https://latifalalabolla.blogspot.co.id/2013/03/komponen-komponen-analisis-kesalahan.html

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: