Pemetaan Budaya, Masyarakat Pengguna Bahasa Dialek, dan Tardisi Lisan di Suatu Daerah dan Nusantara (Antropologi SMA Kelas XI: BAB 2)

https://blog.unnes.ac.id/anisaauliaazmi/wp-content/uploads/sites/92/2015/12/Pemetaan Budaya

Budaya yang ada di Indonesia dipetakan sesuai dengan daerahnya masing-masing. Misalnya logat bahasa Jawa dari Indramayu, yang merupakan bahasa Jawa Tengah yang telah mendapat pengaruh bahasa Sunda; atau logat bahasa Sunda dari Banten; atau logat bahasa Cirebon, dan logat bahasa Sunda Cirebon. Selain itu, bahasa ngapak juga terdapat di daerah Jawa Tengah yaitu bahasa ngapak Tegal dan bahasa ngapak Banyumasan. Walaupun sama-sama bahasa ngapak tetapi antara Tegal dan Banyumas berbeda bahasa. Bahasa ngapak Tegal seperti: nyong (aku), kowen (kamu), ader (masa), laka-laka (tidak ada tandingannya), tuli (terus), pimen (bagaimana), pan (akan) dan sebagainya. Sedangkan bahasa ngapak Banyumasan seperti: inyong (aku), ko (kamu), teyeng (bisa), di akhir kata tanya menggunakan kata mbok (kan?), madang (makan), ngelih (lapar), kepriwe (bagaimana) dan sebagainya.

Masyarakat Pengguna Bahasa Dialek

Berdasarkan tingkat keformalannya, bahasa dan dialek-dialek yang berkembang di masyarakat juga memiliki berbagai variasi, berikut komunitas masyarakat pengguna bahasa dialek, antara lain:

  • Ragam Bahasa di Lingkungan Kantor dan Sekolah
    Dilingkungan kantor, sekolah, perusahaan, dan pemerintahan, digunakan ragam bahasa serta dialek yang resmi, yakni bahasa dan dialek yang telah dipilih serta diangkat menjadi bahasa resmi Negara. Bahasa resmi Negara adalah bahasa yang telah dipilih serta diangkat menjadi bahasa yang digunakan dalam administrasi Negara, perundang-undangan, dan upacara-upacara resmi. Di Indonesia, bahasa resmi Negara adalah Bahasa Indonesia, yang berkembang dari Bahasa Melayu.
    Penggunaan bahasa resmi di lingkungan institusi-institusi resmi atau formal terdapat perbedaan antara satu daerah dengan daerah lain. pemakaian bahasa Indonesia cenderung bercampur dengan penggunaan bahasa serta logat-logat daerah dimana bahasa Indonesia itu digunakan. Misalnya, jika digunakan di lingkungan resmi di Jawa Barat maka penggunaannya akan tercampur dengan logat dialek Sunda.
  • Di Lingkungan Pasar
    Pasar adalah tempat terjadinya transaksi para pedagang dengan para pembeli. dalam transaksi jual beli, digunakan ragam bahasa yang khas dikalangan kaum pedagang, yaitu ragam bahasa pasar. Ragam bahasa tersebut digunakan untuk menentukan harga. Biasanya dalam proses tawar menawar tersebut akan muncul istilah-istilah harga barang yang tidak asing di lingkungan para pedagang pasar. Misalnya di Jakarta dan beberapa kota lain komunikasi di kalangan para pedagang selalu dilakukan dengan istilah-istilah nilai harga yang diambil dari bahasa Cina hokian, seperti jigo yang berarti dua puluh lima, cepe yang berarti seratus, dll.
  • Di Lingkungan Remaja
    Salah satu ciri remaja adalah ingin bergaul dengan teman sebayanya. Upaya tersebut dilakukan dengan menggunakan ragam bahasa khusus yang hanya dipakai oleh anggota kelompok remaja. Penggunaan bahasa khusus tersebut bertujuan agar mereka bisa berkomunikasi antara anggota kelompok remaja dengan lebih leluasa.

Contoh Tradisi Lisan di Indonesia

Rebab Pariaman

Rebab Pariaman adalah salah satu tradisi lisan yang berasal dari Sumatra Barat. Rebab adalah sejenis alat musik gesek yang menggunakan tempurung kelapa sebagai badannya, ditutup dengan bambu dan di beri kayu serta hiasan bunga pada kepalanya. Cara membunyikan adalah dengan di petik atau di mainkan dengan busur gesek yang terbuat dari benang nilon halus. Bentuknya secara keseluruhan dan cara memainkannya persisi seperti biola.

Penyampaian cerita dilakukan oleh tukang rebab, yang selalu lelaki. Pertunjukan rebab sering memakan waktu cukup lama, yaitu di mulai setelah waktu isya dan berakhir menjelang waktu subuh. Pertunjukannya sendiri sangat interaktif dan sering melibatkan penonton, yang memberikan komentar secara langsung terhadap apa yang sedang di pertunjukan.

Teks rebab dibagi dalam dua unsur, yaitu dendang dan kaba. Dendang adalah syair yang dinyanyikan, dan kaba adalah cerita yang disampaikan. Sebagian besar cerita berlatar berlakang sebuah kerajaan,  dengan tokoh utama seseorang yang memiliki kekuatan gaib. Tema cerita kabanyakan berisi konflik antara anggota kerajaan.

Wayang

Wayang diperkirakan  mulai di kenal orang sejak zaman praaksara, yaitu sebagai media yang digunakan  dalam upacara mengundang roh nenek moyang. Wayang kemudian berkembang menjadi pertunjukan dalam bentuk teater, dengan menggunakan boneka-boneka berbentuk pipih. Setiap boneka memiliki perilaku, ciri, dan karakternya masing-masing mirip dengan ciri dan karakter manusia yang dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Bentuk fisik yang sangat bervariasi, tergantung imajinasi dan tradisi dari kelompok masyarakat pendukungnya.

Awalnya wayang hanya berkembang di Jawa dan Bali, tetapi sekarang banyak suku bangsa lain mempunyai wayang. Lakon dalam cerita wayang umumnya mengambil tema dari dua epos hindu, Mahabharata dan Ramayana.

Mengapa wayang terus bertahan dan dipelihara? Pertunjukan wayang sarat dengan ajaran moral, lakon dan tokoh-tokoh wayang yang di hidupkan oleh dalang ini mengandung hiburan, dapat digunakan sebagai media pendidikan, dan bahkan pada awal perkembangan islam wayang juga digunakan sebagai media dakwah. Karena wayang banyak di sukai orang dan mudah di terima di berbagai kalangan, muncul berbagai jenis wayang diantaranya.

  1. Wayang Kulit: tokoh-tokohnya terbuat dari kulit (kulit sapi ataupun kambing), dengan tampilan warna-warni yang menarik untuk menghidupkan karekter tokohnya.
  2. Wayang Wong: tokoh-tokohnya manusia dengan kostum yang sesuai dengan tuntunan cerita.
  3. Wayang Golek: tokoh-tokohnya di buat dari kayu, seperti wayang dari Jawa Barat.

Wayang beber

Wayang beber adalah bentuk wayang yang agak berbeda dengan wayang-wayang yang lain. Wayang beber menggunakan media gambar yang lakon-lakonnya di lukis di atas kertas (daluang) dengan ukuran antara 200 x 70 cm, lalu dibentangkan (beber). Dalang kemudian mulai menceritakan kisah yang sudah di siapkan. Wayang beber tidak melakonkan epos-epos besar seperti Mahabharatadan Ramayana, tetapi mengambil cerita dari kisah Panji yang terjadi pada masa Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Kediri (sekitar abad ke-8 hingga awal abad ke-16).

Untuk menghidupkan cerita, baik dalam wayang beber ataupun dalam wayang-wayang lain, dalang dibantu seperangkat gamelan. Dalang harus mampu mengekspresikan setiap tokoh dalam gambar yang dibeberkan tersebut. Sementara itu, suasana pertunjukan dibangun dengan kesan mistis dan gaib. Sebab, selain sebagai pencerita, dalang juga dipercaya memiliki kemampuan mengusir roh jahat.

Daftar Pustaka :

Danandjaja, James. Folklor Indonesia Ilmu gosip, dongeng, dan lain-lain. Jakarta: PustakaUtama Grafiti.

Sutardi, Tedi. 2007. Atropologi: Mengungkap Keragaman Budaya (untuk kelas XI SMA/MA). Bandung: PT. Setia Purna Inves

www.sirianti.com/contoh-bahasa-lisan.html (Diakses pada tanggal 20 Desember 2015)

https://blog.unnes.ac.id/anisaauliaazmi/

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: