Perbedaan magis dan religi
- Magi dan Agama
- Magi adalah kepercayaan dan praktik dengan keyakinan bahwa secara langsung mereka dapat mempengaruhi kekuatan alam dan antarmereka sendiri, entah unntuk tujuan baik atau buruk, dengan usaha-usaha mereka sendiri dalam memanipulasi daya-daya yang lebih tinggi.
Magi primitif terbagi dua jenis
1.Magi tiruan yang didasarkan pada kesamaan dalam bentuk atau dalam proses,; keserupaan menghasilkan akeserupaan. Misalnhyakalau seseorang memasukkan jarum pada suatu boneka, orang yang diserupakaan dengan boneka itu akana terkena pengaruhnnya. Disini ahli magi dapat membuat ‘hujan turun dengan men irukan bunyi guntur.
2. Magi sentuhan didasrkan pada hukum sentuhan fisik atau penulkaran dan oengaruh magis mdempunyai dasarnya pada kontak fisik. Disini ahli magi dapat mencelakaan orang lain , kalau dia dapat memperoleh sehelai rambut, seopotong kuku, secarik kain yang pernah bersentuhan dengan orang tersebut.
Kesusasteraan etnologi membedakan secara umum antara magi putih dan magi hitam menurut tujuannya masing-masing yakni apakah hal itu dilakukan untuk menolong atau mencederai orang.
Pada umumnya magi hitam dianggap tidak etis dalam hal sikap maupun campur tangannya dalam hubungan antarpribadi. Orang primitif melihat magi hitam sebagai suatu kejahatan yang sungguh-sungguh melawan masyarakat.
Orang jahat adalah orang yang mengarahkan pengetahuan dan bakatnya dalam hal magi hitam untuk melawan anggota-anggota dalam kelompoknya sendiri.
Dalam istilah Frazer baik magi tiruan maupun sentuhan disebut magi simpatik (symphatetic magic) dan ini memberikan kesan bahwa semua magi bersifat simpatik. Dan ini sangat berbeda dengan sosiolog Perancis H. Hubert dan M. Mauss yang mengatakan bahwa tidaklah benar bahwa semua magi berdasarkan pada prinsip gagasan dan tindakan simpatik, sebab tidak perlu diragukan ada kata-kata dan tindakan magis yang tidak simpatik, misalnya mantra.
Menurut Frazer, magi sama sekali tidak berkaitan dengan agama yang didefinisikan sebagai suatu orientasi ke arah roh, dewa-dewa atau hal-hal lain yang melampaui susunan alam atau kosmos fisik ini.
Ahli magi “tidak memohon kepada kuasa yang lebih tinggi ; ia tidak menuntut untuk kepentingan makhluk yang tidak tetap dan suka melawan ; ia tidak merendahkan diri dihadapan dewata yang hebat. Dia hanya dapat menguasai daya itu sejauh sesuai dengan hukum-hukum kemahirannya, atau dengan apa yang bisa disebut hukum-hukum alam sebagaimana dibbyangkannya.”.
Frazer berpendapat bahwa ahli magi mempunyai kaitan lebih erat dengan ilmuan darpipada agamawan. Ahli magi dan ilmuwan keduanya menganggap rangkaian kejadian sebagi sesuatu yang pasti dan mengikuti aturah dengan sempurna, terbatas oleh hukum-hukum yang tidak berubah, yang operasinya dapat diramalkan dan diperhitungkan dengan tepat ; unsur-unsur sepontanitas , kebetulan dan musibah dikecualikan dari jalan alam
Perbedaan antara ilmu dan magi adalah bahwa ahli magi menggunakan suatu konsepsi menyeluruh yang keliru tentang alam, tentang hukuk-hukum khsusus yang mengatur kejadian itu, karena kemiripan dan persentuhan bukanlah dasar penyebab yang sesungguhnya dalam alam.disamping itu, sikap heran dan kagum berkenaan dengan kekuatan magis , dalam ahli magi tidak ditemukan dalam ilmuwan.(ini suatu fakta yg gagal dicatat oleh Fraze
Berbeda dari ilmuan, ahli magi mencoba dan bahkan mengontrol dengan sarana upacara khsusus, daya yang menampakkan diri dalam fenomena alam dan kehidupan manusia.
Ahli magi menghubungkan dirinya dengan kekuatan “supernatural” yang melampaui alam dan manusia.
Degan demikian magi adalah suatu jenis supernaturalisme , sedangkan ilmu membatasi diripada hukum-hukum alam dalam lingkup ilmiahnya.
- Malinowski menerima pembedaan Frazer antara agama dan magi. Menurutnya Magi bersifat individual, sedangkan Agama lebih bersifat sosial.
Agama diungkapkan dalam bentuk mitos-mitos dan upacara-upacara yang mempunyai makna sosial dan dimana seluruh suku ambil bagian, sedangkan magi merupakan keadaan dimana seseorang mempergunakana penyihir untk memenuhi maksud-maksud pribadi tertentu, seperti kematian musuh, tercapainya kemakmuran atau kemenangan atas suatu perang.
Magi bertujuan mencapai hubungan denga daya-daya alam, pada hakikatnya bersifat manipulatif, yakni mau mengontrol daya-daya alam tersebut untuk kepentingan pribadi.
Agama sebaliknya berusaha menjalin suatu hubungan komunal dengan makhluk-makhluk rohani (dewa-dewa) yang lebih dari sekedar daya-daya impersonal.
Agama bisa mencari pertolongan dari dewa-dewa, tetapi hanya dengan memohon, bukan memerintah.
Meminjam kategori dari Martin Buber, bisa dikatakan bahwa magi dalam bentuknya yang murni menetapkan hubungan Aku-Dia yang manupulatif dengan alam, sedangkan agama mengarahkan diri pada hubungan Aku-Engkau, dari perjumpaan personal di mana manusia mau mengabdi dan memuji dewa sejauh ia sendiri akan dilkayani olehnya.
Dapat juga kita bedakan magi dari agama dengan mengatakan bahwa magi pada hakikatnya menggunakana dimensi instrumental dari kehidupan, sedangkan agama menekankan dimensi expresif.
Menurut Malinowski bahwa magi menggunakan tekniknya sebagai cara untuk mencapai tujuan eksternal, sedang agama biasanya memperkembangkan suatu upacara sosial yang bertujuan pada dirinya sendiri.
Secara sosiologis , magi maupun agama dapat dikatakan mempunyai dua tujuan yakni instrumental dan ekspresif. Dengan instrumental kita maksudkan bahwa orang menggunakannya untk mencapai tujuan-tujuan khusus. Dengan ekspresif kita maksudkan bahwa mereka menggunakannya untuk menyatakan dan menyimbulkan hubungan-hubungan sosial dan kosmologis tertentu
Hubungan Magi dan Agama
Meskipun perbedaann antara magi dan agama harus diterima, kita tak dapat menentukan suatu pemisahan yang luas antara keduanya karena memang ada kasus-kasus terjadinya peristiwa di mana magi merupakan isi dan fenomena religius. Unsur magis ini tidaklah semata-mata manipulatif, unsur religius di sini tidak semata-mata lepas dari manipulasi sebagaimana sering diharapkan. Agma dapat juga bersifat individualistis, sedang beberapa upacara magis mempunyai sifat komunal dan bentuk sosial dalam pelaksanaannya.
Carl Gustav Diehl telah meringkaskan faktor-faktor yang membedakan magi dan agama dengan jelas, sebagaimana diajukan oleh berbagai ilmuwan mengenai persoalan ini :
1.Sikap manusia : Agama memperlihatkan suatu fikiran yang tunduk, magi memperlihatkan sikap yang memaksakan dan mementingkan diri (soder blom); suatu pertentangan antara ketaatan dan kontrol Goldenweiser); seorang pribadi religius mem[erlakukan yang adikodrati sebagai subjek sedangkan seorang ahli magi memperlakukannya sebagai objek (wetter); magi memaksakan yang ilahi, sedangkan agama adalah ketaatan(Wach); dua reaksi psikologis yang sama sekali berbeda (Widengren); dua wilayah yang berbeda dari satu kesatuan yang besat, supernaturalisme (lowie); hakikat magi boleh dikata merupakan pemaksaan demi kepentingan kebutuhan-kebutuhan organis yang sagat mendesak (Radin) ; magi yang sejati memungkinkan orang untuk mempengaruhi berlangsungnya kejadian-kejadian lewat cara-cara psikis (Jensen).
- Hubungan dengan masyarakat : Agama adalah sosial kemasyarakatan, sedangkan magi adalah persoalan individual (Duirkheim) ; peribadatan yang terorganisasi lawan praktik-praktik individual (Hubert dan Mauss); pejabat yang tidak resmi itulah penyihir (Lang) ; pada magi, individu ada di garis terdepan (Held).
- Sarana : Magi adalah suatu teknik yang dirancang untuk mencapai tujuannya dengan cara menggunkan obat-obatan ; kalau obat-obatan ini digunakan semata-mata sebagai sarana, sebagai jenis muslihat khusus, untuk memperoleh tujuan-tujuan tertentu, maka kita berhadapan dengan magi (Lowie).
- Tujuan : kedekatan atan kesatuan dengan ilahi adalah agama ; magi memperhitungkan tujuan-tujuan dalam hidup (Beth) ; sarana demi tujuan, itulah magi; tujuan itu sendiri menampilkan agama (Malinowski) ; sebagai praktik magi adalah pemanfaatan dari kuasa untuk tujuan-tujuan umum atau privat ini (Webstre) ; magi terdiri dari tindakan-tindakan expresif dari suatu hasrat akan kenyataan (Kramrisch)
5 .Faktor tambahan : Pertentangan antara zat personal yang mempunyai hati dengan kekuatan-kekuatan yang dapat diperhitungkan (Frazer) ; pengenalan akan adanya suatu tata tertib transenden dilawan dengan tak adanya referensi transendental dari kuasa-kuasa di luar adiduniawi (James) ; apapun yang ditujukan pada Kuasa tak bernama adalah magi (Van Der Leeuw); saya tak dapat membandingkan perbedaan antara magi dan agama sebagaimana perbedaan antara suatu tujuan yang anti sosial dan sosial. Agama adalah kepercayaan pada sesuatu daya dalam alam raya yang lebih besar daripada daya manusia sendiri (Rivefs) ; magi adalah peribadatan ilmiah (Marett).
Sebagai kesimpulan dapat dikatakan bahwa magi berbeda dari agama. Pada hakikatnya magi bersifat manipulatif, meskipun manipulsinya berlangsung dalam suasana takut dan hormat, kagum dan heran,sama seperti ciri-ciri dalam sikap religius juga. Agama haruslah berarti suatu tindakan langsung dari sudut pandangan si pelaku, sedangkan magi tak pernah merupakan suatu metode langsung sebab tanpa adanya sarana,magi tak dimujngkinkan. Tak bisa dikatakan adanya “suatu magi yang alamiah” sebab semua magi bersifat mengelabui. Magi adalah muslihat.
Magi dan klasifikasinya
Magi adalah upacara dan rumusan verbal yang memproyeksikan hasrat manusia ke dunia luar atas dasar teori pengontrolan manusia untuk suatu tujuan.
Kita dapat menggariskan suatu klasifikasi umum dari magi dalam konteks tujuan-tujuan praktis ini, entah itu demi kemakmuran manusia, perlindungan terhadap interes-interes yang ada atau penghancuran kesejahteraan manusia lewat kejahatan atau hasrat untuk membalas dendam : magi produktif, magi protektif, dan magi destruktif.
1.Magi produktif
magi untuk berburu,menyuburkan tanah,pembuatan hujan,penangkapan ikan,pelayaran,perdagangan dan untuk percintaan.
- Magi protektif :
tabu-tabu untuk menjaga milik,magi untuk membantu mengumpulkan hutang,menanggunalangi kemalagan, pemeliharaan orang sakit, keselamtan perjalanan, dijadikan lawan terhadap magi destruktif
- Magi destruktif :
untuk mendatangkan badai, merusak milik, mendtangkan penyakit, mendatangkan kematian
Mengapa magi
Edward Taylor mengajukan empat alasannya
1.Sebagian dari efek yang dimaksudkan oleh magi memang terjadi, meskipun demi alasan-alasan lain atau mungkin karena ada kesungguhan konkret dalam pelaksanaan atau dalam obat-obatan yang digunakannya
2.Dalam kasus tertentu, tipu muslihat mungkin digunakan oleh ahli magi untuk mengelabui orang-orang, meskipun pada umumnya ahli magi sungguh-sungguh percaya,sama seperti orang-orang lain
3.Kasus-kasus positif lebih berarti daripada yang negatif
4.Aga kdepercayaan akan adanya magi balasan
Blognya diberi foto ya