Halo Sobat Ceria!
Ada seseorang bertanya, “Apa hukumnya mengidolakan artis korea atau boyband? kan mereka keren-keren?”
Naluri untuk mengidolakan sesuatu/seseorang memang wajar pada diri manusia, disadari atau tidak disadarinya. Katakan tak idolakan artis, namun ketahui seluruh kehidupan dan detail biografinya, bahkan memasang imajinya dimanapun, sama saja. Merasa cenderung kepadanya, memiliki ‘rasa’ saat melihatnya, kekaguman berlebih, merasa ajaib hanya dengan keberadaannya, sama saja. Itulah mengidolakan secara sadar ataupun tak sadar, dan itu wajar karena manusia memiliki naluri itu, mencari patron, idola.
Tak salah bila kita mengidolakan Rasulullah, para shahabat, dan generasi setelah mereka, sungguh amal mereka mengagumkan. Tak silap bila kita mengidolakan ahli Al-Qur’an dan hartawan yang ringan tangannya dalam membantu, karena kagum pada dua kelompok itu boleh. Namun, kagum pada artis korea? boyband? kenapa diri ini merasa ini perkara yang terlalu sia-sia? apa yang bisa kita dapat darinya?
Mengeksplorasi fisik dan materi fana, Mengeksploitasi “keren” dan akhirnya tanpa sadar mereka mengikat engkau dengan dunia yang mereka cinta. Mengandalkan wajah yang “cool”, tanpa sadar standar kita dalam menilai orang tidaklah dari akhlak sebagaimana perintah Allah, tapi dari fisik.
Setiap jiwa pasti akan merasakan mati, setiap yang bernyawa pasti akan rusak dimakan waktu, termasuk kulit indah dan wajah tampan. Saat di bawah tanah ia adalah konsumsi belatung, tak ada lagi yang bisa dibanggakan dari “keren” dan “cool” fisik. Dan apakah ada amal shaleh yang artis dan boyband itu buat? Nihil.
Selama ini belum pernah kita dengar bahwa salah satu dari pintu surga adalah kemahiran mengolah dansa dan wajah romansa, memang tak ada. Dan belum pernah disampaikan Rasulullah bahwa jalan untuk hindari neraka adalah wajah yang ‘’cool’’ dan gaya yang keren.
Tahukah kita, bila kita mengidolakan seseorang, maka kita akan selalu berusaha menyesuaikan diri kita dengan orang yang kita kagumi? Menirunya dalam segala perkara, memikirkan segala tindak tanduk bahkan semua cara berpikir dan merasa, seolah kita bagian darinya? Minimal kita memaksa diri mengetahui setiap hal yang ada padanya, bahkan melebihi tahu kita terjadap sirah Rasulullah? Naudzubillah.
Hadist :
“Barangsiapa yang menyerupai (penampilan) suatu kaum, maka ia adalah bagian dari mereka (HR. Abu Daud)”
Saat Anas bin Malik ditanya Rasulullah, “Apa yang telah kamu siapkan untuk hari kiamat?” Anas menjawab “Kecintaan kepada Allah & Rasul-Nya”. Maka Rasulullah menjawab, “Sesungguhnya kamu bersama yang engkau cintai” Subhanallah, kecintaan dan kekaguman menghantarkan tempat yang sama. Anas pun berucap “kalau begitu, aku pun mencintai Abu Bakar dan Umar, berharap bersama mereka walau amalku belum seperti mereka”.
Mengagumi, mencintai akan menyamakan tempat, bersama dengannya. bagaimana bila mencintai artis korea? boyband dan semisalnya? 🙂
cukuplah Rasulullah Muhammad, Khulafaurrasyidin, Sahabat dan Muslim tangguh lainnya yang menjadi idola dan yang kita kagumi. Selain memberikan manfaat di dunia, mereka juga bisa memberikan manfaat di akhirat, saat seluruh amal ibadah dihisab. Mengidolakan manusia biasa, apalagi di zaman ini, akan menghasilkan sesal dan kecewa, apalagi mengagumi dan mengidolakan yang gak Muslim.
[1477] Mereka diumpamakan seperti kayu yang tersandar, Maksudnya untuk menyatakan sifat mereka yang buruk meskipun tubuh mereka bagus-bagus dan mereka pandai berbicara, akan tetapi sebenarnya otak mereka adalah kosong tak dapat memahami kebenaran.
Subhanallah, semoga kecintaan pada orang Mukmin, kagum akan ibadah dan amal shaleh mereka selalu menghiasi akal-pikiran kita. Aminn J
Solusi Islami :
Mengidolakan seseorang timbul karena pihak yang mengidolakan mempunyai kecenderungan yang sama dengan pihak yang diidolakan, Ia mendapatkan apa yang diinginkan dalam diri sang idola. Pecinta sepakbola mengidolakan Ronaldinho bukan karena ketampanannya, akan tetapi karena keindahan permainan sepakbolanya.
Masalah mengidolakan adalah masalah pembentukan nilai-nilai yang ada dalam diri manusia. Pembentukan nilai-nlai adalah tugas dari pendidikan. Agar nilai yang terbentuk adalah nilai-nilai Islami maka yang dibutuhkan adalah pendidikan Islam. Membentengi diri kita dengan Nilai-nilai Islami, menjamin bahwa diri kita tidak akan mengidolakan “pelantun lagu-lagu haram”. Kita pun tercegah dari dampak negatifnya. Wallahu ‘alam.
Maka dari itu, ayo kita jadi penggemar yang bijak 🙂
Recent Comments