Nov 15

Budaya merupakan gagasan yang dijadikan pedoman dalam bersikap. Budaya memiliki peranan sebagai penuntun, pengarah bahkan sebagai pemaksa bagi masyarakat. Masyarakat jawa dikenal dengan budi bahasanya yang halus dan gemulai yang sering digambarkan seperti putri solo. setelah adanya masa pergeseran kebudayaan. Namun pada zaman dahulu budaya kekerasan bagi masyarakat jawa adalah hal yang sudah biasa dan tidak asing lagi, karena dilandasi atau dipengaruhi oleh beberapa sumber seperti nilai-nilai yang ada pada masyarakat jawaitu sendiri contohnya yaitu sanjungan kepada ksatria, yang adegannya sering dipertontonkan melalui wayang kulit ataupun wayang wong yang didalamnya tidak lepas dari pertarungan dan adegan kekerasan.

Budaya kekerasan pada masyarakat jawa juga terjadi pada masa kerajaan jawa seperti pada saat kekuasaan kerajaan mataram Sunan Amangkurat. Pada saat masih adanya kekuatan asing VOC, budaya kekerasan pada masyarakat jawa yang selanjutnya terjadi pada saat reformasi 1998 yaitu tekanan kepada para penguasa untuk menurunkan presiden Soeharto. Amuk massa yang diidentikkan dengan kekerasan pada massa reformasi yang mengancam akan terjadinya sebuah kemandegan atau stagnasi yang akan menghambat terwujudnya reformasi elemen yang ada pada massa itu, Gerakan massa pisowanan ageng merupakan salah mata rantai dari sejumlah aksi massa sebelumnya yang pernah terjadi Yogyakarta dan daerah yang ada di Indonesia.

Aktivis dan pihak keraton terjadi adanya sebuah kesepakatan memberikan sebuah nama sebuah gerakan-gerakan yang ada pada massa reformasi itu dengan nama pisowanan ageng. Reformasi pada masa itu di kerajaan Yogyakarta tidak berlangsung secara anarki atau tidak pernah adanya amuk massa. Kekerasan dalam lingkup pada masa itu yaitu massa yang merasa lapar dan haus saat mendatangi pisowanan . Pisowanan ageng jika dikaitkan dengan konteks kekerasan atau keras dan halus dalam kategori hierarki dalam masyarakat jawa yang berwujud dalam bertutur dan berperilaku. Dengan semua sumber kekerasan yang da di masyarakat jawa, budaya kekerasan dianggap negative dan tidak sesuai dengan budaya masyarakat jawa yang adiluhung, sopan, dan santun.

3 Responses to “BUDAYA KEKERASAN DALAM PRESPEKTIF NILAI-NILAI DAN ETIKA MASYARAKAT JAWA”

  1. bagaimana jika artikel tersebut dikaitkan dengan nilai-nilai dan etika masyarakat jawa pada saat ini 🙂

Leave a Reply