Nov 22

Desa Kaliombo terletak di Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara. Sebagian besar masyarakat masyarakatnya bermatapencaharian sebagai petani. Dan sebagian yang lain bekerja sebagai buruh pabrik, padagang, wiraswata dan PNS. Seluruh masyarakat atau penduduk desa Kaliombo beragama Islam. Aktivitas keagamaan di desa ini berjalan dengan baik. Hal ini ditunjang dengan keberadaan fasilitas keagamaan seperti Mushola yang berjumlah enam buah, dan sebuah Masjid. Seluruh aktivitas dan perilaku masyarakat didasarkan pada nilai-nilai dan norma-norma agama.Di desa kaliombo terdapat suatu tradisi masyarakat yang telah berlangsung lama yang dilaksanakan masyarakat menjelang Idhul Fitri.

Tradisi ini dikenal dengan nama “weweh”yaitu setiap keluarga memberiakn makanan berupa nasi, telur, dan lauk pauk kepada tetangga dan kerabat. Hampir seluruh masyarakat melakukan kegiatan tersebut. Sehingga saling terjadi pertukaran barang (makanan) diantara masyarakat. Ada masyarakat yang bertindak sebagai pemberi dan ada yang sebagai penerima. Dalam Antropologi Ekonomi kegiatan masyarakat tersebut disebut resiprositas, yaitu pertukaran timbal balik antar individu atau antar kelompok. Menurut Polanyi (1968:10) resiprositas adalah rasa timbal balik (resiprokal) sangat besar yang difasilitasi oleh bentuk simetri institusional, ciri utama organisasi orang-orang yang terpelajar.

            Di masyarakat Kaliombo, tradisi weweh ini dilakukan oleh siapapun, tidak memandang seseorang itu mempunyai kedudukan atau jabatan, seseorang itu mempunyai kekayaan dan lain sebagainya. Buruh memberikan makanan (weweh) kepada sang majikan. Begitu juga sebaliknya seorang majikan memberikan makanan (weweh) kepada buruh (bawahan). Kegiatan atau tradisi ini dapat berlangsung karena diantara masyarakat terdapat hubungan simetris. Hubungan simetris yaitu hubungan sosial, dengan masing-masing pihak menempatkan diri dalam kedudukan dan peranan yang sama ketika proses pertukaran berlangsung. Masyarakat desa yang mempunyai karakteristik tersendiri seperti gotong royong, kekeluargaan, hubungan intim atau hubungan personel yang kuat akan menunjang resiprositas yang terdapat di masyarakat.

            Keberadaan resiprositas juga ditunjang oleh stuktur masyarakat yang egaliter (Halperin dan Dow,1978:122), yaitu ditandai oleh rendahnya tingkat stratifikasi sosial, sedangkan kekuatan politik relative terdistribusi merata dikalangan warganya. Stuktur masyarakat yang egaliter ini memberi kemudahan bagi warganya untuk menempatkan diri dalam kategori sosial yang sama ketika mengadakan kontrak resiprositas. Masyarakat Kaliombo yang sebagian besar bermatapencaharian sebagiai petani, menunjukkan tingkat ekonomi masyarakat relative sama. Sehingga stratifikasi sosial di desa Kaliombo rendah.

            Tradisi weweh yang dilakukan oleh masyarakat Kaliombo setiap setahun satu kali ini merupakan resiprositas yang relativ pendek. Dikatakan pendek karena proses tukar menukar barang atau jasa dilakukan dalam jangka waktu tidak lebih dari satu tahun. Hal ini dapat dilihat bahwa tradisi weweh dilaksanakan selam bulan ramadhan dan mencapai puncaknya pada saat tujuh hari sebelum lebaran. Biasanya ketika suatu keluarga diberi weweh oleh keluarga lain, maka keluarga tersebut akan membalas memberikan weweh kepada keluarga yang memberi itu pada saat itu juga ataupun selang satu atau dua hari sesudahnya.

            Masyarakat Kaliombo memandang tradisi weweh ada beberapa pandangan :

  1. Bahwa tradisi weweh merupakan bagian dari shodaqoh. Bagi masyarakat Kaliombo yang mayoritas beragama islam, weweh merupakan salah satu bentuk pemberian dari seseorang kepada orang lain. Tujuan utama dari pemberian itu adalah mendapat pahala, bukan untuk mendapatkan penghargaan atau sanjungan dari orang lain. Hal ini disesuaikan dengan momen (waktu) ramadhan. Dengan berbuat baik kepada orang lain dengan cara memberi akan meringankan beban hidup orang lain.
  2. Sebagian masyarakat memandang tradisi weweh merupakan resiprositas umum, dimana individu atau kelompok memberikan barang atau jasa kepada individu atau kelompok lain tanpa menentukan batas waktu pengembaliannya. Disini masing-masing pihak percaya bahwa mereka akan saling memberi, dan percaya bahwa barang atau jasa yang diberikan akan dibalas entah kapan waktunya. System resiprositas umum biasanya berlaku dilapangan orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat dekat (Swartz dan Jordan, 1976 : 477-478). Di Kaliombo weweh diberikan kepada kerabat baik kerabat dekat maupun kerabat jauh yang masih mempunyai hubungan keluarga (genetis). Sedangkan weweh yang diberikan kepada tetangga atau teman itu mempunyai makna simbolik dari hubungan kesetiakawanan atau cinta kasih. Resiprositas yang digunakkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah resiprositas simbolik. Menurut Arnold Rose (dalam buku Ritzer, 2003:54) manusia berada dalam lingkungan simbol-simbol memberikan tanggapan terhadap symbol itu yang berupa fisik. Manusia memiliki kemampuan untuk menginterpretasikan simbol-simbol secara verbal melalui pemakaian bahasa serta memahami makna dibalik simbol.
  3. Sebagian masyarakat yang lain memandang tradisi weweh merupakan bentuk resiprositas sebanding. Orang memberikan weweh kepada orang lain mengharapkan balasan dengan barang atau jasa yang sebanding. Seseorang tetap berharap apa yang diberikan kepada orang lain akan kembali lagi. Dengan kata lain individu-individu yang terlibat dalam resiprositas tersebut tidak mau rugi. Kondisi seperti ini menunjukkan bahwa individu-individu atau kelompok-kelompok yang melakukan pertukaran bukan sebagai satu unit sosial, melainkan sebagai unit-unit sosial yang otonom.

Menurut Ritzer, jika seseorang membutuhkan sesuatu dari orang lain, tetapi tidak dapat memberikan apapun yang sebanding sebagai tukarannya, maka akan tersedia empat kemungkinan.

1)      Orang itu dapat memaksa orang lain untuk membantunya

2)      Orang itu mencari sumber lain untuk memnuhi kebutuhannya

3)      Orang itu terus bergaul dengan baik tanpa mendapatkan apa yang dibutuhkannya dari orang lain.

4)      Orang itu menundukkan diri terhadap orang lain dan dengan demikian memberikan orang lain itu penghargaan yang sama dalam hubungan antar mereka.

6 Responses to “PANDANGAN MASYARAKAT DESA KALIOMBO JEPARA TENTANG TRADISI WEWEH”

  1. Di Kudus juga ada, tapi nama tradisinya beda :thumbup:

  2. nambah pengetahuan ni, goood

Leave a Reply