Assalamu’alaikum…

Postingan kali ini saya akan membahas tentang hubungan patron klien antara tengkulak dengan petani. Artikel ini merupakan tugas dari mata kuliah sosiologi politik. seperti biasa, jangan lupa sent argumen kamu mengenai artikel ini ke [email protected] agar kita bisa bertukar pikiran. Selamat membaca…

Di era yang semakin modern, teknologi dan informasi berkembang dengan pesat. Alat-alat pertanian serta bibit tanaman unggul pun sedang digalakan oleh pemerintah. Di kabupaten kebumen sumber penghasilan terbesar berasal dari pertanian. Dengan luas lahan sawah 39.748 hektar para petani berusaha memperbaiki kondisi perekonomianya dengan bertani (BPS, 2015). Namun kenyataannya proses produksi yang tinggi tidak diseimbangi dengan keuntungan hasil produksi yang tinggi pula. Dalam hal ini adalah para petani kecil di Desa Sawangan Kabupaten Kebumen. Para petani kecil mempunyai kebergantungan ekonomi, sosial, kesehatan, dan sebagainya kepada para tengkulak padi. Hal itu terjadi karena para tengkulak seringkali membantu ketika petani kecil membutuhkan bantuan.

Hubungan yang terjalin ini merupakan keuntungan bagi kedua belah pihak, namun faktanya di masyarakat petani kecil (klien) seringkali terkesan dirugikan. Pasalnya hasil produksi tidak sebanding dengan penghasilan yang di dapat. Factor lahan pertanian yang semakin sempit juga membuat para petani kecil meminta perlindungan kepada tengkulak sebagai buruh dalam pertanianya sendiri. Artinya adalah para tengkulak memberikan lahan pertanian kepada petani kecil sedangkan hasilnya dijual kepada tengkulak tersebut. Keuntungan yang didapat hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan saja (subsistensi).

Hubungan patron klien anatara tengkulak dengan petani kecil ternyata mempunyai pengaruh besar diantara keduanya. Baik dalam kehidupan ekonomi dan sosial. Dalam pemiliihan lurah misalnya, petani kecil seringkali ditutut memilih calon berdasarkan pertimbangan oleh tengkulak. Mau tidak mau petani kecil mengikuti pilihan dari patronnya dengan alasan balas budi. Oleh karena itu artikel ini akan membahas pengertian tentang patron klien dan relasi patron klien antara tengkulak dengan petani kecil.

1. Petani Kecil dan Tengkulak

Terdapat dua jenis pertani yaitu petani besar dan petani kecil. Menurut BPLPL petani besar adalah petani yang memiliki lahan lebih dari 0,25 ha sedangkan petani kecil mempunyai lahan kurang dari 0,25 ha (Soekartawi, 2016). Kedua tipe ini didasarkan pada penguasaan tanah yang dimiliki petani. Petani kecil mempunyai pendapatan rendah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok saja. Petani kecil juga mempunyai sedikit modal usaha dan tabungan yang terbatas. Berbeda dengan petani besar yang mempunyai pendapatan besar serta keutungan dari pertanian yang dikelola.

Tengkulak merupakan pengusaha atau pemilik modal. Dalam hal ini seorang tengkulak mampu menentukan harga pasar suatu barang (Wigati dan Fitrianto, 2012). Harga yang dipatok berdasarkan kesepakatan oleh pemerintah serta kondisi ekonomi yang ada di masyarakat. Namun faktanya beberapa dari tengkulak yang justru menyalah gunakan wewengan nya untuk menekan harga jual sehingga merugikan para petani. Relasi yang telah terjalin dengan memberikan modal usaha bertani kepada petani membuat harga yang ditentukan tidak bisa ditolak. Pasalnya para tengkulak telah memberikan jasa besar tehadap para petani dengan banyak membantu kesusahan petani serta modal usaha yang diberikan.

2. Pola Hubungan Patron klien antara Tengkulak dan Petani Kecil

Sekarang ini jumlah petani kecil semakin bertambah. Hal ini ditandai dengan para petani yang hanya bisa mencukupi kebutuhan pokoknya tidak berpusat pada komersial. Para tengkulak memberikan kehidupan dengan membeli hasil panen dari para petani kecil. Bahkan tengkulak ini layaknya rumah bank yang siap memberikan pinjaman kepada para petani kecil yang membutuhkan uang. Sehingga ada rasa berhutang budi kepada sang tengkulak. Balasan yang diberikan biasanya berupa jasa.

Hubungan semacam ini diawali dengan tatap muka yang kemudian beralih menjadi simpati. Mempunyai rasa saling percaya dan rasa dekat. Sehingga, ketika membutuhkan bantuan maka keduanya bisa saling membantu. Baik berupa pinjaman modal usaha kepada klien ataupun bantuan jasa memanen kepada patron.
Hubungan patron klien bisa saja terjadi dengan teman dekat, keluarga besar, maupun tetangga. Begitu juga dengan tengkulak dan petani kecil, walaupun mempunyai sejarah persahabatan sejak kecil hubungan keterantungan ini bisa terjadi. Dapat dikatakan bahwa hubungan patron klien akan selalu ada di masyarakat. Hal itu terjadi karena hubungan patron klien seakan sudah mendarah daging sebagai sistem ekonomi sekaligus politik di mayarakat.
Di Desa Sawangan sendiri relasi antara tengkulak dengan petani kecil masih dapat dijumpai. Jumlahnya tidak lebih dari lima orang. Tengkulak desa mempunyai atasan tengkulak yang lebih besar. Daerah yang dikuasai oleh tengkulak satu mempunyai jalinan yang cukup kuat. Misalnya, roda perekonomian bergantung pada tengkulak di daerahnya. Walaupun terdapat lebih dari satu tengkulak dengan menawarkan harga jual yang lebih tinggi namun para petani lebih memilih menjual hasil panennya pada tengkulak tersebut. Hal tersebut dikarenakan tengkulak tersebut telah banyak membantu ketika petani susah.

Di daerah lain dapat dijumpai factor yang berbeda. Aksesbilitas menjad factor utama relasi patron klien antara tengkulak dank lien. Seperti dalam film The Burning of Season yang menceritakan para petani getah karet mempunyai ketrgantungan yang tinggi terhadap para pengepul. Berapapun harga yang ditawarkan para petani rela menerimanya bahkan tak jarang pengepul tersebut mencurangi dengan berbohong terhadap jumlah timbangan karena para petani tidak bisa membaca dan menulis.

Kekuasaan yang dilakukan oleh para tengkulak tersebut memberikan suatu ketergantungan yang nyata terhadap para petani kecil. Scott mengatakan terdapat ketimpangan antara relasi yang terjalin dari patron klien karena berdasarkan para kekayaan, kekuasaan, dan kedudukan (Adi Prasetijo, 2008). Patron memberikan bantuan berupa barang dan jaminan sosial yang sangat diperlukan oleh klien dan keluarganya sedangkan klien mempunyai kewajiban membalasnya, biasanya berupa jasa.

kesimpulanya, hubungan patron klien antara tengkulak dan petani kecil merupakan fenomena nyata yang terjadi di masyarakat. Relasi tersebut merupakan hubungan yang saling menguntungkan diantara kedua pihak. Petani kecil mendapatkan keuntungan dengan proses produksi yang terus berjalan serta mendapatkan jaminas sosial sedangkan tengkulak mendapat keuntungan dari balas budi dari petani kecil. Fenomena patron klien akan terus terjalin seiring dengan berkembangnya jumlah petani kecil.

sumber:
Soekartawi. 2016. Sebuah Catatan Tentang Definisi Petani Besar dan Kecil. Researchgate.net diunduh dari

https://www.researchgate.net/publication/314028738_Sebuah_Catatan_Tentang_Definisi_Petani_Besar_dan_Kecil Prasetijo, Aji. 2008. Hubungan Patron Klien. Etnobudaya.net
Di unduh dari https://etnobudaya.net/2008/07/31/hubungan-patron-klien/

Wigati, Sri dan Fitrianto, Achmad Room. Pendekatan Sustainable Livelihood Framwork dalam Rangka Membongkat Dominasi Tengkulak melalui kegiatan Kegamaan. Jurnal Academia.edu