Muhasabah Diri
Kuliah hanya mendengarkan ceramah dan berlomba lomba mencari nilai terbaik. Lalu apa yang kita dapat kan dari kuliah kawan. Perjuangan orang tua agar kita dapat menikmati bangku kuliah sepertinya terasa sia sia . berangkat pagi dan pulang sore dari kampus hanya bergurau tidak mengerti apa yang sebenarnya kita cari. Predikat mahasiswa yang disandang terasa sudah cukup. Berdosakah kita Tuhan ??? telah bersikap tidak serius dalam menuntut ilmu, tentunya jauh dari keinginan orangtua.
Sebagai agent of change seharusnya kita bergerak satu langkah lebih dari seseorang yang tidak mendapat gelar mahasiswa. Bahkan kini istilah agent of change itu tidak lagi seharusnya disandang lagi namun telah berubah menjadi directur of change yang memimpin dan menjadi pemikir perubahan tersebut.
Mungkin ini terasa tabu kenyataan yang ada dikelas. Saya sendiri merasa sangat bodoh ketika datang kekelas duduk dan mendengarkan apa yang disampaikan oleh dosen tanpa tahu apa yang disampaikan. Seakan kader yang akan menjadi directur of change itu mengalami kemunduran. Lihat saja apa yang saya dan meraka cari hanya nilai dari pertanyaan yang kami ajukan. Sedih dan merasa bersalah yang saya rasakan. Nampaknya mimpi ini belum berakhir.Dulu saat masa masa orde baru kita mahasiswalah yang menjadi penggerak, sebagai proklamator keadilan. Mengkritisi segala kebijakan pemerintah yang menyimpang dan tak segan menggulingkan kekuasaannya para elit elit pemerintah.
Tapi itu dulu ketika kita dapat merasakan penderitaan yang sebenarnya. Ketika makanan yang ada dimeja tak ada. Sembako dan bahan pokok yang harganya tersa mencekik. Yang dulu ingin mengeluarkn kata kata seruan keadilan terasa sulit dan menakutkkan karna para petrus yang siap mengeksekusi tanpa permisi. Saat itu jiwa kita sebagai mahasiswa menggelora.Kini semua berbeda sekarang kita mudah mendapatkan apa yang kita butuhkan. Lauk dan nasi siap diatas meja. Pendapat secara bebas disuarakan. Bahan bahan pokok yang naik terasa lewat begitu saja. Tapi justru kesenjangan dan kemiskinan sekarang begitu lebih terasa. Uang yang kita punya hanya mengalir begitu saja.
Faktor ini mungkin yang mengakibatkan saya dan anda merasa tak terjadi apa apa. Kuliah terasa ringan tanpa beban, ceramah dan ceramah dosen yang lewat saja tanpa adanya tempat saringan untuk menampungnya. Peperangan yang sebenarnya sedang terjadi mengancam bumi pertiwi. Saatt ini perang itu lebih tersusun rapi menggeroggoti lini negeri. Inilah yang dikhawatirkan oleh sang proklamator bangsa mengenai pesan beliau, bahwasanya perjuangan bung karno lebih mudah karena mengusir penjajah, perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.
Saya sendiri merasa sangat bodoh jika hanya berdiam diri. Duduk menanti selesainya hari. Menunggu waktu ceramah dosen usai. Asa para pendiri negeri dan saudara kita yang rela berkorban mati di tragedi 98, pupus begitu saja.Teringat sebuah pesan dari walikota muda yang telah membuktikan dedikasinya untuk bangsa. Ia tak banyak bicara tapi membuktikannya lewat kata menggugah jiwa. Katanya “Hidup hanya sekali jangan menua tanpa karya dan inspirasi”.
Saya anda kita mari belajar bersama mengapai asa para pendiri bangsa.