Kebimbangan Mahasiswa Antropologi

Grand Design :

Antrpologi merupakan Ilmu yang mempelajari tentang kebudayaan yang ada di dalam masyarakat, bagi masyarakat awam Antrpologi layaknya Ilmu Sejarah yang hanya mempelajari kehidupan manusia pada masa lampau beserta peninggalannya, hal ini terjadi karena masyarakat jarang yang mengetahui Antropologi itu seperti apa dan batasan-batasan Ilmu Antrpologi itu pada tataran mana. Mahasiswa Jurusan Antropologi pun masih banyak yang belum memahami secara jelas tentang Imu ini jadi mereka juga masih bingung dalam memilih aliran yang ada dalam Ilmu yang mereka pelajari sendiri.

 

Para ahli antropologi (antropolog) sering mengemukakan bahwa antropologi merupakan studi tentang umat manusia yang berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya, dan untuk memperoleh pengertian ataupun  pemahaman yang lengkap tentang keanekaragaman manusia (Haviland, 1999: 7; Koentjaraningrat, 1987: 1-2). Jadi antropologi merupakan ilmu yang berusaha mencapai  pengertian atau pemahaman tentang mahluk manusia dengan mempelajari aneka warna  bentuk fisiknya, masyarakat, dan kebudayaannya. Ilmu Antropologi sendiri mengalami perkembangan melalui beberapa fase yaitu fase pertama dimulai dengan Orang-orang eropa tersebut, yang antara lain terdiri dari para musafir, pelaut, pendeta, kaum nasrani, maupun para pegawai pemerintahan jajahan, mulai menerbitkan buku-buku kisah perjalanan, laporan dan lain-lain yang mendeskripsikan kondisi dari bangsa-bangsa yang mereka kunjungi. Deskripsi tersebut berupa adat istiadat, susunan masyarakat, bahasa, atau cirri-ciri fisik. Deskripsi tersebut kemudian disebut sebagai “etnografi” (dari kata etnos berarti bahasa. Fase kedua Pada awal abad ke-19, ada usaha-usaha untuk mengintegrasikan secara serius beerapa karangan-karangan yang membahas masyarakat dan kebudayaan di dunia pada berbagai tingkat evolusi. Masyarakat dan kebudayaan di dunia tersebut mentangkut masyarakat yang dianggap “primitiv” yang tingkat evolusinya sangat lambat, maupun masyarakat yang tingkatannya sudah dianggap maju. Pada sekitar 1860, lahirlah antropologi setelah terdapat bebarapa karangan yang mengklasifikasikan bahan-bahan mengenai berbagai kebudayaan di dunia dalam berbagai tingkat evolusi. Fase Ketiga Pada awal abad ke-20, sebagian besar Negara penjajah di Eropa berhasil memantapkan kekuasaannya di daerah-daerah jajahan mereka. Dalam era colonial tersebut, ilmu Antropologi menjadi semakin penting bagi kepentingan kolonialisme.Pada fase ini dimulai ada anggapan bahwa mempelajari bangsa-bangsa non Eropa ternyata makin penting karena masyarakat tersebut pada umumnya belum sekompleks bangsa-bangsa Eropa. Dengan pemahaman mengenai masyarakat yang tidak kompleks, maka hal itu akan menambah pemahaman tentang masyarakat yang kompleks. Fase keempat Pada fase ini, antropologi berkembang pesat dan lebih berorientasi akademik. Penembangannya meliputu ketelitian bahan pengetahuannya maupun metode-metode ilmiahnya. Di lain pihak muncul pula sikap anti kolonialisme dan gejala makin berkurangnya bangsa-bangsa primitive (yaitu bangsa-bangsa yang tidak memperoleh pengaruh kebudayaan Eropa-Amerika) setelahPerang Dunia II. Menyebabkan bahwa antropologi kemudian seolah-olah kehilangan lapangan. Oleh karena itu sasaran dan objek penelitian para ahli antropologi sejak tahun 1930 telah beralih dari suku-suku bangsa primitiv non Eropa kepada penduduk pedesaan, termasuk daerah-daerah pedesaan Eropa dan Amerika. Secara akademik perkembangan antropologi pada fase ini ditandai dengan symposium internasional pada tahun 1950-an, guna membahas tujuan dan ruang lingkup antropologi oleh para ahli dari Amerika dan Eropa.

Ilmu Antropologi terkesan hanya sebagai disiplin Ilmu pengetahuan saja dan tanpa bisa diterapkan pada masyarakat untuk membangun masyarakat itu sendiri, alasan itulah salah satu yang mengakibatkan eksistensi Ilmu Antrpologi kurang dilihat di dalam masyarakat umum dan dengan demikian Jurusan Antropologi pula kurang diminati oleh masyarakat. Namun pada perkembangannya para ahli Antropologi di dunia terutama negara-negara maju mulai berfikir kalau Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang berguna bagi pembangunan masyarakat, dari situlah Ilmu Antropologi berkembang pesat dan munculah disiplin Ilmu Antrpologi Terapan. Antropologi Terapan merupakan cabang Antropologi yang belum lama dikenal yang muncul untuk menjawab tantangan zaman. Antropologi terapan ini diadakan untuk langsung diaplikasikan sesuai situasi dan kondisi. Misalnya; pasukan militer yang di tugaskan ke daerah konflik, mereka perlu dibekali dengan Antropologi yang langsung bisa diaplikasikan di daerah konflik, sehingga misi yang mereka emban dapat tercapai. Sejarah mencatat bahwa kekerasan tidak dapat dikalahkan dengan kekerasan. Dengan mengenal dan mengetahui, bagaimana masyarakat dan budaya di daerah konflik, maka perdamaian akan dapat terwujud. Secara umum, antropologi terapan adalah satu bidang dalam ilmu antropologi tempat pengetahuan (knowledge), ketrampilan (skills), dan sudut-pandang (perspective) ilmu antropologi digunakan untuk menolong mencari solusi bagi masalah-masalah praktis kemanusiaan dan memfasilitasi pembangunan.

Perkembangan Ilmu Antropologi yang begitu pesat juga menyebabkan kebingungan bagi mahasiswa jurusan Antrpologi itu sendiri seperti halnya pada Mahasiswa Jurusan antrpologi di Univesritas Negeri Semarang. Memahami konsep dasar Ilmu Antrpologi saja masih sulit contohnya memahami mengenai konsep kebudayaan itu seperti apa, kebudayaan itu apakah melekat pada Individu atau dalam kelompok. Ditambah lagi dengan perkembangan munculnya ilmu Antrpologi sebagai ilmu terapan mereka termasuk juga saya masih sering men-Dikotomikan antara Atropologi murni & Antrpologi terapan. Manakah yang menjadi pembeda diantara keduanya ? dengan demikian bagaimana Mahasisiwa jurusan Antropologi dapat menentukan arah mereka jika pengertian beserta beberapa konsep dasar dalam Antropologi saja mereka masih meraba-raba. Ditambah lagi dengan masalah yang sering dihadapi oleh mahasiswa jurusan Antropologi terkait pertanyaan “ Jika nanti kamu lulus mau jadi apa ? dan bisa jadi apa lulusan mahasiswa jurusan Antropologi ? “. Pertanyaan tersbutlah yang kadang semakin membuat mahasiswa jurusan Antrpologi mengalami kebimbangan dan mereka kemudian banyak berfikiran bahwa mereka salah mengambil Jurusan. Amri dalam bukunya mengungkapkan tentang ke galauan mahasiswa Antropologi beliau memandang akar masalah Mahasiswa pada umumnya adalah bagaimana tujuan mereka ( mahasiswa) berkuliah. Pada dasarnya selain untuk menuntut ilmu, motivasi seseorang untuk melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi tidak semata-mata karena tertarik kepada objek studinya, atau karena dorongan untuk berbakti pada bangsanya. Tapi karena ada hal yang jauh lebih penting, yaitu setelah lulus kuliah dan jadi sarjana kontribusi apakah yang dapat diberikan dari Jurusan saat mereka kuliah untuk masa depannya. Masalah yang dihadapi oleh mahasiswa adalah mereka mementingkan masalah karir dan masalah masa depan mereka. Memang benar kata Amri mahasiswa baik dulu maupun sekarang hanya berorientasikan pada masa depan karir mereka entah bagaimana bangsanya berkembang yang terpenting adalah mereka dapat membeli sesuap nasi untuk menghidupi dirinya kelak beserta keluarganya. Tapi bukankah bangsa dibangun untuk memenuhi masa depan baik bagi warganya ?, dan bukankah jurusan juga harus juga memikirkan jaminan masa depan bagi lulusannya ?. masalah tersbutlah juga yang menjadi alasan mengapa minimnya animo mahasiswa pada jurusan Antropologi, Antrpologi masih dianggap Ilmu yang tidak jelas kegunaanya bagi pembanguna bangsa.

Namun sekarang saya pribadi sebagai mahasiswa Antropologi dari apa yang telah di jelas kan Marzali dalam bukunya saya berpandangan bahwa Ilmu Antrpologi bukan hanya Ilmu yang dianggap tidak berguna bagi pembangunan bangsa bahkan sebaliknya Ilmu Antropologi merupakan salah satu elemen penting yang harus diperlukan bangsa Indonesia yang sedang gencar-gencarnya melakukan pembangunan. Pembangunan pada dasarnya bukan hanya pembangunan secara fisik, akan tetapi pembangunan juga harus melihat kebutuhan masyarakat serta nilai-nilai yang ada pada masyarakat yang akan dibangun. Disinilah peran Antropolog dan calon-calon Antropolog untuk berkiprah sekarang jangan bingung ketika kita mengambil jurusan Antropologi setelah kita menyelesaikan study dan menjadi sarjana mau jadi apa. Banyak yang dapat mahasiswa Antropologi lakukan dengan Ilmu yang dimiliki mahasiswa Antropologi bisa menjadi penyambung lidah dalam pembangunan maksutnya pembangunan yang akan dilakukan oleh pembuat kebijakan Antropolog lah yang akan menyampaikan bagaimana kebijakan itu di rasakan oleh masyarakat, apakah itu baik atau buruk dan apakah yang masyarakat butuhkan selain hanya pembangunan fisik semata. Masiswa Antropologi bisa saja menganut Aliran yang ada dalam Ilmu Antropologi seperti menganut aliran Antropologi sebagai ilmu terapan untuk membangun masyarakat ataukah menganut Antropologi sebagai ilmu murni untuk ranah pendidikan. Keduanya sah-sah saja. Dengan demikian kita sebagai mahsiswa Antropologi tidak perlu gelisah ketika kita lulus dan menjadi sarjana nanti, banyak lapangan pekerjaan untuk Mahasiswa Antropologi.

 

 

 

 

 

 

 

 

Referensi.

https://www.psychologymania.net/2010/04/sejarah-perkembangan-antropologi.html (diunduh tanggal 9 September 2014, Pukul 14.53 WIB)

https://www.pengertianahli.com/2013/11/pengertian-antropologi-dan-cabang.html (diunduh tanggal 9 September 2014, Pukul 14.53 WIB)

https://serbasejarah.blogspot.com/2011/07/antropologi-terapan.html (diunduh tanggal 9 September 2014, Pukul 14.53 WIB)

Marzali, Amri. 2002. Ilmu Antrpologi Terapan bagi Indonesia yang sedang Membangun. Universitas Indonesia

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antrpologi. Rineka Cipta

1 comment

  1. Jika ada kerangka berpikir atau saduran lebih baik.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: