Tradisi malam 1 suro di desa Ngambarsari, Batuwarno, Wonogiri

Satu suro merupakan hari pertama dalam kalender Jawa dan di bulan suro tersebut bertepatan dengan 1 muharram dalam kalender hijriyah. Biasanya orang-orang yang berasal dari Jawa banyak yang merayakan malam satu suro dengan berbgai tradisi antara daerah yang satu dengan yang lain ada yang memiliki persamaan dan perbedaan.

Dalam hal ini saya akan membahs tentang tradisi malam satu suro di Desa Ngambarsari, Karang tengah, Batuwarno, Wonogiri. Taradisi malam satu suro di daerah tersebut dilakukan di sebuah tempat yang sakral, yang menurut cerita tempat tersebut sebelumnya merupakan kediaman dari Bapak Soemarmo yang dahulunya menjabat sebagai wakil bupati Wonogiri. Tempat tersebut sekarang ini dikenal dengamn nama Selo Belah. Selo belah sendiri berada di daerah perbukitanyang tinggi dan banyak dikelilingi oleh pegunungan, sehingga apabila anda berkunjung ke tempat tersebut akan menempuh medan yang sedikit sulit, karena jalannya yang naik dan juga berliku-liku.
Tatacara pelaksanaan tradisi pada saat malam satu suro di desa tersebit yaitu terdapat 3 acara. Pertama, acara ini dinamakan tirakatan dimana semua warganya membawa nasi gurih dan ayam ingkung ke tempat ketua RT. Kedua, dinamakan dengan Kirab Pusaka dalam hal ini semua oraang yang mempunyai benda-benda pusaka seperti keris, gaman maupun yang lainnya harus di bersihkan dan di sucikan dengan air dan bunga & rupa. Ketiga, terdapat sebuah penampilan seni yaitu pagelaran Wayang kulit.

“Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Bidikmisi Blog Award di Universitas Negeri Semarang. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan jiplakan.”

Tulisan ini dipublikasikan di Artikel Kuliah Sosiologi & Antropologi. Tandai permalink.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: