Review Buku Teori Budaya “Strukturalisme” Karya David Kaplan dan Robert A. Manners

Salam Ceria…
Generasi Muda Berprestasi…
Masih berlanjut tentang tugas kuliah yang pernah saya buat ya teman. Kali ini saya akan menge-post tentag tugas kuliah saya pada waktu semester 4 dalam mata kuliah Teori Budaya. Dalam tugas ini, saya akan memaparkan tentang review buku teori budaya karya David Kaplan dan Robert A. Manners dalam (Sub bab Strukturalisme).

Pada Buku ini yang akan direview oleh penulis lebih memfokuskan pada bab IV mengenai Strukturalisme (2002 : 237-250). Dalam konsep struktur dan struktur sosial digunakan secara lebih luas dalam ilmu antropologi maupun ilmu sosial secara umum. Selama dua dasawarsa terakhir ini, para tokoh antropolog yang berasal dari Amerika lebih memfokuskan perhatiannya pada pengkajian dan analisis hal ihwal tentang struktural. Dimana, pada sub bab ini lebih membahas tentang strukturalisme yang dikembangkan oleh Claude Levi Strauss yang juga dianggap sebagai pendiri strukturalisme selain itu Beliau juga dianggap sebagai pemimpin karismatis dari strukturalisme kontemporer.
Levi Strauss dianggap sebagai pendiri strukturalisme, lantaran pemikirannya yang unik dan secara khusus tentang strukturalisme membuatnya lebih menonjol apabila dibandingkan dengan para strukturalis sebelumnya. Namun pada dasarnya karya Levi Strauss ini , tidak sepenuhnya dari hasil pemikirannya sendiri melainkan juga mendapat pengaruh dari jasa linguistik struktural dan dari beberapa antropolog yang berasal dari Prancis, misalnya : Emil Durkheim, Levi Bruhl, dan khususnya pengaruh dari Mauss.
Diatas sudah meyebutkan bahwa teori dari Levi Strauss mendapat pengaruh dari perspektif dan metodologi linguistik struktural, sehingga apabila ingin memahami tentang teorinya maka kita harus mengingat tentang linguistik struktural. Bahasa pada hakikatnya merupakan suatu sistem perlambangan yang disusun secara sewenang (arbtrer), suatu sistem bunyi, unit-unit konsituen bahasa ialah kelompok signifikan yang memuat unsur-unsur bunyi. Biasanya, penutur asli bahasa sepenuhnya menyadari aturan ilmu bunyi dan ketatabahasaan yang berada pada pola tutur yang diungkapkan secara terbuka. Sebenarnya tugas dari linguis adalah merumuskan dan menjelaskan perkara yang laten dari ideologi yang terkubur dalam bagian bawah sadar tersebut.
Menurut levi Strauss, budaya pada hakikatnya merupakan suatu sistem simbolik atau susunan sistem perlambangan, dan ketika ia berbicara tentang fenomena budaya sebagai sesuatu yang bersifat simbolik. Ketika berbicara tentang mite, ia tidak banyak menyelidiki kerangka tentang sosial mite dan tidak memandag mite sebagai alat untuk memberikan penjelasan tentang dunia. Apabila berbicara tentang totemisme dia berpendapat bahwa kepercayaan tersebut merupakan alat konseptual yang canggih, mengklasifikasikan warga pribumi, menata unit-unit sosial dalam budaya, serta menhubungkan unit tersebut dengan yang lain dan jenis tatanan serupa di dunia.
Para strukturalis menyatakan apabila seseorang telah memahami sistem-sistem budaya yang pada dasarnya bersifat formal. Tujuan dari kajian struktural adalah mejelaskan dunia pengalaman dan memahami kerasionalan dasar yang memikul fenomena ini. Berdasarkan dari beberapa komentar mengenai karya Levi Strauss tidak mudah untuk diringkas maupun dipahami, karena dalam penyajiannya karyanya tersebut sering kali menyulitkan bagi masyarakat umum. Kemudian kesulitan selanjutnya dari teori Levi Strauss adalah meyangkut transformasi logis yang digunakan untuk berpindah dari pedoman struktural dasar ke variasi penampilan kultural. Kemudian ia menjelaskan bahwa kasta di India dapat diteliti dengan transformasi logis sampai pada sistem totemik aborigin di Australia. Kebanyakan peneriman sepenuhnya atas karyanya, baik didalam maupun luar antropologi lebih banyak disebabkan oleh pertimbangan estetik dan kepuasaan psikologis yang dapat diperoleh dari sana apabila dibandingkan faedah teori-teori itu sendiri. Melalui karyanya ini membawa pengaruh bagi peneliti lain untuk tersentak oleh wawasannya yang dijadika sebagai pemandu penelitian selanjutnya.

Tulisan ini dipublikasikan di Artikel Kuliah Sosiologi & Antropologi. Tandai permalink.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: