Mengakses potensi yang ada di sungai “Bedah Kali” Di Masyarakat Desa Langensari kecamatan Kesesi Kabupaten Pekalongan
“Ekologi adalah ilmu yang meperlajari saling keterkaitan antara organisme dengan lingkungannya, termasuk lingkungan fisik dan berbagai bentuk organisme (gunawan2015;2016:68)”. Seorang ahli antropologi ekologi kontemporer berpendapat bahwa manusia dan lingkungannya sebagai suatu jaringan yang amat kompleks, dan terwujud dalam sistem religi. Roy A. Rappaport (1968:73)
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa terlepas dengan alam, lingkungan dan sesama manusia. Ketiganya saling terkait satu sama lain. Alam dan lingkungan juga merupakan dua hal pokok yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Manusia tidak bisa hidup tanpa adanya lingkungan yang mengelilingi kehidupan manusia. Dan alam dan lingkunga itu sendiri merupakan faktor yang dapat menghidupi atau memenuhi kebutuhan manusia dalam kesehariannya. Dengan hal tersebut maka akan timbul lah sebuah ikatan atau perilaku manusia terhadap akses ataupun pemanfaatan dari alam yang berupa sumber daya.
Adapun perilaku masyarakat yang ada di indonesia mengenai cara mengaksesnya serta pemanfaatnnya sumber adaya alam yang mereka miliki sangat berbeda-beda, dimana mereka menggunakan caranya sendiri untuk mengambil potensi yang ada di alam. Proses dan cara pengmbilannya juga berbeda-beda ada yang menggunakan teknologi yang sangat canggih karena sekarang sudah berada di zaman serba canggih semuanya sangat mudah untuk mengakses ataupun memanfaatkan sumber daya dengan teknologi, dan masih ada yang mengaksesnya menggunakan alat dan cara yang sederhana. Yang mana kedua hal tersebut, masih ada di masyarakat saat ini.
Seperti halnya yang ada di masyarakat Desa Langensari Kecamatan Kesesi Kabupaten Pekalongan. Yang mana masayarakat yang ada di Desa Langensari Kecamatan Kesesi Kabupaten Pekalongan dalam menjaga sumber daya alam yang ada di sungai tidak mengambil apa yang ada di sungai dalam kurun waktu yang dekat. Tetapi masyarakat selalu mengakses ataupun mengambil potensi yang ada di sungai itu dengan waktu yang telah ditentukan yaitu setahun sekali atau tradisi “Bedah Kali”
Jadi saya ingin mengetahui bagaimana msayarakat yang ada di sini mengenai pengetahuan mereka terhadap adanya bedah kali, bagaimana mereka mempersepsikan sumber daya yang ada di kali serta saya ingin mengetahui siapa saja yang berkepentingan dalam tradisi bedah kali tersebut.
a. Masyarakat mengakses sumber daya yang ada di sungai
Bedah kali merupakan kegiatan rutin setiap tahun yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Langensari Kecamatan Kesesi Kabupaten Pekalongan. Dimana tradisi tersebut dilakukan setiap tanggal 1 november, atau setahun sekali. Dalam tradisi tersebut semua warga berkumpul menjadi satu, tidak hanya warga desa Langensari saja tetapi semua warga desa lain yang mengetahui bedah kali tersebut. Semua warga berbondong-bondong membawa alat dan tempat menyimpan hasil tangkapan mereka. Mereka membawa alat-alat untuk mengangkap ikan seperti “sener” yaitu alat yang terbuat dari slambu dan bambu tetapi bentuknya kecil, “Anco” yaitu alat yang terbuat dari slambu yang dibuat persegi 4 dan terbuat dari bamabu ditambah tambang sejenis sener tetapi bentuknya lebih besar, jaring yang biasa di gunakan oleh nelayan, “sentrum” alat yang digunakan untuk menangkap ikan yang terbuat dari listrik (ikannya disetrum agar mudah ditangkap). Mereka selain mengambil ikan, masyarakat juga mengmbil “kijing” atau disebut juga kerang. Kemudian setelah mengambil ikan dan kerang mereka mengambil pasir yang ada di sungai. Mereka mengambil pasir untuk dijual kembali. Karena harga pasir dan harga ikan lebih mahal pasir dan masyarakat ketika telah selesai mengambil ikan dan kijing mereka bergantian mengambil pasir.
Dalam hal ini masyarakat dalam memanfaatkan sumber daya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari meraka, bahkan dibilang dapat menambah ekonomi bagi setiap warga masyarakat. Dalam bedah kali setiap masyarakat selalu berantusias untuk ikut serta dalam mengambil potensi yang ada di sungai.
Alat atau teknologi yang digunakan oleh para masyarakat untuk mengakses apa yang ada di sungai “kali” itu juga masih menggunakan alat alat yang sederhana bahkan dapat di bilang masih menggunakan tenaga manusia. Karena mereka percaya ketika mereka mengambil ikan saat bedah kali menggukan teknologi atau alat modern yang ditakutkan yaitu ketika akan ada bedah kali yang dilakukan selanjutnya atau tahun depan maka hasil tanggapan atau ikannya akan sedikit bahkan tidak mendapatkan ikan sama sekali. Yang didapatkan hanya membuang tenaga atau hanya capek dan lelah saja.
b. Pengetahuan masyarakat terhadap bedah kali
Masyarakat desa Langensari selain mengetahui bahwa sungai sangat banyak membantu mereka dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari mereka seperti ikan, kijing dan pasir sungai juga dengan airnya yang dapat mengairi sawah tadah hujan. Karena biasanya kalau bulan kemarau petani tetap menanam padi dan airnya susah maka masyarakat akan mengambil air dengan bantuan disel. Sehingga masyarakat yang ada disekitar desa Langenasari tetap bisa bertani karena mendapatkan air dari sungai.
Mengenai pengetahuan masyarakat tentang adanya bedah kali yaitu mereka mengetahui bahwa diadakanya bedah kali untuk mengetahuai jembatan yang rusak. Karena bedah kali itu artinya membuka pintu air atau bendungan sehingga air yang ada disungai itu habis atau tinggal sedikit sehingga akan kelihatan ketika ada jembatan yang rusak sehinhha mudah untuk diperbaikai. Selain untuk mengetahui keadaan jembatan disekitar aliran sungai untuk untuk pengeringan sungai dalam waktu sebulan. Karena masyarakat percaya dengan diadakannya bedah kali maka keadaan sungai dan sumber daya yang ada di sungai akan tetap terjaga kesimbangannya. Tidak akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti jembatan yang roboh karena kurang perhatian dari pihak yang bertanggung jawab atas keadaan dan kemanan jembatan.
Selain untuk kedua hal tersebut masyarakat juga percaya dengan diadakannya bedah kali maka tidak akan terjadi bencana alam seperti banjir. Kenapa hal tersebut dapat terjadi karena ketika musim penghujan sungai akan meluap sebab air hujan yang turun terlalu banyak, disaat itulah ketika tidak diadakan bedah kali maka banjir akan melanda desa Langensari. Sehingga masyarakat akan selalu was-was ketik hal tersebut menimpa desa Langensari. Untuk mengantisipasi hal tersebut agar tidak terjadi yaitu maka diadakan bedah kali karena air sungai menjadi surut dan ketika ada hujan besar maka masyarakat tidak akan takut terkena banjir.
c. Masyarakat mempresepsikan sumber daya yang ada di kali “sungai”
Masyarakat di desa Langensari mempresepsikan sumber daya yang ada disungi “kali” yaitu sebagai suatu hal yang dapat membantu mereka dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka serta sebagai sumber penghidupan bagi mereka (pemambah ekonomi bagi setiap keluarga). Karena dengan adanya bedah kali masyarakat mengambil ikan dan sumber daya yang ada di sungai seperti ikan, kijing “sejenis kerang”, pasir untuk di jual dan uangnya untuk memenuhi kebutuhan mereka. Selain dijual ikan dan kijing ada yang di masak untuk makan mereka. Karena dengan hal tersebut maka setiap warga tidak usah membeli lauk karena sudah mendaptkan hasil dari yang mereka tangkap dari bedah kali tersebut. selain itu sumber daya yang ada di kali “sungai” sebagai sumber uang. Karena dengan mereka mendapatkan ikan, pasir dan sejenisnya kemudian akan dijual untuk mendapatkan uang.
Seperti saat ada bedah kali karena hanya diadakan setahun sekali sehingga ketika mereka mencari ikan akan mendapatkan banyak. Ketika mereka mencari ikan dan kijing tidak terlalu banyak kerusakan yang ada di sungai. Kerena mereka hanya menggunakan alat yang tidak berbahaya, alat-alat yang sederhan dan tradisional sehingga tidak menimbulkna kerusakan disekita aliran sungai. Dahulu warga tidak hanya menggunakan alat-alat saja tetapi juga dibantu dengan obat kimia “didrindeam” sehingga ikan-ikan yang terkena akan pusing dan akhirnya ikan akan mudah ditangkap. Tetapi hal tersebut membahayakan orang dan ikan-ikan kecil lainnya sehingga sekarang tidak digunakan lagi cara seperti itu.
Tetapi yang disayangkan saat bedah kali yaitu warga yang mengambil pasir tidak terhingga, yang terpenting mereka mendapatkan hasil yang banyak. Tidak melihat apa dampak yang ditimbulkan dari pengambilan pasir yang berlebihan. Mereka hanya berfikir dengan mendapatkan pasir yang banyak maka akan mendapatkan uang yang banyak pula dari hasil penjulan pasir. Mereka tidak melihat akibat yang ditimbulkan seperti longsor disekitar aliran sungai. Dan itu terjadi saat musim penghujan tiba. Selain longsor tempat yang setelah diambilnya pasir juga menjadi semakin dalam dan ketika ada bedah kali lagi akan membahayan orang yang akan mencari ikan. Dan sekarang masyarakat yang berada disekitar sungai yang saat ini merasakan dampaknya dari pengambilan pasir yang sungai. Dimana belakang rumah mereka mengalami longsor sedikit demi sedikit rumah mereka habis karena tanahnya terkikis dan ada rumah yang tidak dihuni karen terlalu berbahaya.
Selain itu, air sungai juga menjadi hal yang sangat membantu bagi para petani saat musim kemaru, karena sawah yang da di Desa Langensari adalah sawah tadah hujan, sehingga ketika musim kemaru sawah-sawah kekeringan dan akhirnya para petani tidak bisa menanam padi. Tetapi dengan adanya air sungai para petani masih bisa melakukan aktivitas pertaniannya karena dibantu dengan air sungai untuk mengairi sawah mereka.
Adapun yang berkepentingan dalam hal ini yaitu selain masyarakat yang berkepentingan tetaapi para menteri perairan yang ada juga berkepentingan karena mereka mempunyai tanggung jawab atas perairan. Selain itu pihak-pihak yang terkait dengan keamanan dan bertanggung jawab atas kerusakan jembatan “brug”.
Simpulan
Bahwa pengetahuan masyarakat mengenai bedah kali yaitu untuk mengetahui jembatan yang rusak atau pengecekan jembatan agar ketika rusak tidak terlalu parah, selain untuk menegtahui kerusakan yang ada dijembatan yaitu untuk pengeriangan sungai karena mereka percaya bahwa dengan pengeringan maka saat musim penghujan tiba akan meminimalisir terjdinya banjir di desa Langensari. Selain itu masyarakat menggap bahwa sungai sebagi sumber kehidupan bagi mereka karena sunagi tidak hanya untuk mencarai ikan tetapi air yang ada di sungai di gunakan untuk para petani mengairi sawah mereka ketika musim kemarau. Jadi apapun yang ada disungai itu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar.
Makul : Antropologi ekologi
Daftar pustaka
Gunawan.2016.Bahan Bacaan Mata Kuliah Antropologi Ekologi.UNNES
Terimakasi atas informasinya kaka.
Sama-sama 🙂