A. Pengertian Etnografi
Istilah etnografi berasal dari kata ethnos yang berarti bangsa dan graphy yang berarti tulisan. Jadi, pengertian etnografi adalah deskripsi tentang bangsa-bangsa. Beberapa pendapat ahli antropologi mengenai pengertian etnografi sebagai berikut.
1. Menurut pendapat Spradley dalam Yad Mulyadi (1999), etnografi adalah kegiatan menguraikan dan menjelaskan suatu kebudayaan.
2. Menurut pendapat Spindler dalam Yad Mulyadi (1999), etnografi adalah kegiatan antropologi di lapangan.
3. Menurut pendapat Koentjaraningrat (1985), isi karangan etnografi adalah suatu deskripsi mengenai kebudayaan suatu suku bangsa

B. Studi Etnografi Cara untuk melakukan studi tentang etnografi
Bukanlah hal yang mudah karena berkaitan dengan perilaku dan kebiasaan yang dilakukan oleh anggota suatu suku bangsa. Padahal ada suku bangsa yang anggotanya sangat banyak bahkan mencapai jutaan penduduk. Oleh karena itu, seorang ahli antropologi yang menulis tentang sebuah etnografi tentu tidak mampu mencakup keseluruhan penduduk anggota dari suku bangsa yang besar tersebut dalam deskripsinya.
Dalam penulisan etnografi, pada umumnya seorang peneliti membatasi objek penelitian dengan mengambil salah satu unsur kebudayaan yang diteliti pada sekelompok masyarakat tertentu. Misal: meneliti sistem kesenian tradisional masyarakat daerah tertentu, meneliti tentang macam-macam upacara adat yang berkembang dalam masyarakat di suatu daerah. Jika daerah yang dijadikan objek pengamatan terlalu luas pada umumnya peneliti membatasi dengan mengambil bagian kecil dari daerah tersebut yang dianggap dapat mewakili keadaan di seluruh daerah pengamatan. Misal: untuk mengamati adat istiadat masyarakat suku Jawa diambil daerah penelitian pada masyarakat pedesaan di wilayah Kabupaten Klaten – Surakarta yang dianggap dapat mewakili keseluruhan perilaku khas orang Jawa.
Pada zaman sekarang memang tidak mudah untuk memperoleh daerah yang penduduknya hanya dihuni oleh suku bangsa asli, apalagi jika penelitian dilakukan di kota besar atau desa yang memungkinkan hadirnya kaum pendatang menetap di daerah tersebut. Dalam penyusunan sebuah karangan etnografi, kita dapat menggunakan tahapan sebagai berikut.
1. Pemilihan lokasi penelitian Menurut J.A. Clifton dalam bukunya yang berjudul Introduction to Cultural Anthropology, batasan lokasi yang akan dipergunakan sebagai penelitian sebagai berikut.
a. Kesatuan masyarakat yang dibatasi oleh satu desa atau lebih.
b. Kesatuan masyarakat yang terdiri atas penduduk yang mengucapkan satu bahasa atau satu
logat bahasa yang sama.
c. Kesatuan masyarakat yang dibatasi oleh garis batas suatu daerah politik-administratif.
d. Kesatuan masyarakat yang batasnya ditentukan oleh rasa identitas penduduknya sendiri.
e. Kesatuan masyarakat yang ditentukan oleh suatu wilayah geografi yang merupakan kesatuan daerah fisik.
f. Kesatuan masyarakat yang ditentukan oleh kesatuan ekologi.
g. Kesatuan masyarakat dengan penduduk yang mengalami satu pengalaman sejarah yang sama.
h. Kesatuan masyarakat dengan penduduk yang frekuensi interaksinya satu dan lainnya merata tinggi.
i. Kesatuan masyarakat dengan susunan sosial yang seragam atau homogen.
Dalam karangan etnografi, lokasi pe-nelitian yang telah ditentukan perlu di deskripsikan. Deskripsi lokasi penelitian mengenai hal-hal berikut.
a. Ciri-ciri geografis, yaitu mengenai iklim (misal: tropis, sedang, mediteran, dan kutub), sifat daerah (misal: pegunungan, dataran rendah, dataran tinggi, kepulauan, rawa-rawa, hutan tropikal, sabana, stepa, gurun, dan sebagainya), keadaan suhu rata-rata dan curah hujan.
b. Ciri-ciri geologi dan geomorfologi yang berkaitan dengan kondisi tanah.
c. Keadaan flora dan fauna.
d. Data demografi yang berkaitan dengan kependudukan. Misalnya mengenai: data jumlah penduduk, jenis kelamin, laju natalitas, mortalitas, dan data mengenai migrasi atau mobilitas penduduk.
e. Catatan tentang asal mula sejarah terbentuknya suku bangsa (penduduk di lokasi pengamatan tersebut). Untuk melengkapi deskripsi mengenai lokasi penelitian perlu dilengkapi dengan peta-peta yang memenuhi syarat ilmiah. Peta-peta tersebut melukiskan keadaan lokasi penelitian.
2. Menyusun kerangka etnografi Setelah lokasi ditetapkan,
Maka langkah berikutnya adalah menentukan bahan mengenai kesatuan kebudayaan suku bangsa di lokasi yang dipilih tersebut. Hal itu merupakan kerangka etnografi. Penelitian etnografi merupakan penelitian yang bersifat holistik atau menyeluruh, artinya penelitian etnografi tidak hanya mengarahkan perhatiannya kepada salah satu atau beberapa variabel tertentu saja. Hal itu didasarkan pada pandangan bahwa budaya merupakan keseluruhan sistem yang terdiri atas bagian-bagian yang tidak dapat dipisahkan. Unsur-unsur dalam kebudayaan suatu suku bangsa yang dapat dijadikan sebagai kerangka etnografi sebagai berikut.
a. Bahasa.
b. Sistem pengetahuan.
c. Sistem teknologi.
d. Kesenian.
e. Sistem ekonomi.
f. Sistem religi.
g. Organisasi sosial.
Keseluruhan unsur-unsur di atas bersifat universal, artinya semua kebudayaan suku bangsa pasti terdapat unsur-unsur tersebut. Mengenai urutan mana yang menjadi prioritas penelitian dari keseluruhan unsur kebudayaan tersebut bergantung sepenuhnya kepada peneliti. Namun, sistem urutan yang biasa dipergunakan dalam studi etnografi diawali dari hal-hal yang bersifat konkret menuju ke hal-hal yang paling abstrak. Dalam hal ini unsur bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan yang paling konkret, karena hal pertama yang kita jumpai dalam penelitian terhadap penduduk di suatu daerah adalah bahasa pergaulan yang mereka gunakan seharihari.
Amat jarang kiranya seseorang langsung menggunakan bahasa isyarat saat pertama bertemu dengan orang asing. Hal yang lazim dilakukan oleh orang saat pertama bertemu dengan orang asing adalah mencoba mengajaknya berkomunikasi dengan bahasa lisan yang biasa ia gunakan. Dengan mengamati interaksi sesama penduduk, dapat ditemukan jenis bahasa lokal yang mereka gunakan sebagai komunikasi lisan sehari-hari. Dengan menjumpai pemakaian bahasa ini, peneliti dapat menganalisis tentang kedudukan bahasa lokal dikaitkan dengan bahasa resmi yang dipergunakan sebagai bahasa pengantar dalam komunikasi lisan antarpenduduk suku bangsa yang berbeda. Dengan mengamati sistem teknologi yang berkembang di dalam kehidupan penduduk, peneliti dapat memfokuskan perhatiannya kepada benda-benda kebudayaan dan alat-alat kehidupan sehari-hari yang sifatnya konkret.
Berkaitan dengan sistem ekonomi yang menjadi perhatian dalam penulisan etnografi, hal yang perlu mendapatkan perhatian dari peneliti adalah jenis mata pencaharian utama yang dilakukan penduduk dalam upaya memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Unsur kebudayaan menyangkut tentang organisasi sosial. Unsur kebudayaan sebagai bahan deskripsi kebudayaan, antara lain berkaitan dengan sistem kekerabatan yang dianut, sistem pemerintahan, pembagian kerja, ataupun aktivitas sosial yang sifatnya kolektif dan mencerminkan suatu birokrasi.
Penulisan deskripsi kebudayaan yang menyangkut sistem pengetahuan adalah hal-hal yang berkaitan dengan upaya penduduk untuk mempertahankan dan mengembangkan kebudayaannya, termasuk dalam hal ini adalah bagaimana penduduk berupaya melakukan adaptasi terhadap lingkungan alam sekitarnya. Sebagai contoh, untuk meningkatkan produksi pertanian, penduduk mengembangkan sistem pertanian hidrophonik dengan memanfaatkan setiap jengkal tempat yang kosong untuk ditanami sayuran atau pun buah-buahan di dalam pot tanpa menggantungkan tersedianya lahan pertanian yang luas.
Deskripsi tentang sistem kesenian yang ada dalam kehidupan masyarakat mencakup tentang berbagai bidang seni yang menunjukkan identitas khas masyarakat atau suku bangsa tersebut. Bidang seni yang menunjukkan identitas khas masyarakat atau suku bangsa, antara lain seni bangunan, seni lukis, seni tari, seni musik tradisional, dan seni vokal. Deskripsi tentang sistem religi yang dianut masyarakat/ suku bangsa di daerah penelitian berkaitan dengan kepercayaan, gagasan, ataupun keyakinan-keyakinan yang berkembang di dalam kehidupan masyarakat/suku bangsa tersebut. Oleh karena itu, peneliti harus tanggap terhadap unsur dalam sistem religi tersebut.
Menentukan metodologi penelitian Studi etnografi tidak terlepas dari teknik yang dipergunakan dalam melaksanakan penelitian etnografi, karena etnografi merupakan sebuah pendekatan penelitian secara teoritis. Oleh karena itu, seorang peneliti di lapangan terlebih dahulu harus menguasai metode-metode yang terkait dengan kegiatan penelitiannya. Banyak metode yang dapat dipilih dalam melaksanakan studi etnografi. Metode yang paling tepat digunakan, antara lain metode observasi dan metode interview. a. Metode Observasi Observasi atau pengamatan merupakan salah satu metode yang dipergunakan dalam penelitian. Dalam arti sempit, metode observasi dilakukan melalui pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomenafenomena yang diselidiki. Dalam arti luas, observasi merupakan proses yang kompleks dan tersusun dari berbagai proses biologis maupun psikologis. Dalam metode observasi yang terpenting adalah proses pengamatan dan ingatan. Kemungkinan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam proses pengamatan dapat diatasi dengan cara sebagai berikut.
1) Menyediakan waktu yang lebih banyak agar dapat melihat objek yang komplek dari berbagai segi secara berulang-ulang.
2) Menggunakan orang ( petugas pengamat/observers) yang lebih banyak untuk melihat objeknya dari segisegi tertentu dan mengintegrasikan hasil-hasil penyelidikan mereka agar diperoleh gambaran tentang keseluruhan objeknya.
3) Mengambil lebih banyak objek yang sejenis agar dalam jangka waktu yang terbatas dapat disoroti objek-objek itu dari segi-segi yang berbeda-beda oleh penyelidik yang terbatas jumlahnya.
Untuk mengatasi keterbatasan ingatan dalam proses observasi dapat diantisipasi dengan cara sebagai berikut.
1) Mengadakan pencatatan biasa atau dengan menggunakan check list.
2) Menggunakan alat-alat mekanik (mechanical device) seperti tape recorder, kamera, dan video. Alat-alat tersebut berfungsi mengabadikan fenomena yang sedang diamati.
3) Menggunakan lebih banyak observers.
4) Memusatkan perhatian pada data yang relevan.
5) Mengklasifikasikan gejala-gejala secara tepat.
6) Menambah bahan apersepsi tentang objek yang akan diamati

1. Observasi Partisipan – Observasi Nonpartisipan
Observasi partisipan pada umumnya dipergunakan dalam penelitian yang sifatnya eksploratif, termasuk dalam menyusun karangan etnografi. Observasi partisipan adalah observasi yang dilakukan di mana observers atau orang yang melakukan observasi turut ambil bagian dalam kehidupan masyarakat yang diobservasi. Sebagai contoh, untuk meneliti pola kehidupan kaum gelandangan maka observers turut membaur dalam kehidupan para gelandangan tersebut.
Dalam menggunakan teknik observasi partisipan ini, seorang observers perlu memerhatikan masalah-masalah sebagai berikut.
a. Materi apa saja yang akan diobservasi. Untuk keperluan ini, observers dapat menyiapkan daftar mengenai hal-hal yang akan diamati.
b. Waktu dan bentuk pencatatan. Saat pencatatan yang terbaik adalah model “on the spot”, yaitu melakukan pencatatan segera saat pengamatan berlangsung. Tiap pencatatan dapat dilakukan dalam dua bentuk, yaitu bentuk kronologis dan bentuk sistematik. Bentuk kronologis didasarkan pada urutan kejadiannya, sedangkan bentuk sistematik, yaitu memasukkan tiap-tiap kejadian dalam kategori-kategori masing-masing tanpa memerhatikan urutan kejadiannya.
c. Hubungan baik antara observers dengan objek yang diamati (observees). Untuk mewujudkan hubungan yang baik antara observers dengan observees dapat dilakukan dengan cara: x mencegah timbulnya kecurigaan-kecurigaan; x mengadakan good raport, yaitu hubungan antarpribadi yang ditandai oleh semangat kerja sama, saling mempercayai, dan saling membantu antara observers dengan observees; x menjaga agar situasi dalam masyarakat yang diamati tetap dalam situasi yang wajar.
d. Intensi dan ekstensi keterlibatan observers dalam partisipasi, yaitu sejauh mana keterlibatan observers dalam observasi partisipan. Dalam hal ini observers dapat mengambil bagian dalam kegiatan observasi, yaitu dengan cara sebagai berikut.
– Peneliti (observers) mengikuti kegiatan objek yang diamati (observees) hanya pada saatsaat tertentu saja yang oleh peneliti dianggap penting. Hal itu sering disebut sebagai partisipasi sebagian (partial participation)
– Peneliti (observers) mengikuti seluruh kegiatan objek yang diamati (observees) dari awal sampai akhir kegiatan penelitian tersebut. Hal itu sering disebut sebagai partisipasi penuh (full participation) Adapun sejauh mana tingkat keterlibatan atau partisipasi peneliti (observers) dalam setiap kegiatan pengamatan adalah sebagai berikut.
– Peneliti (observers) semaksimal mungkin turut terlibat atau mengikuti setiap kegiatan yang dilakukan oleh objek yang diamati (observees). Dalam hal ini peneliti terlibat secara intensif (intensive participation).
– Peneliti (observers) hanya sedikit ambil bagian dalam kegiatan objek yang diamati. Dalam hal ini peneliti tidak sepenuhnya terlibat, hanya sekilas saja (surfice participation). Penentuan tersebut sepenuhnya ada pada kemauan observers.
Adapun observasi non partisipan adalah observasi yang dilakukan di mana observers sama sekali tidak ikut terjun dalam kegiatan objek yang diamati.
2. Observasi Sistematik – Observasi Nonsistematik
Observasi sistematik sering disebut sebagai observasi berstruktur (structured observation). Observasi sistematik adalah observasi yang dilakukan berdasarkan kerangka pengamatan yang telah disiapkan sebelumnya. Di dalam kerangka pengamatan tersebut memuat hal-hal sebagai berikut.
a. Materi yang akan diobservasi. Materi yang akan diobservasi pada umumnya telah dibatasi , sehingga observers tidak memiliki kebebasan dalam melakukan pengamatan.
b. Cara-cara pencatatan hasil observasi. Cara pencatatan hasil observasi dilakukan berdasarkan daftar pertanyaan atau permasalahan yang telah dirumuskan terlebih dahulu, sehingga memudahkan untuk mengadakan kuantifikasi terhadap hasil pengamatan. Pembuatan daftar ini diawali dengan kegiatan sebagai berikut. x Observasi pendahuluan. x Perumusan sementara (konsep). x Adanya uji coba (try out) terhadap konsep yang telah disusun. x Perbaikan dari hasil uji coba. x Dilakukan uji coba lagi – diperbaiki – diuji cobakan, dan seterusnya hingga diperoleh rumusan yang final. Cakrawala Budaya Kerja lapangan (Fieldwork) yang dilakukan oleh seorang antropolog, yaitu kegiatan eksplorasi yang sistematis, intensif, dan melalui pengamatan langsung di lapangan terhadap suatu kebudayaan.
c. Hubungan antara observers dengan observees. Dalam hal ini, perlu adanya kerja sama yang baik antara observers dengan observees, sehingga pengamatan dapat berlangsung dalam situasi yang sewajarnya atau tidak dibuat-buat.
Adapun observasi nonsistematik adalah observasi yang berlangsung secara spontan atau bebas tanpa adanya kerangka pengamatan. Observasi ini sering disebut sebagai observasi tak berstruktur.
3. Observasi Eksperimental – Observasi Noneksperimental
Observasi Eksperimental sering disebut sebagai observasi dalam situasi tes. Ciri-ciri observasi eksperimen sebagai berikut.
a. Observers dihadapkan pada situasi perangsang yang dibuat seseragam mungkin untuk semua observees.
b. Situasi dibuat sedemikian rupa untuk memungkinkan variasi timbulnya tingkah laku yang akan diamati oleh observers.
c. Situasi dibuat sedemikian rupa, sehingga observees tidak mengetahui maksud yang sebenarnya dari kegiatan observasi tersebut.
d. Observers membuat catatan-catatan dengan teliti mengenai cara-cara observees mengadakan aksireaksi, bukan hanya jumlah aksi-reaksi semata.
Observasi eksperimental dipandang sebagai cara penyelidikan yang relatif murni untuk menyelidiki pengaruh kondisi-kondisi tertentu terhadap tingkah laku manusia. Dalam hal ini, faktor-faktor yang dapat memengaruhi tingkah laku observees telah dikontrol secermat-cermatnya, sehingga tinggal satu atau dua faktor untuk diamati sejauh mana pengaruhnya terhadap dimensi-dimensi tertentu dari tingkah laku. Melalui observasi eksperimental, observers memiliki kesempatan atau peluang untuk mengamati sifatsifat tertentu yang jarang sekali muncul dalam situasi normal.
Sebagai contoh, ketidakjujuran, keberanian, dan reaksi terhadap frustrasi. Observasi eksperimental merupakan observasi yang distandardisasi secermatcermatnya. Dengan demikian, hasil observasi dapat dipergunakan untuk menilai reaksi-reaksi khusus atau perilaku istimewa dari setiap orang. Adapun observasi noneksperimental merupakan kebalikan dari observasi eksperimental.
Agar hasil observasi dapat diperoleh secara optimal, diperlukan beberapa alat yang dipergunakan untuk mengumpulkan data hasil pelaksanaan observasi. Beberapa alat yang dipergunakan dalam kegiatan observasi sebagai berikut.
a. Catatan anekdot (anecdotal record)
b. Catatan berkala
c. Daftar pengamatan (check list)
d. Skala pengukuran (rating scale)
e. Peralatan penunjang (mechanical devices)

Daftar Pustaka

Dyastriningrum. 2009. Antropologi Kelas XI : Untuk SMA dan MA Program Bahasa. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Indriyawati, Emmy. 2009. Antropologi I : Untuk Kelas XI SMA dan MA. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Siany L., dan Atiek Catur B. 2009. Khazanah Antropologi 1 : Untuk Kelas XI SMA Dan MA. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional

Supriyanto. 2009. Antropologi Kontekstual. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.