Masyarakat yang berdomisili di desa Soditan ini terbentuk berdasarkan kesamaan garis keturunan nenek moyang yang membuat suatu ikatan dan menghasilkan perkumpulan suatu individu menjadi sebuah kelompok. Dengan dukungan sumber daya alam yang memadai maka sangat mendukung kehidupan dalam meningkatkan kesejahteraan masing-masing individunya. Serta adanya suatu ikatan yang sangat kuat membuat rasa persaudaraan mereka dapat terjaga sampai sekarang.
Kemampuan ekonomi yang identik dengan masyarakat petani juga masyarakat berprofesi sebagai pedagang asongan maka tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat tidak memiliki perbedaan yang berbeda jauh. Dari kemampuan ekonomi yang lebih dapat dikatakan setara antara satu dengan yang lain maka tidak heran apabila akan muncul suatu kebiasaan-kebiasaan yang akhirnya menjadi kebudayaan dilingkungan masyarakat. Banyak pula yang dihasilkan dari kebiasaan yang tidak jauh dari atas dasar kemampuan ekonomi masyarakat yang secara turun temurun dari generasi kegenerasi. Maka dengan adanya kebudayaan yang dihasilkan maka secara tidak langsung hal tersebut menjadi ciri khas suatu daerah dengan didasari ikatan yang kuat bagi mereka. Setiap daerah pastinya memiliki ciri khas serta budaya yang dihasilkan oleh masing-masing masyarakatnya maka sesuai hal tersebut desa Soditan juga memiliki ciri khas sendiri yang dihasilkan oleh masyarakat sesuai dengan situasi serta kondisi masyarakatnya pula. Secara tidak langsung mengangkat kebudayaan masyarakat setempat lewat kajian analisis ilmiah untuk dikaji secara akademik. Hal tersebut menjadi menarik dikaji dikala antropologi memberikan fokus terhadap ekonomi yang membuat pembahasan akan menuju titik bagaimana akan berlangsungnya suatu kebiasaan yang berbau ekonomi terjadi dalam masyarakat. Tidak dapat dipungkiri pula bahwa masyarakat akan memilki kebiasaan-kebiasaan yang berlangsung secara kontinu maka dari situ telah terjadi pada masyarakat desa Soditan mereka memiliki suatu kebudayaan yang unik dimana ikatan persaudaraannya sangat kuat. Terlepas dari ikatan biologis semacam garis keturunan atau ikatan darah di Desa Soditan sendiri memiliki kebiasaan yang terbentuk karena adanya kepentingan ekonomi serta ada campur tangan dari rasa kekeluargaan yang timbul diantara mereka.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Desa Soditan merupakan desa kecil yang berada pada wilayah pesisir utara dengan berbagai macam penduduk yang berdomisili hidup bersama serta memiliki profesi yang bersifat heterogen. Kebanyakan penduduk sekitar berprofesi sebagai layaknya penduduk di daerah lain seperti PNS, wiraswasta, petani, sopir, nelayan, pedagang, dan pedagang “asongan” yang menjadi ciri khas dari Desa Soditan ini. Karena dengan adanya jalur ekonomi yang membentang dari barat menuju timur mulai dari kota Semarang sampai kota Surabaya mengakibatkan Desa Soditan yang berada di wilayah kota Lasem memiliki profesi unik menjadi pedagang “asongan”. Namun selayaknya manusia yang hidup berdampingan sebagai makhluk sosial banyaknya profesi yang ditekuni masyarakat tidak menjadi halangan untuk mereka untuk membangun suatu ikatan yang berdasarkan rasa persaudaraan. Memang tidak seperti dekatnya ikatan darah atau biologis lainnya namun hal tersebut akan muncul ketika dimulai dari hal kecil semisal dengan tetangga samping rumah atau “tonggo tepalih” biasanya masyarakat setempat menyebutnya. Dari hal tersebut rasa kekeluargaan mereka akan timbul tanpa memandang latar belakang dari masing-masing individu bahkan mereka sangat harmonis antar tetangga yang satu dengan yang lain.
Hal ini menjadi menarik apabila dikatkan dengan tindakan yang berstatus ekonomi. Seperti yang diketahui bersama bahwa tindakan ekonomi seperti produksi, distribusi, dan konsumsi secara langsung akan mereka lakukan kepada sesama makhluk sosial dalam tindakan ekonomi. Namun secara ilmu ekonomi ada kajian menarik tentang resiprositas umum yang dihasilkan akibat dari proses hidup yang berdampingan antar keduanya yaitu dimana resiprositas umum mereka antara pelaku tindakan ekonomi masing-masing pihak percaya bahwa mereka akan saling memberi, dan percaya bahwa barang atau jasa yang diberikan akan dibalas entah kapan waktunya. Sistem resiprositas umum dapat menjamin individu-individu terpenuhi kebutuhannya pada waktu mereka tidak mampu “membayar” atau mengembalikan secara langsung atas apa yang mreka terima dan pakai (Swartz dan Jordan, 1976: 479). Dari pemaparan tersebut memiliki keterkaitan yang sama dan terjadi pada masyarakat setempat bahwa mereka akan saling memberi antara sau dengan yang lain dengan pemikiran untuk tetangga sebagai keluarga terdekat amatlah penting karena apabia terjadi sesuatu pasti tetangga yang akan mengetahuinya dan akan memberi bantuan seperlunya. Begitu cara pandang masyarakat setempat bahwa mereka memiliki rasa ingin berbagi terhadap sesama sangat besar tanpa memikirkan nilai ekonomisnya. Mereka hanya memandang dari satu sisi dimana yang namanya barang tidak akan ada hilangnya bila dibagikan kepada saudara sendiri. Sistem resiprositas umum biasanya berlaku di lapangan orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat dekat (Swartz dan Jordan, 1976: 477-478). Mereka memandang kerabat dekat yaitu tetangga terutama yang berada disamping rumah “pet gedheg” sebagai keluarga paling dekat karena saudara yang berdasarkan ikatan darah biasanya cenderung tinggal lebih yang jauh. Kalau dilihat dari sisi nilai ekonomis yang terjadi berdasarkan resiprositas umum maka masyarakat Desa Soditan cenderung lebih mengesampingkan karena mereka berpikiran nilai tidak akan sebanding dengan rasa kekeluargaan yang muncul dan terjadi ikatan yang kuat antar keduanya dan didukung dengan adanya interaksi antar keduanya yang terjadi setiap hari. Mengambil contoh yang terjadi di masyarakat setempat dimana semisal keluarga A yang memiliki kemampuan ekonomi menengah keatas memiliki tetangga dengan kamampuan ekonomi menengah kebawah, maka hal tersebut secara otomatis keluarga A yang secara kemampuan financial diatas keluarga B lebih sering memberi bahkan tidak menutup kemungkinan keluarga B juga akan memberi terhadap keluarga A. Rasa harmonis antar tetangga yang hidup berdampingan maka tidak ada salahnya ketika terjadi hubungan resiprositas antar keduanya.
Bagi masyarakat setempat hal semacam itu mereka lakukan atas dasar rasa ingin memberi dan tidak heran pula hal semacam itu hanya terjadi dikalangan desa yang berstatus berkembang. Jadi mereka tidak memandang berapa nilai atau harga ekonomis dari suatu barang untuk memberi tetangga namun mereka beranggapan yang namanya hidup bersama dan berdampingan sudah biasa dan wajar kalau antara keduanya saling memberi satu dengan yang lain. Secara resiprositas umum tidak ada juga hukum atau aturan bahwa ketika memberi harus mengembalikan. Tapi rasa tersebut akan menjadi beban bagi yang berada pada posisi menerima karena tidak selamanya pula akan berada diposisi tangan dibawah. Namun atas dasar kesadaran dari masing-masing maka tidak menutup kemungkinan terjadi hubungan timbal balik antara keduanya. Dari nilai barang yang dihasilkan tidak memandang bahwa dari status profesi individu namun masyarakat Desa Soditan setempat masih menghargai dimana nilai barang tidak begitu penting dibandingkan dengan rasa ingin memberi atas dasar kepedulian dan rasa kekeluargaan yang besar.
Pada dasarnya keakraban antar masyarakat Desa Soditan akan berlanjut dengan rasa kekeluargaan yang tumbuh karena hidup bersama dengan intensitas waktu untuk melakukan interaksi akan semakin banyak terjadi. Maka hal tersebut akan menimbulkan tindakan resiprositas umum dimana antar keduanya tidak ada salah satu pihak yang merasa dirugikan dengan memandang nilai ekonomis barang yang diberikan. Namun dengan adanya ikatan rasa persaudaraan yang tinggi mereka telah terbiasa untuk memberi kepada tetangga tanpa adanya prinsip ketergantungan bahwa siapa yang menerima akan wajib memberi. Namun secara umumnya manusia akan mempunyai rasa malu apabila menerima secara terus menerus maka timbul tindakan timbal balik tanpa adanya perhitungan suatu nilai ekonomis barang yang telah diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
Sairin, Sjafri dkk. 2002. “Pengantar Antropologi Ekonomi”. Yogyakarta: PUSTAKA BELAJAR.
Artikel disusun sebagai tugas Mata Kuliah Antropologi Ekologi
perbaiki lagi