Fungsionalisme Sruktural

Talcott Parsons berpendapat bahwa setiap masyarakat tersusun dari sekumpulan subsistem yang berbeda berdasarkan strukturnya maupun berdasarkan makna fungsionalnya bagi masyarakat yang lebih luas. Ketika masyarakat berubah, umumnya masyarakat tersebut akan tumbuh dengan kemampuan yang lebih baik untuk menanggulangi permasalahan hidupnya. Parsons termasuk dalam golongan yang memandang optimis sebuah proses perubahan.

Asumsi dasar dari Teori Fungsionalisme Struktural, yaitu bahwa masyarakat menjadi suatu kesatuan atas dasar kesepakatan dari para anggotanya terhadap nilai-nilai tertentu yang mampu mengatasi perbedaan-perbedaan sehingga masyarakat tersebut dipandang sebagai suatu sistem yang secara fungsional terintegrasi dalam suatu keseimbangan. Dengan demikian dapat di simpulkan masyarakat adalah merupakan kumpulan sistem-sistem sosial yang satu sama lain berhubungan dan saling memiliki ketergantungan.

Gagasan-gagasan inti dari fungsionalisme ialah perspektif holistis (bersifat menyeluruh), yaitu sumbangan-sumbangan yang diberikan oleh bagian-bagian demi tercapainya tujuan-tujuan dari keseluruhan, kontinuitas dan keselarasan dan tata berlandaskan konsensus mengenai. nilai-nilai fundamental Teori fungsional ini menganut faham positivisme, yaitu suatu ajaran yang menyatakan bahwa spesialisasi harus diganti dengan pengujian pengalaman secara sistematis, sehingga dalam melakukan  kajian haruslah mengikuti aturan ilmu pengetahuan alam. Dengan demikian, fenomena tidak didekati secara kategoris, berdasarkan tujuan membangun ilmu dan bukan untuk tujuan praktis. Analisis teori fungsional bertujuan menemukan hukum-hukum universal (generalisasi) dan bukan mencari keunikan-keunikan (partikularitas). Dengan demikian, teori fungsional berhadapan dengan cakupan populasi yang amat luas, sehingga tidak mungkin mengambilnya secara keseluruhan  sebagai sumber data. Sebagai jalan keluarnya, agar dapat mengkaji realitas universal tersebut maka diperlukan representasi dengan cara melakukan penarikan sejumlah sampel yang mewakili. Dengan kata lain, keterwakilan (representatifitas) menjadi sangat penting.Walaupun fungsionalisme struktural memiliki banyak pemuka yang tidak selalu harus merupakan ahli-ahli pemikir teori, akan tetapi paham ini benar-benar berpendapat bahwa sosiologi merupakan suatu kajian  tentang struktur-struktur sosial sebagai suatu unit-unit yang terbentuk atas bagian-bagian yang saling terkait.

fungsionalisme melihat masyarakat sebagai sebuah sistem dari beberapa bagian yang saling berhubungan satu dengan lainnya. Satu bagian tidak bisa dipahami terpisah dari keseluruhan. Dengan demikian, dalam perspektif fungsionalisme ada beberapa persyaratan atau kebutuhan fungsional yang harus dipenuhi agar sebuah sistem sosial bisa bertahan. Parsons mengembangkan apa yang dikenal sebagai imperatif-imperatif fungsional agar sebuah sistem bisa bertahan. Imperatif-imperatif tersebut adalah Adaptasi, Pencapaian Tujuan, Integrasi, dan Latensi atau yang biasa disingkat AGIL.(Adaptation,Goalattainment,Integration,Latency).
1. Adaptation : fungsi yang dimiliki oleh sebuah sistem untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan dari sistem tersebut. Contoh konkritnya adalah pada saat revolusi industri terjadi perubahan dalam pembuatan barang yang sebelumnya menggunakan tenaga manusia diganti dengan penggunaan mesin uap, sehingga dapat lebih efektif dan efisien dalam produksi barang. Maka dari itu industri-industri yang ada juga harus mengadaptasikan dirinya dengan penggunaan mesin uap untuk dapat bertahan dalam persaingan atau tidak mereka akan ketinggalan dan tidak dapat bertahan menghadapi industri lain yang menggunakan mesin uap tersebut.
2. Goal Attainment : fungsi yang dimiliki sebuah sistem untuk dapat mendefinisikan dan mencapai tujuannya. Misalnya pada suatu kelompok penelitian yang dibentuk pada suatu mata kuliah. Bila dalam kelompok tersebut tidak dapat menentukan tujuannya maka kelompok tersebut tidak akan dapat menjalankan fungsinya

  1. Integration : fungsi yang dimiliki oleh sistem dalam rangka mengatur hubungan bagian-bagian dalam komponen sistem tersebut dan aktor-aktor didalamnya. Fungsi ini juga berperan dalam mengelola hubungan ketiga fungsi lainnya dalam skema AGIL. Misalnya saja pada partai politik PKB, karena partai ini tidak mempunyai integrasi yang cukup kuat maka terjadilah perpecahan yang membuat kompone-komponen dalam sistem partai tersebut terbagi menjadi dua kubu. Walaupun tetap dapat menjalankan sistemnya tetapi tidak dapat mencapai suatu keseimbangan, sebagai bukti terjadi pertentangan antara kedua kubu dalam memperebutkan kekuasaan yang sah terhadap partai PKB.
    4. Latency : fungsi yang dimiliki suatu sistem untuk memperlengkapi, memelihara dan memperbaiki, pada tingkat individu maupun pola-pola kultural. Contohnya bila dalam suatu perusahaan tidak memiiki budaya organisasi untuk memelihara kinerja yang baik, bila tidak maka kinerja pada perusahaan tersebut akan tidak stabil dan akan menghasilkan pendapatan yang tidak stabil pula bagi perusahaan tersebut.

Beberapa pertanyaan paling penting juga di sampaikan oleh Robert Merton. Merton mengkriktik beberapa aspek fungsionalisme struktural yang lebih ekstrem dan yang tidak dapat di pertahankan. Ada perbedaan-perbedaan penting mengenai pendapat yang di antara Robert merton dan Talcott Parsons. Salah satu alasan perbedaan itu adalah merton lebih menyukai teori-teori terbatas dengan cakupan menengah. Sementara Parsons lebih membela penciptaan teori-teori besar yang bersifat melingkupi. Alasan lainnya yakni merton lebih menyukai teori-teori marxian di banding teori Parsons. Merton mengkritik hal yang dia anggap tiga dalil dasar analisis fungsional. Pertama adalah dalil kesatuan fungsional masyarakat. Dalil tersebut menganggap semua kepercayaan sosial dan budi daya dan praktik yang di standarkan bermanfaat bagi masyarakat sebagai suatu keseluruhan dan juga sebagai individu-individu di dalam masyarakat. Pandangan itu menyiratkan bahwa berbagai bagian sistem sosial nantinya akan menunjukkan level integrasi yang tinggi. Dalil yang kedua adalah fungsionalisme universal, yakni di argumenkan bahwa semua bentuk sosial dan budaya yang di standarkan mempunyai fungsi-fungsi positif. Merton beragumen bahwa hal tersebut bertolak belakang dengan apa yang kita jumpai di dunia nyata. Tidak setiap struktur adat kebiasaan, ide, kepercayaan dan seterusnya, mempunyai fungsi-fungsi positif. Contohnya nasionalisme fanatik bisa sangat tidak bermanfaat di dunia yang mempunyai segudang senjata nuklir. Ketika adalah Dalil kebutuhan mutlak. Argumennya disini adalah bahwa semau aspek masyarakat yang di standarisasi tidak hanay mempunyai fungsi-fungsi positif, tetapi juga menggambarkan bagian-bagian dari cara keseluruhan yang mutlak ada. Dalil tersebut menghasilkan ide bahwa semua struktur dan fungsi secara fungsional adalah untuk masyarakat.

Pendirian Merton adalah bahwa semua dalil fungsional tersebut bersandar pada penegasan-penegasan non empiris yang di dasarkan pada sistem-sistem teoritis abstrak. Sosiolog bertanggung jawab untuk memeriksa masing-masing penegasan itu secara empiris. Kepercayaan merton bahwa pengujian-pengujian empiris, bukan pernyataan-pernyataan teoritis. Menton menjelaskan bahwa analisis fungsional-struktural berfokus pada kelompok-kelompok, organisasi-organisasi, masyarakat-masyarakat dan kebudayaan-kebudayaan. Merton menyatakan bahwa setiap objek yang di tundukan kepada analisis fungsional-struktural harus menggambarkan suatu sistem yang telah di standarkan yakni terpola dan berulang.merton juga memperkenalkan konsep fungsi nyata dan laten. Kedua istilah itu telah menjadi tambahan penting bagi analisis fungsional. Fungsi-fungsi nyata adalah yang di sengaja, sementara fungsi-fungsi laten adalah yang tidak di sengaja. Merton menjelaskan bahwa konsekuensi-konsekuensi yang tidak di antisipasi san funsi-fungsi laten tidak sama. Fungsi-fungsi laten adalah satu tipe konsekuensi yang tidak di antisipasi, tipe yang bermanfaat untuk sistem yang di tunjuk.

Merton menunjukan bahwa suatu struktur disfungsional bagi sistem sebagai suatu keseluruhan namun dapat terus berlanjut. Merton berpendapat bahwa tidak semua struktur pastinya akan di butuhkan untuk bekerjanya sistem sosial. Beberapa bagian dari sitem sosial dapat dilenyapkan. Hal itu membantu teori fungsional mengatasi hal-hal bias konservatifnya yang lain. Fungsionalisme membuka jalan bagi perubahan sosial yang bermakna.Fokus utama dari berbagai pemikir teori fungsionalisme adalah untuk mendefinisikan kegiatan yang dibutuhkan untuk menjaga kelangsungan hidup sistem sosial. Fungsionalisme menegaskan bahwa perubahan diawali oleh tekanan-tekanan kemudian terjadi integrasi dan berakhir pada titik keseimbangan yang selalu berlangsung tidak sempurna. Teori ini melihat adanya ketidakseimbangan yang abadi yang akan berlangsung seperti sebuah siklus untuk mewujudkan keseimbangan baru.Penyebab perubahan kelangsungan tersebut dapat berasal dari dalam maupun dari luar sistem sosial.Gagasan-gagasan inti dari fungsionalisme ialah perspektif holistis (bersifat menyeluruh),yaitu sumbangan-sumbangan yang diberikan oleh bagian-bagian demi tercapainya tujuan-tujuan dari keseluruhan, keselarasan dan tata berlandaskan konsensus mengenai nilai-nilai  fundamental.Fungsionalisme Struktural meyakini bahwa perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat merupakan upaya masyarakat untuk mencapai keseimbangan atau kestabilan baru. Teori fungsional ini menganut faham positivisme, yaitu suatu ajaran yang menyatakan bahwa spesialisasi harus diganti dengan pengujian pengalaman secara sistematis, sehingga dalam melakukan  kajian haruslah mengikuti aturan ilmu pengetahuan alam. Dengan demikian, fenomena tidak didekati secara kategoris, berdasarkan tujuan membangun ilmu dan bukan untuk tujuan praktis. Analisis teori fungsional bertujuan menemukan hukum-hukum universal (generalisasi) dan bukan mencari keunikan-keunikan (partikularitas). Teori fungsional berhadapan dengan cakupan populasi yang amat luas, sehingga tidak mungkin mengambilnya secara keseluruhan  sebagai sumber data.

Kritik utama pada fungsionalisme adalah bahwa fungsionalisme struktur tidak membahas sejarah secara memadai. Kritik yang paling sering diajukan terhadap fungsionalisme struktural adalah bahwa ia tidak mampu membahas konflik secara efektif. Irving louis horowitz berpendapat bahwa kaum fungsionalis struktural cenderung melihat konflik sebagai hal yang pasti bersifat merusak dan terjadi di luar kerangka kerja masyarakat. Masalahnya adalah apakah hal itu alami di dalam teori atau pada cara pandang praktisi menafsirkan dan menggunakannya. Kritik-kritik menyeluruh bahwa fungsionalisme struktural tidak mampu membahas sejarah, perubahan dan konflik telah membawa banyak orang. Fungsionalisme struktural pada dasarnya kabur, tidak jelas, dan ambigu. Bagian yang ambiguitas dapat di telusuri hingga fakta bahwa para fungsionalis struktural memilih untuk membahas sitem-sistem sosial yang abstrak daripada masyarakat-masyarakat secara nyata. Kritik yang terkait adalah bahwa meskipun tidak pernah ada skema  besar tunggal yang di gunakan untuk menganalisis semua masyarakat di seluruh dunia., kaum fungsionalis struktural telah di motivasi oleh kepercayaan bahwa ada suatu teori tunggal atau setidaknya sekumpulan kategori konseptual yang dapat di gunakan untuk melakukan hal itu. Kritik metodelogis spesifik antara lain adalah isu mengenai apakah ada metode-metode yang memadai untuk mempelajari persoalan-persoalan yang diperhatikan para fungsionalisme struktural.kritik metodelogis lainnya adalah bahwa fungsionalisme struktural menyulitkan analisis komparatif yakni analisis yang bersifat membandingkan.

Fungsionalisme harus mendefinisikan dan mendokumentasikan beragam cara tujuan benar-benar, secara nyata, menghasilkan penciptaan substruktur-substruktur spesifik. Para fungsional struktural juga harus mampu menunjukan substruktur-subtruktur lain tidak dapat memenuhi kebutuhan yang sama, harus mampu mendefinisikan dan memperlihatkan secara empiris dan teoritis hubungn antara tujuan masyarakat dan berbagai substruktur yang ada didalam masyarakat. Kritik utama lainnya atas logika fungsionalisme struktural adalah bahwa ia bersifat taulogis. Suatu argumen taulogis adalah argumen yang kesimpulannya hanya mengeksplisitkan hal yang implisit (yang terkandung di dalamnya ) didalam premisnya atau hanya merupakan pengulangan premis itu dengan cara yang lain. Dalam fungsionalisme struktural, penalaran berputar-putar secamam itu sering berupa pendefinisian bagian-bagian di dalam kerangka bagian-bagiannya. Dan kemudian pendefinisian bagian-bagian di dalam kerangka keseluruhan. Dengan demikian, diargumenkan bahwa suatu sistem sosial di definisikan oelh hubungan antara bagian-bagian yang menyusunnya dan bahwa bagian-bagian yang menyusun sistem itu di definisikan oelh tempat mereka di dalam sistem sosial yang lebih besar.

Di bawah serangan kritik yang bertubi-tubi, signifikansi fungsionalisme struktural mengalami kemunduran mulai dari pertengahan 1960-an sampai sekarang. Pada pertengahan 1980-an, di lakukan usaha utama untuk menghidupkan kembali teori itu dengan nama “Neofungsionalisme”. Istilah neofungsionalisme di gunakan untuk menunjukan kesinambungan dengan fungsionalisme struktural, tetapi juga untuk menunjukan bahwa adanya usaha untuk memperluas fungsionalisme struktural dan mengatasi kesulitan-kesulitan utamanya. Jeffrey Alexander dan Paul Colomy mendefinisikan bahwa neofungsionalisme sebagai untaian teori fungsional yang melakukan kritik diri yang berusaha memperluas lingkup intelektual fungsionalisme sembari mempertahankan inti teoritisnya. Alexander dan Paul Colomy melihat fungsionalisme struktural terlalu sempit dan tujuan merka ialah menciptakan teori yang lebih sintetik, teori itu mereka sebut neofungsionalisme. Alexander telah menyebut satu demi satu masalah-masalah yang menyangkut fungsionalisme struktural yang perlu di atasi neofungsionalisme, antara lain anti-individualisme, permusuhan terhadap perubahan, konservatisme, idealisme dan biasantempiris. Dilakukan usaha-usaha untuk mengatasi masalah-masalah tersebut secara progmatis dan pada level-level teoritis yang lebih teoritis yang lebih spesifik.

Neofungsionalisme mungkin bukan suatu teori yang sudah maju, Alexander telah menggarisbawahi beberapa orientasi dasarnya. Pertama, neofungsinalisme bekerja dengan suatu model masyarakat yang deskriptif yang melihat masyarakat terdiri dari unsur-unsur yang berinteraksi satu sama lain, dan dalam berinteraksi itu mereka membentuk pola. Kedua, Alexander beragumen bahwa neofungsionalisme mencurah perhatian kira-kira sama terhadap tindakan dan ketertiban. Oleh karena itu neofungsionalisme menghindari tendensi fungsionalisme struktural yang nyaris secara ekslusif berfokus pada sumber-sumber ketertiban level makro di dalam struktur-struktur sosial dan kebudayaan, tidak banyak memerhatikan pola-pola tindakan yang lebih berlevel mikro.neofungsionalisme juga bermaksud mempunyai pengertian yang luas atas tindakan yang tidak hanya meliputi tindakan rasional namun juga tindakan eksresif. Ketiga neofungsionalisme mempertahankan perhatian fungsional struktural pada integrasi, bukan sebagai fakta yang sudah selesai, tetapi lebih tepatnya sebagai suatu kemungkinan sosial. Ia mengakui bahwa penyimpangan dan kendali sosial adalah realitas yang ada di dalam sistem-sistem sosial. Ada perhatian terhadap keseimbangan di dalam fungsionalisme,tetai lebih luas dibanding perhatian fungsional struktural, yang meliputi keseimbanagn yang sedang bergerak maupun yang parsial. Di definisikan secara luas, keseimbangan dilihat sebagai titik acuan untuk analisis fungsional, tetapi tidak menggambarkan kehidupan individu didalam sistem sosial aktual.

Keempat, neofungsionalisme menerima penekanan parsonsian Tradisional pada kepribadian, kebudayaan, dan sistem sosial. Selain vital bagi struktur sosial, interpenetrasi sistem-sistem tersebut juga menghasilkan keterangan-keterangan yang senantiasa merupakan sumber perubahan dan pengendalian. Kelima, neofungsionalisme berfokus pada perubahan sosial di salam proses diferensiasi di dalam sistem-sistem sosial, budaya, dan kepribadian. Oleh karena itu perubahan bukan hasil keselarasan dan harmoni tetapi lebih tepatnya ketegangan individuasi dan kelembagaan, artinya Alexander beragumen bahwa neofungsionalisme menyiratkan komitmen kepada independensi konseptualisasi dan penteorian dari level-level analisis sosiologis yang lain.

Daftar Pustaka:

Ritzer,Goerge. 2012 Teori sosiologi dari sosiologi klasik sampai perkembangan terakhir postmodern, Yogyakarta:Pustaka Pelajar

Ritzer, Goerge. 1992 Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, Jakarta:PT. Rajagrafindo Persada

Tri Haryana, Agung & Sujatmiko, Eko. Kamus  Sosiologi. 2012. Surakarta : Aksara Sinergi Media.

Ritzer George & Douglas J. Goodman. 2010. Teori Sosiologi Modern, Jakarta.Kencana Prenada Media Group.

Veeger.Realitas Sosial.1985. Jakarta: PT. Gramedia.

Wulansari, Dewi. 2009. Sosiologi Konsep Dan Teori. Bandung: PT. Refika Aditama

Tentang Darma yunita

Darma yunita, lahir di Embacang,palembang 11 maret. mahasiswa UNNES
Tulisan ini dipublikasikan di Antropologi SMA. Tandai permalink.

Tinggalkan Balasan