Perubahan Sosial Pada Masyarakat Jawa

                Dari hasil pengatamatan yang telah saya dapat kan dengan berbagai metode, saya dapat mengumpulkan dan menyimpulkan bagaimana  keadaan masyarakat Jawa pada era ini, tentunya banyak sekali perubahan-perubahan social pada masyarakat jawa ini. Saya temukan bahwa keadaan masyarakat jawa saat ini sangat lah berbeda dengan budaya yang terdahulu yang masih murni. Saat ini seiring dengan datangnya globalisasi tak sedikit yang membawa dampak bagi masyarakat Indonesia ini, terkhususnya pada masyarakat Jawa. Pada kasus ini saya sangat menekan kan pada budaya. Dengan hadir nya globalisasi saat ini, sangat melunturkan kebudayaan-kebudayaan yang murni sehingga telah tercampur dengan adanya pengaruh globalisasi yang mendatangkan budaya yang lebih kekinian.

  1. Tingkah laku. Pada saat ini, di era Globalisasi banyak nilai-nilai yang di masyarakat mulai bergeser, aturan yang awalnya dibentuk dan dipatuhi oleh masyarakat kini mulai banyak yang dilanggar. Khususnya di kalangan para remaja, yang terpengaruh budaya barat atau biasa disebut westernisasi. Selain pakaian, makanan, dan gaya bicara, nilai-nilai budaya dari barat juga mulai merasuk ke sendi-sendi masyarakat kita. Mereka mengikuti trend atau budaya dari barat hanya karena gengsi semata.  Pada zaman dahulu perempuan dilarang keluar malam, bahkan jika ada perempuan yang keluar malam bisa di nilai sebagai wanita yang tidak baik, dan seringkali dibuat bahan pergunjingan para warga disekitar tempat tinggal mereka. Tetapi pada saat ini remaja seringkali keluar malam, para remaja saat ini tidak mengindahkan lagi aturan-aturan yang ada pada zaman dahulu, remaja tidak memperdulikan lagi aturan yang sudah ada, hal itu terjadi karena berubahnya fungsi. Jika dahulu fungsi dibuatnya aturan adalah untuk ditaati, akan tetapi pada saat ini para remaja berfikiran aturan itu dibuat untuk dilanggar. Bahkan  di sisi lain, pada saat ini sebagian  orang tua juga ada yang mengijinkan anaknya jika anaknya pergi keluar malam. Hal itu dapat membuat para remaja bisa seenaknya pergi malam-malam.

                   Hal lain juga berdampak pada kebiasaan yang menghargai orang tua, saya mewawancarai seorang masyarakat, yang bernama bu’ waras suwati beliau mengatakan bahwa:

        “Perubahan tingkah laku masyarakat Jawa sekarang sangat tampak pada saat mereka menghargai orang tua. Dahulu bila ada anak muda yang lewat di depan orang tua, anak muda tersebut akan menundukan kepala nya dengan penghormatannya terhadap orang yang lebih tua dari padanya. Namun sekarang cara anak muda menghargai orang tua sangat lah berbeda, sekarang lebih demokratis sehingga lupa akan budaya yang terdahulu yang telah ada sehingga budaya tersebut akan luntur seiring perkembangan zaman ini”

  1. Bahasa. Selain perubahan pada tingkah laku, terdapat penggunaan bahasa yang telah luntur pada masyaralat Jawa pada saat ini. Anak muda zaman sekarang tidak lagi melestarikan budayanya terutama dalam hal perbahasaan. Anak muda sekarang lebih memilih memakai bahasa Indonesia bila di bandingkan memakai dan melestarikan budayanya sendiri dalam perbahasaan. Di kampus saya, Unniversitas Negeri Semarang terdapat mayoritas masyarakat Jawa, namun jarang sekali saya mendengarkan teman-teman memakai bahasa Jawa dalam percakapan sehari-harinya. Mereka lebih memilih untuk memakai bahasa Indonesia untuk percakapan sehari-harinya. Padahal bagi saya sebagai orang yang dari luar pulau Jawa ini lebih menganjurkan mereka untuk memakai serta melestarikan kebudayaan mereka sendiri bila bertemu dengan sesama mereka dari pulau Jawa. Boleh memakai bahasa Indonesia namun hanya kepada orang-orang yang dari luar pulau Jawa, juga pada saat belajar di kelas, kita sangat di wajibkan untuk berbahasa Indonesia, karena ada juga teman-teman lain yang dari luar pulau Jawa yang belum paham dan mengerti untuk menggunakan bahasa Jawa.
  1. Kuliner. Dari segi kuliner ataupun makanan-makanan khas masyarakat Jawa juga terdapat perubahan yang pesat. Bila saya lihat, sekarang banyak nya restoran-restoran mewah yang ada di kota Semarang ini, hal ini mengakibatkan tergesernya makanan-makanan khas atau makanan tradisional masyarakat Jawa di mata masyarakat.makanan tradisonal khas Jawa sangat jarang di temukan di rumah masyarakat. Masyarakat yang banyak kesibukan sehingga lebih memilih membeli makanan instan di bandingkan memasak masakan khas jawa sendiri. Makanan khas Jawa sekarang sangat sulit di temukan hanya terdapat di tempat orang-orang hajatan saja.

Dari hasil angket yang saya simpulkan bahwa, masyarakat lebih memilih makanan yang lebih modern bila di bandingkan dengan makanan tradisonal. Karena tak jarang masyarakat lebih memilih makan di tempat restoran-restoran yang lebih modern bila di bandingkan bila makan di warteg khas Jawa. Contohnya saja pada penjualan es Dawet Ayu khas Banjarnegara, Rasanya yang manis dan segar menjadi teman yang pas saat cuaca panas.

Namun sekarang tinggal sedikit penggemar es Dawet Ayu. Masyarakat lebih memilih membeli es cappocino. Selain itu, ada juga makanan yang lezat yang bisa kita santap di pagi hari atau di saat kita merasa lapar. Arem-arem atau lontong isi jajanan pasar penawar lapar ini juga sangat jarang di konsumsi masyarakat saat ini, di asrama, bahkan juga di kampus mahasiswa lebih memilih Donat sebagai penawar lapar bila di bandingkan dengan arem-arem. Bahkan penjualnya pun lebih bnyak penjual Donat dari pada arem-arem, arti nya juga lebih bnyak penggemar Donat bila di bandingkan dengan arem-arem.

(KAMIS, 17 DESEMBER 2015)

Semua itu terjadi karena perkembanagan masyarakat yang sangat pesat yang tidak lagi melestarikan budayanya sendiri. Apalagi seiring datangnya globalisasi ini masyarakat lebih memilih makanan instan dan lebih modern dari pada makanan-makanan tradisional khas Jawa itu sendiri. selain praktis juga lebih menyesuaikan selera masyakat saat ini. Hal ini menyebabkan masyarakat lebih memilih makanan instan dari pada makanan khas Jawa itu sendiri.

  1. Bangunan. Bila saya lihat sekarang masyarakat Jawa sangat berlomba-lomba untuk membangun dan menghias rumahnya. Hal ini di karena kan lingkungan yang sudah maju yang menyesuai kan pada zaman sekarang ini. Mengenai ini, saya teringat kata dari Dosen saya pak Harto Wicaksono. Beliau pernah mengatakan bahwa:

“ kita memang tidak boleh hanya berpegang erat pada kebudayaan kita sendiri.namun kita harus menyesuai kan pada zaman yang ada sekarang.”

Artinya kita memang harus menyesuaikan pada lingkungan zaman sekarang, namun bukan berarti kita harus meninggalkan bahkan bisa menghapus budaya kita sendiri. Saya mendatangi pak RT Kelurahan sekaran, kecamatan Gunung Pati.

Beliau mengatakan bahwa dalam segi bangunan, terutama pada bangunan Rumah, sangat tampak sekali perubahannya. Zaman sekarang Rumah tradisonal Jawa sangat terlupakan. Orang-orang lebih memilih membangun rumah full bata dari pada rumah tradisional khas Jawa sendiri. Namun banyak alasan mengapa masyarakat lebih memilih membangun rumah full bata bila di bandingkan dengan rumah Jawa sendiri atau rumah Joglo, bahan pokok rumah joglo adalah kayu. Kayu yang di gunakan adalah jati dan semacamnya. Kayu tersebut amatlah mahal. Hanya orang-orang yang ekonominya menengah ke atas dapat membangun rumah joglo tersebut. Bangunan di sekitar desa ini rata-rata rumah full bata semua,

  1. Hubungan kekeluargaan, Masyarakat Jawa pada saat ini pada umumnya sangatlah berbeda dalam keramah-tamahannya terhadap orang lain. Sekarang tak jarang masyarakat Jawa bersikap cuek-cuekan tanpa keramahannya. Apalagi dengan perkembangan teknologi, terutama pada gadget. Masyarakat lebih sibuk dengan gadget nya mereka masing-masing tanpa memperdulikan orang-orang di sampingnya

Dengan kehadiran teknologi gadged ini masyarakat atau individu lebih memilih untuk menyendiri dan tidak mempedulikan teman-temannya, sibuk dengan gadged nya sendiri sehingga hubungan keharmonisan di antara mereka sudah sedikit luntur akibat teknologi ini.

Kesimpulan: Dari hasil pengamatan yang saya lakukan, banyak sekali perubahan dan pergeseran nilai-nilai serta lunturnya kebudayaan itu sendiri. Dari segi kuliner, cara berpakaian, bahasa, sikap kekeluargaan bahkan tingkah laku individu pun juga sangat berpengaruh. Hal ini karena datangnya globalisasi yang melunturkan nilai-nilai budaya di dalam msyarakat. Perkembangan zaman ini kita memang di tuntut untuk menyesuai kan perkembangannya, namun kita juga tidak harus meninggal kan warisan budaya dari para leluhur kita terdahulu.

Tentang Darma yunita

Darma yunita, lahir di Embacang,palembang 11 maret. mahasiswa UNNES
Tulisan ini dipublikasikan di Artikel Lomba. Tandai permalink.

Tinggalkan Balasan