• Menikmati Malam Di Padang (Minggu ke 7)

    Hai hai para blogger yang sedang berbahagia kali ini saya akan membagikan cerita mengenai pengalaman yang saya daptkan di minggu ke 7 di tanah minang nih. Buat kalian yang penasaran yuk langsung aja intip postingan saya. check it out

    Sabtu, 9 Desember 2017. Hari ini sebenarnya adalah jadwal saya mengajar pramuka di SDN 48. Belimbing tetapi karena para siswa sedang melaksanakan ujian sekolah, jadi aktivitas ekstrakulikuler tidak dilakukan terlebih dahulu. Sejak malam tadi hujan terus turun dan mengguyur kota Padang hingga saya memutuskan untuk tidak pergi kemana-mana dan hanya menyicil beberapa tugas mata kuliah di Unnes yang tidak saya tempuh disini. Hingga sehabis maghrib hujan pun masih turun. Kebetulan hari ini teman saya memiliki janji untuk mengajak saya jalan-jalan dan melihat kota Padang pada malam hari. Saya dan teman saya yang bernama Rian tersebut pergi menggunakan sepeda motor, sebelumnya kami mampir di warung bakso di jalan jati yang merupakan milik salah satu orang Jawa yang tinggal di Padang. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan ke pantai padang. Pada malam hari pemandangan pantai padang dipenuhi dengan para pemuda-pemudi hingga keluarga yang sedang berkumpul disana. Banyak pedagang yang menjajakan makanan di sepanjang tepi pantai (tapi lauik) padang mulai dari jagung bakar, bakso bakar, bakso, sate, es kelapa, dan lain sebagainnya. Tenda-tenda yang berbentuk payung dilengkapi dengan tempat duduk di dalamnya memang sengaja disediakan oleh warga sekitar agar para wisatawan merasa nyaman saat berkunjung dan ingin bersantai dengan teman maupun keluarga di pinggir pantai padang.

    Setelah menyusuri pinggir pantai kami pun melaju ke jembatan siti nurbaya. Asal usul pemberian nama jembatan siti nurbaya ini dikarenakan memang ada makam siti nurbaya yang terdapat di puncak gunung Padang. Jembatan ini juga menjadi salah satu jalan penghubung kawasan kota tua Padang di Berok Nipah dengan kaki gunung Padang di seberangnya. Bagi saya, jembatan ini mirip dengan fly over tetapi tidak terlalu ramai dengan aktivitas lalu lintas saat saya datang kesana. Justru disini banyak para pedagang jagung bakar dan pedagang yang menawarkan kuliner khas Padang lainnya dengan harga yang dapat dijangkau oleh hampir semua kalangan. Di sepanjang jembatan tersebut pun dipenuhi dengan bangku-bangku yang dijadikan tempat nongkrong dan ramai dikunjungi oleh para anak muda dan orang tua yang ingin bersantai sembari menikmati pemandangan kota Padang pada malam hari dari atas jembatan siti nurbaya.

    Pemandangan pada malam hari di jembatan siti nurbaya

    Karena khawatir terlalu malam untuk sampai kos, saya dan teman saya tidak berlama-lama berada di jembatan tersebut. Kemudian kami mengarah ke kampuang pondok yang sebelumnya memang sudah pernah saya kunjungi namun kali ini dengan rute jalan yang berbeda sehingga saya sempat bingung sedang berada di tempat apa. Pemandangan di kampuang pondok saat malam hari bisa dikatakan sepi karena tidak ada aktivitas yang begitu mencolok di setiap gang maupun tempat peribadatan yaitu klenteng dan rumah dukanya. Kampung pondok merupakan suatu daerah yang ditempati oleh mayoritas orang tionghoa. Selain itu, yang menarik di kampung ini adalah bahwa tidak hanya agama Konghucu tetapi juga terdapat agama Islam, Buddha, Hindu dan Kristen di dalamnya yang saling hidup rukun berdampingan. Setelah itu kami menuju ke museum adityawarman, disana saat malam hari dipenuhi dengan para pedagang kaki lima yang ramai dikunjungi oleh para pengunjung. Lalu setelah merasa puas berkeliling dan melihat kota Padang pada malam hari, kami memutuskan untuk pulang dan kembali ke kos.

    terima kasih buat kalian yang udah baca postingan saya kali ini. semoga bermanfaat. see you 🙂

    Categories: Singgah Di Tanah Minang

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    * Kode Akses Komentar:

    * Tuliskan kode akses komentar diatas: