PERMASALAHAN-PERMASALAHAN LINGKUNGAN YANG TERJADI DI KABUPATEN TEGAL

sampah

https://core.ac.uk

  1. Sanitasi Air Bersih

Di Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal sumber air bersih sudah semakin sulit ditemukan. Hal ini dikarenakan sumber air tanah yang ada sudah tercemar, baik karena limbah industri keluarga atau pun limbah rumah tangga. Limbah industri keluarga, misalnya pewarna pakaian yang merupakan mata pencaharian pokok masyarakat di beberapa desa di Kecamatan Adiwerna. Limbah industri ini banyak yang dibuang lewat saluran air selokan yang ada di depan rumah dan tidak diolah dengan baik. Limbah industri memang dialirkan ke sungai terdekat yang akhirnya bermuara di laut jawa, namun proses perawatan saluran air yang ada di Kecamatan ini masih sangat kurang yang berdampak pada tercemarnya sumber air tanah yang ada yang lebih lanjut dikhawatirkan akan menimbulkan wabah penyakit atau yang sering disebut water borne disease. Padahal sumber air tanah yang ada digunakan masyarakat setempat sebagai air minum dan juga untuk keperluan lain sehari-harinya.

Pencemaran air juga di sebabkan karena tingginya kadar coli tinja pada sungai besar di Kabupaten Tegal yaitu sungai gung. Batas normal kadar coli tinja yang seharusnya 200 bakteri / 100 mm, data dari Kapedal (Kepala Kantor Dampak Lingkungan Hidup) Kota Tegal tahun 2004 menunjukkan kadar coli tinja sungai gong berkisar 9000-17000 bakteri / 100 mm. Tingginya kadar coli tinja di sungai itu disebabkan oleh pola hidup masyarakat yang tidak sehat, tidak memiliki jamban keluarga dan kebiasaan buang air besar di sungai. Pencemaran air ini akan berdampak pada air sungai yang merembes ke sumur penduduk, terutama yang jaraknya kurang dari 10 m, sehingga sumur akan tercemar apalagi di musim penghujan tingkat rembesan ke sumur penduduk semakin tinggi. Tingginya kadar coli tinja merupakan salah satu penyebab penyakit diare yang semakin marak di Kabupaten Tegal.  Hal ini disebabkan dalam coli tinja tersebut terdapat banyak bakteri Escherichia coli yaitu bakteri patogen yang bersifat komersal di dalam saluran pencernaan manusia dan hewan.

Selain pencemaran oleh coli tinja, sungai di Kabupaten Tegal mulai tercemar oleh logam berat seperti seng, tembaga dan kaleng karena industri logam merupakan industri rakyat terbesar di Kabupaten Tegal, salah satunya di Desa Kebasen, Kecamatan Talang. Pengelolaan limbahnya belum baik, apabila air sungai yang terkena limbah masuk ke sungai dan sampai ke laut sehingga mencemari habitat ikan yang dikonsumsi penduduk yang dikhawatirkan akan menyebabkan gangguan kesehatan.

 

Ratusan sumur warga desa Pesarean, Adiwerna, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, juga tercemari limbah pengolahan logam yang berada tak jauh dari pemukiman warga. Akibatnya, untuk kebutuhan sehari-hari warga terpaksa menggunakan air ledeng milik PDAM karena air sumur yang tidak dapat digunakan lagi. Banyak warga yang mengeluhkan kondisi air sumurnya mulai berubah sejak tercemar limbah pengolahan logam dan pelebuaran Aki. Keluhan yang sering dilaporkan warga diantaranya air yang semula jernih tiba-tiba berubah warna dan beraroma tidak sedap, jika dimasak airnya berbuih dan berasa anyir, air di sumur menjadi bau, berminyak dan terasa lengket.

  1. Pencemaran Udara

Pencemaran udara di beberapa Kecamatan di Kabupaten Tegal karena semakin banyak ditemukan. Pencemaran udara yang terjadi disebabkan oleh aktivitas sehari-hari masyarakat dan karena lingkungan itu sendiri. Aktivitas manusia yang menyebabkan pencemaran udara yaitu kegiatan produksi baju yang menghasilkan debu konveksi di Kecamatan Adiwerna, pengolahan batu gamping atau kapur di Desa Karangdawa, Kecamatan Margasari, dan penebangan pohon untuk lahan industri atau pemukiman serta hujan abu akibat aktivitas gunung Slamet yang meliputi beberapa daerah di Kabupaten Tegal bagian selatan.

Pekerjaan masyarakat Kecamatan Adiwerna yang mayoritas adalah konveksi menyebabkan udara menjadi tercemar. Hal ini dikarenakan bahan-bahan yang digunakan untuk membuat baju menghasilkan debu-debu atau partikel kecil yang berterbangan di udara yang lebih lanjut dapat menyebabkan timbulnya penyakit ISPA. Berdasarkan data dari Kecamatan Adiwerna dalam angka tahun 2011, ISPA merupakan salah satu penyakit yang paling sering dilaporkan di Puskesmas Adiwerna dengan jumlah 27.407. Hal ini sangat mungkin terjadi karena sebagian besar rumah untuk tempat tinggal masyarakat Kecamatan Adiwerna dengan rumah untuk memproduksi baju masih jadi satu. Selain itu, semakin jarangnya pepohonan yang ditemukan di Kecamatan ini juga memperparah pencemaran udara yang terjadi. Hal ini tak lain disebabkan oleh pemukiman penduduk yang semakin padat dan membutuhkan lahan yang lebih luas untuk membangun rumah sehingga penebangan pohon atau penggusuran lahan pertanian.

Pengolahan batu kapur merupakan salah satu sumber pencemaran udara, dengan hasil yang ditimbulkan berupa gas seperti: CO2, CO, dan partikel debu. Partikel debu batu kapur ini dapat mengganggu kesehatan bila tertiup manusia, antara lain dapat mengganggu pernapasan, seperti sesak napas. Dampak negatif yang paling sering dirasakan secara lain adalah pencemaran udara dari cerobong asap tobong pembakar kapur. Bahan bakar yang digunakan untuk membakar kapur kebanyakan menggunakan blotong atau ersit, yaitu residu dari sisa-sisa proses pabrik kimia yang dapat menimbulkan rasa perih di mata dan sesak napas ketika menghirup asapnya dan jika tersentuh kulit secara langsung akan terasa terbakar (Setiardi, 2005). Hasil pemeriksaan kapasitas fungsi paru pekerja pembakaran kapur di Desa Karangdawa oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal tahun 2005, sebanyak 102 orang (49,76%) kapasitas fungsi parunya tidak normal (Puskesmas Margasari, 2005)

  1. Persampahan.

Persampahan merupakan isu penting dalam masalah lingkungan perkotaan yang dihadapi sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk dan peningkatan aktivitas pembangunan. Peningkatan volume sampah berkembang secara eksponensial yang belum dibarengi dengan peningkatan pendapatan Pemerintah Daerah yang sepadan untuk pengelolaan sampah kota. Sampah akan menjadi beban bumi, artinya ada resiko-resiko yang akan ditimbulkannya (Hadi, 2000). Ketidakpedulian terhadap permasalahan pengelolaan sampah berakibat terjadinya degradasi kualitas lingkungan yang tidak memberikan kenyamanan untuk hidup sehingga akan menurunkan kualitas kesehatan masyarakat. Degradasi tersebut lebih terpicu oleh pola perilaku masyarakat yang tidak ramah lingkungan seperti membuang sampah di badan air sehingga sampah akan menumpuk di saluran air yang ada dan menimbulkan berbagai masalah turunan lainnya.

Sampah padat, salah satu jenis sampah merupakan material yang terus menerus meningkat dan dibuang oleh masyarakat. Sampah adalah segala bentuk limbah yang ditimbulkan dari kegiatan manusia maupun binatang yang biasanya berbentuk padat dan secara umum sudah dibuang, tidak bermanfaat atau tidak dibutuhkan lagi (Theisen, 1997).

Berdasarkan data dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Tegal tahun 2005-2025, Produksi sampah pada tahun 2004 rata-rata sebanyak 345 m3/hari, dengan sampah yang terangkat atau tertangani sebanyak  248,81 m3/hari (72,12 %). Sebagian besar produksi sampah berasal dari sampah pasar (142,47 m3/hari) dan permukiman 108,90 m3/hari). Dari volume sampah tersebut. 46,20 % merupakan sampah berupa daun dan 34,15 % merupakan sampah berupa karet atau plastik. Produksi sampah ini akan terus meningkat jumlahnya seiring dengan semakin bertambah banyaknya penduduk.

  1. Pencemaran Limbah Industri

Pencemaran limbah industri logam terutama pada industri peleburan aki di Desa Pesarean, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, yang dinilai sangat parah. Selain mencemari lingkungan, limbah itu juga telah berdampak buruk pada masalah kesehatan masyarakat di sekitarnya. Limbah pengolahan limbah yang berupa serbuk hanya dibuang di sekitar pemukiman. Selain menimbulkan debu dan terhirup manusia, limbah juga meresap ke dalam tanah, dan mencemari air warga. Masyarakat di wilayah itu banyak yang terkena penyakit pernafasan.

Berdasarkan data Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Tegal, tumpukan limbah telah mencapai 10.000 ton. Sementara itu berdasarkan data yang diperoleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menyebutkan terdapat lima anak di kawasan peleburan aki ini yang lahir dalam kondisi cacat (lumpuh dan keterbelakangan mental). Dari segi fisik lingkungan, banyak tanaman yang mati akibat terkena limbah.

Pencemaran limbah yang ada di kawasan tersebut sudah termasuk dalam kategori parah. Hal itu antara lain terlihat dari hasil pengujian sampel darah masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan itu. Dari hasil uji sampel daerah yang dilakukan Pemerintah Provinsi Jateng tahun 2011 terhadap 50 warga Desa Pesarean, tercatat sebanyak 46 orang telah tercemar timbal. Dari jumlah tersebut, 12 orang dalam kondisi bahaya.

Desa Pesarean, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal dinyatakan sebagai daerah beracun. Kondisi tanah dan udara sudah sangat tercemar racun berat dari bahan baku berbahaya Logam Timbal. Bahkan dari hasil uji laboraturium dinas lingkungan hidup kebersihan dan pertamanan Kabupaten Tegal, telah ditemukan kadar Sulfida (SO2). Debu dan timbalnya sudah diatas baku mutu yang ditetapkan. Selain tercemar timbal, akibat usaha peleburan Aki juga menyebabkan wilayah di sekitar tercemar limbah cair asam sulfat (H2S04). Bahkan kini udara di kawasan tersebut sudah mengandung polusi dari bau sulfur yang tajam menyengat.

 

This entry was posted in Uncategorized. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: