Mengenal Tembang Macapat, Kidung Bahasa Jawa
Bahasa Jawa memiliki tembang atau kidung yang berisi pitutur atau nasihat sesuai dengan tingkatannya. Misal saat seseorang masih kecil, mulai dewasa, hari tua, sampai akhirnya meninggal dunia. Tembang ini disebut macapat dan masing-masing syair atau lagu memiliki aturan atau pakem tersendiri.
Dewasa ini tembang macapat masuk kurikulum muatan lokal dan diajarkan di sekolah. Namun, hanya bentuk yang termudah saja. Itu pun tidak semuanya dan mudah dilupakan. Jika Anda seorang penutur asli Bahasa Jawa atau orang yang ingin mempelajari Bahasa Jawa lebih dalam, kenali tembang macapat di bawah ini.
1. Maskumambang
Maskumambang memiliki karakter sedih atau penuh duka meski secara filosofi tidak demikian. Maskumambang bisa diartikan sebagai seorang janin yang hidup mengambang di dalam rahim ibu sebelum akhirnya dilahirkan ke dunia.
2. Mijil
Setelah hidup mengambang di dalam rahim, bayi akhirnya lahir dan diwujudkan sebagai mijil atau benih. Nantinya bayi yang lahir akan memulai semua perjalannya hingga dewasa. Sesuai dengan filosofi ini mijil banyak berkarakter senang dan berisi banyak nasihat.
3. Kinanthi
Seiring dengan bertambahnya usia, anak akan tumbuh dan akhirnya belajar berjalan. Pada fase ini orang tua akan mulai menuntun anaknya untuk diarahkan ke jalan yang benar. Kinanthi berisi tentang kesenangan orang tua dalam merawat anaknya dan segala hal terkait nasihat baik yang berguna untuk masa depan.
4. Sinom
Sinom menjadi perwujudan dari pucuk dari benih yang akan tumbuh. Anak-anak yang mulai tumbuh dewasa akan belajar bagaimana menata hidupnya dan belajar banyak hal. Kelak mereka akan menjadi orang yang berguna bagi orang tua. Watak dari tembang sinom adalah kesabaran dan berisi banyak nasihat.
5. Asmarandhana
Setelah tumbuh dewasa, seorang manusia akhirnya akan mencari atau mendapatkan tambatan hatinya. Perjalanan ini diwujudkan oleh tembang asmarandhana yang berasal dari kata asma. Tembang atau lagu yang muncul memiliki tema senang, gembira, dan kadang duka.
6. Gambuh
Setelah bertemu dengan seseorang, ikatan yang sakral yaitu pernikahan akhirnya dilakukan. Inilah inti dari tembang gambuh. Segala hal tentang suka cita akan disampaikan ke khalayak. Selain itu tembang juga banyak berisi tentang cerita kehidupan. Nantinya cerita bisa dipakai untuk pelajaran agar bahtera rumah tangga tidak mengalami gangguan.
7. Dhandhanggula
Karakter dari Dhandhanggula cukup luwes dan berisi banyak hal dalam kehidupan. Meski secara umum filosofi dari tembang ini adalah kesuksesan dari pasangan dalam kehidupan rumah tangganya.
8. Durma
Durma menjadi perwujudan dari kehidupan yang penuh kisah dan penuh konflik. Meski demikian, seseorang akan menjadi pelengkap pasangannya dan mendapatkan kebahagiaan di kemudian hari. Konflik yang terjadi adalah cobaan agar kehidupan lebih baik di masa depan.
9. Pangkur
Setelah apa yang terjadi, seseorang harusnya mulai mungkur atau pangkur dari kehidupan duniawinya. Segala hasrat dan nafsu untuk mendapatkan sesuatu harus mulai dihapuskan. Apalagi saat sudah tua, memperbanyak ibadah pada Yang Maha Kuasa adalah hal yang lebih penting.
10. Megatruh
Megatruh bisa diartikan pisah dari ruhnya. Tembang mengisyaratkan tentang proses kematian seorang manusia hingga ruhnya terlepas. Karena memiliki makan cukup menyedihkan, tembang megatruh memiliki isi tentang hilangnya harapan dan perpisahan.
11. Pocung
Pocung berasal dari kata pocong yang artinya orang yang sudah meninggal dan dikafani. Tembang ini berisi tentang hal-hal berhubungan dengan kematian atau hari akhir. Meski cukup seram, isi dari pocung lebih banyak berisi teka-teki, kadang menggelitik.
Tembang macapat jenisnya ada banyak dan masing-masing memiliki ciri khasnya tersendiri. Kalau Anda ingin mempelajari lebih banyak, pilih satu atau dua dulu misal pocung atau kinanthi. Setelah memahaminya baru belajar tembang Bahasa Jawa lain.
Jangan lupa kunjungi nurfasta untuk mendapatkan informasi dari artikel lainnya
0 Comments