Komentar Terbaru

    Kategori

    “BERKARYA ADALAH KUNCI”

    1. Pendidikan dan Pengajaran 2. Penelitian dan Pengembangan 3. Pengabdian Kepada Masyarakat.

    Ayo Menulis!

    April 2024
    S S R K J S M
    1234567
    891011121314
    15161718192021
    22232425262728
    2930  

    Artikel

    Guruku yang Hebat

    Malisa Ladini

    Anakku, dengarlah nasehatku, berpalinglah pada petuahku.

    Bertahanlah dari bujuk rayu yang berbahaya bagimu.

    Jangan kau ikuti mereka yang menghadang nanah, mengintai orang tak bersalah, menginjak-injak orang lemah.

    Janganlah kakimu mengikuti mereka yang merampas jalan orang lain. Buka lah jalan bagi orang yang berjuang.

    Tahanlah kakimu, abaikan gerombolan perampok itu.

    Hai muda, berpalinglah pada teguranku!

    Sebab hatiku akan ku tumpahkan padamu.

    Anakku, cari lah pengetahuan, melebihi berlian yang murni.

    Sebab ilmu, yang dapat membuatmu hidup.

    Anakku, simpan lah nasehatku.

    Sehingga hatimu tertegun pada kepandaian. Matamu berbinar mendengar ilmu.

    Tak perlu kau tahan kebaikan bagi orang-orang yang berhak.

    Jangan kau rencanakan yang jahat, berlaku semena-mena, jika dia tak menjahatimu.

    Sedang ia yang jahat terhadapmu, lepaskanlah. Kau akan beroleh kenikmatan.

    Hauskanlah dirimu untuk membaca.

    Sebab kamu akan beroleh pendidikan.

    Peganglah petunjukku bagi tanganmu.

    Tempat Teduh Masa Kecil

    Malisa Ladini

    Aku selalu teringat akan keteduhanmu, yang membingkai masa kecilku.

    Dalam timangan ibuku, aku bersembunyi di biliki cintamu.

    Aku selalu berkaca-kaca akan kenangan yang ada di dalammu.

    Di sini lah kini aku mengadu nasib di pulau seberang yang terpisah oleh jarak.

    Saat aku melihat togaku, teringat aku padamu.

    Saat aku menggenggam hasil studiku, ingatanku tertoleh padamu.

    Saat aku melenggang dengan tanggungjawab di atas pundakku.

    Aku sungguh mengingat senyummu, Rumahku.

    Mengingatmu ialah mengingatkan aku pada ibuku.

    Mengingatmu ialah mengingatkan aku pada ayahku.

    Segala petuah masa kecil yang menjadi penguat lututku yang terkadang hancur oleh dunia.

    Sakit hati yang melapuhkan jiwa akan persaingan hidup di kota.

    Segalanya luntur saat aku mengingatmu.

    Sebab kau Rumahku yang menjadi sandaran tulang-tulang masa mudaku.

    Kini tulang-tulangku mulai menguat bersama daya juang hidup yang terus berjalan.

    Roda hidup akan memuncakkan kebanggaan bagi orangtuaku, tunggu aku kembali.

    Kau yang menjadi pijakan akan cita-cita yang melambung tinggi.

    Anganku yang menggema di setiap dinding ratapanmu.

    Akan tetesan doa ibu, dan sujud syukur ayahku.

    Sejauh apa pun aku pergi, aku akan kembali padamu, rumah masa kecilku.

    Kami Generasi Negarawan Sejati

    Malisa Ladini

    Sekilas terlihat buram di kaca, deretan sejarah menguntai perih yang menyayat.

    Pemakan darah bangsa yang jahat.

    Korupsi melahap harkat dan martabat.

    Korupsi mencabik pundi-pundi rakyat.

     

    Negeri zamrud yang menghijau berselendang maritim yang biru.

    Gunung emas yang menjulang sampai ke hulu.

    Bongkahan intan permata yang sungguh mengharu.

    Sayang seribu sayang, semuanya telah menjadi abu.

     

    Korupsi merampas perut ibu pertwi.

    Di sini lah kami berdiri, sebagai generasai negarawan sejati.

    Yang tak akan pernah lari.

    Dari kecintaan pada negeri.

     

    Sebab negeri ini rindu.

    Setiap jengkal yang menguatkan setiap penjuru.

    Kami generasi emas yang tangguh dan siap maju.

    Dengan mahkota kejujuran yang terus menjadi saksi hidupku.

    Memperkenalkan Desa Wisata Lerep

    Malisa Ladini

    Desa Lerep terletak di Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah. Desa Lerep merupakan suatu kawasan yang mengembangkan dewasa dengan sistem agroforestry, kebudayaan. Ada beberapa keunikan yang tersimpan di Desa Lerep. Adanya hamparan dataran tinggi berupa persawahan, perkebunan, dan kehutanan. Sebagai wilayah pelestarian hutan, persawahan, juga peternakan yang dikemas dalam satu wilayah penuh. Selain itu Desa Lerep juga menyimpan nilai kebudayaan dengan beberapa tempat yang artistik dan menyimpan nilai-nilai budaya asli.

    Sebagian besar wilayah Desa Lerep berupa perbukitan, dengan daerah perbukitan yang tertinggi yaitu Dusun Indrokillo. Pengembangan agroforestry Dusun Indrokillo diperluas dalam empat kelompok yaitu Magarsari (Kelompok Tani), Ngudi Makmur, Pemuda Tani, dan Pemuda (Ternak). Peningkatan program agrofeorestry ini didukung oleh pemerintah desa melalui Perdes Nomor 3 Tahun 2007 tentang Pembangunan Desa Lerep. Sebelum adanya program agroforestry ini, masyarakat di sekitar Dusun Indrokillo cenderung kurang sejahtera. Adanya kekosongan pangan ketika tidak musim panen, seringkali membuat masyarakat setempat melakukan penebangan pohon dan menjual kayu bakar sebagai penghasilan. Padahal penebangan pohon merupakan kegiatan pengrusakan ekologi hutan. Sehingga agroforestry merupakan solusi bagi Dusun Indrokillo. Keberhasilan dari adanya desa wisata berbasis agroforestry di Dusun Indrokillo Desa Lerep yaitu; pertama, menjadi salah satu pemasok susu sapi dan distributor yogurt ke Pabrik Cimory. Kedua, masyarakat lokal memiliki penghasilan harian dari penjualan susu sapi. Ketiga, masyarakat Indrokillo mempunyai penghasilan tetap mingguan melalui penjualan kompos. Keempat, masyarakat Indrokillo memiliki penghasilan bulanan melalui penjualan biogas. Kelima, masyarakat setempat memiliki penghasilan musiman sesuai dengan pemanfaatan lahan pertanian.

    Desa Lerep juga menyimpan esensi kebudayaan, yaitu cita rasa kesenian. Sebab Desa Lerep memiliki kawasan wisata berbasis seni, seperti; Pertama, Kampung Seni Lerep. Bangunan utama Kampung Seni Lerep berbentuk Limasan dengan dua tingkat. Selain itu bangunan ini juga dimanfaatkan sebagai museum untuk menyimpan barang yang mengandung unsur seni, seperti misalnya gelas, piring, dan guci. Di dalam Kampung Seni juga ada jembatan panjang yang di bawahnya merupakan konsep bangunan sebagai wadah theater.

    Kedua, Watu Gunung. Watu Gunung merupakan kawasan desa wisata yang mengandung nilai artistik. Watu Gunung merupakan tempat wisata yang memiliki beberapa bangunan yang memiliki arti seni dengan konsep danau buatan. Nuansa di Watu Gunung terasa sejuk dan nyaman karena dapat melihat Gunung Ungarang secara lebih jelas. Watu Gunung merupakan replika bangunan-bangunan tua yang berbentuk Joglo. Hal ini merupakan salah satu penanda bagi kita semua untuk melestarikan bentuk Rumah Joglo, mengingat sudah jarang sekali masyarakat di zaman sekarang yang mengembangkan Rumah Joglo dan justru lebih menyukai arsitektur yang berasal dari luar negeri.

    Menurut Beeton (2006) orientasi pembangunan kepariwisataan perlu menempatkan fakta keunikan nyata. Sehingga keunikan nyata yang ada di Desa Lerep mencerminkan adanya desa wisata yang mempunyai nilai jual dalam bidang industri kreatif. Hal ini disebabkan oleh adanya gabungan sistem agroforestry dan kesenian. Sehingga gabungan kedua wisata agroforestry dan kesenian yang terkemas dalam satu wilayah desa wisata dapat menjadikan dampak pembangunan bagi masyarakat lokal. Sehingga adanya ASEAN Economic Community 2015 tidak akan menjadikan momok bagi masyarakat pedesaan, tapi sebaliknya justru akan membuka peluang bagi wisatawan asing untuk menikmati desa wisata dengan sistem agroforestry dan kesenian. Selain itu ide ini juga akan melindungi masyarakat kecil agar tidak mengalami ketertinggalan jika dibandingkan dengan pembangunan di perkotaan yang akan diserbu oleh pasar ASEAN Economic Community 2015.

    Studi kasus Desa Lerep ini memberikan koreksi terhadap kita akan kurangnya optimalisasi manajemen ketenagakerjaannya. Sebab kurangnya marketing akan pengunjung dan wisatawan yang kurang kini membuat beberapa tempat wisata yang ada di Desa Lerep tidak berkembang dan justru mangkrak. Setidaknya dalam hal ini kita dapat menilai bahwa etos tenaga kerja masyarakat Indonesia masih kurang dan belum cukup serius untuk melakukan pembangunan yang lebih besar, terlebih untuk menghadapi ASEAN Economic Community 2015. Sehingga perlu adanya kesiapan mental masrakat Indonesia untuk menghadapi ASEAN Economic Community 2015 berupa etos kerja yang lebih tinggi. Justru banyak sekali masyarakat Indonesia dari golongan menengah ke atas justru gengsi untuk menjelajahi alam Indonesia dan justru lebih cenderung untuk menjadi wisatawan bagi negara lain. Padahal potensi yang tersimpan di Indonesia juga tidak kalah memukau. Sehingga perlu adanya manajemen pariwisata di tingkat lokal yang lebih menggali dan membumi lagi. Selain itu perlunya mengubah mental bahwa wisata bangsa Indonesia juga tak kalah dengan wisata luar negeri. Sehingga wisatawan dalam negeri pun juga mencintai wisatawan di dalam negeri.

    Bilik-bilik Negeri

    Malisa Ladini

    Negeriku bak primadona di tengah panas dunia yang menyayat setiap kata.

    Menyuguhkan cinta, tahta, juga harta.

    Bagai gadis jelita yang setiap orang bermimpi memiliki.

    Tanah yang penuh rezeki, segalanya pun terobati.

     

    Sang Saka Merah Putih berkibar erat di seluruh hamparan negeri.

    Supaya kami tersimbol oleh satu-kesatuan yang hakiki.

    Supaya perampok tak kuasa mencuri setiap jengkal kebahagiaan kami.

    Supaya kami memahami, bahwa terpecah-belah bukan hidup kami.

     

    Lembah dosa telah menghantui setiap insan.

    Setiap eksploitasi perut pertiwi telah membunuh penghidupan.

    Setiap jerat korupsi petinggi telah menoreh di bab sejarah bangsa kami.

    Supaya kami menyadari bahwa kami pernah miliki hari kebangkitan yang membumi.

     

    Kami ingin tanah surga ini menjadi kebanggaan bukan cacian.

    Bukan lagi perangai yang menceraikan kami akan sebuah perbedaan tata cara hidup kami.

    Supaya kejayaan Maja Pahit menjadi terulang kembali.

    Supaya negeri ini meraung-raung bagai Macan Asia yang meretas prestasi!

    Negeriku Sedang Merindu

    Malisa Ladini

    Seperti mata air yang terjun dari atas puncak menerjang arus.

    Negeriku menyiratkan air mata yang bercampur dengan angan.

    Angan yang melesat di bebatuan emas, perak, dan romansa hamba uang.

    Segalanya ada, tersuguhkan, membuat penghuni negeri ini terbelalak.

     

    Tak sebanding dengan para bualan janji yang terlontar dari para politisi.

    Mulutnya berbusa menguntai wacana dengan balutan retorika yang menyihir.

    Rakyat bersimpati pada sebuah kedok pemimpin negeri yang licik.

    Suara dibeli, apa lah arti demokrasi.

     

    Kisruh moral, budaya kleptokrasi terus menghantui diantara jajaran meja petinggi.

    Menyelipkan rupiah dibalik dasi yang kian rapih.

    Ada jeritan ribuan orang kecil yang hampir mati.

    Sedang para wakil melipat tangannya, dengan sorot mata congkak, berkata “Kami Pelayanan kalian”

     

    Saat nasionalisme sejati terganti dengan “nasionalisme uang”.

    Pun yang bernegara dengan banyak sadapan, lobi-lobi yang menjijikkan.

    Negeri ini sedang merindu, dimanakah negarawan sejati.

    Jika kesemuanya usang dicaci, pembenar tak jua lebih benar, penghakim tak jua lebih hakim.

    Perut sendiri kenyang, adalah sahwat yang tak bisa dibendung lagi.

    Dengan alasan mengemban amanah, serigala berbulu domba pun jadi.

    Sang Berkepentingan merajai, menjadi saksi kunci, kemana kah gelontoran rupiah di negeri ini.

    Bisakah kita protes, jika kalah posisi, tak ada yang lain, bentuk lah ahli waris negeri yang unggul dan tahan akan bius rayu suap.

    Seindah Tanah Pusaka

    Malisa Ladini

    Mewangi mawar semerbak untaian jambrud khatulistiwa, bangsaku menari-nari prestasinya.

    Merekah bagai melati suci yang melambaikan tangannya, ranum senyuman anak bangsa.

    Menerjang-nerjang lautan biru yang terhampas di dalam nada.

    Di sini lah kami ditempa, karya pun bercerita dengan lugasnya.

     

    Semangkuk darah yang bercampur keringat untuk pertumpahan mahkota negeriku.

    Di atas tahta, ada ribuan nyawa yang bergelayut suku bangsa, berwarna-warni ragam cirikhas daerah.

    Hempasan nafas yang berbau segar dengan tetesan embun kekayaan alam yang merintangi perjalanan bangsaku.

    Aku tak ingin chauvinisme, tapi aku begitu bangga dengan semuanya.

     

    Tersuguhkan, terindah di pelupuk mata.

    Jantungku berdetup kencang bersama aliran darah yang menjadi saksi akan tanah pusaka.

    Kau disanjung, tapi sering kau disandung duka, lalu lara, air matamu membanjiri jiwa.

    Berhentilah, akan kami genggam nasibmu, semoga indah pada waktunya.

     

    Supaya semuanya tahu, karya Tuhan begitu nyata dalam bangsaku.

    Seperti roh yang berbicara tentang keindahan alam negaraku.

    Disini aku menjerit, bahwa kau bangsa yang penuh kultur.

    Kami bersatu, dalam bias beda yang tak pernah ambigu.

    Pustaka Peradaban Cendekia

    Malisa Ladini

    Sekilas bait tentang cerita sebuah zaman, dari purbakala hingga segala kecanggihan.

    Mengukir syair akan kekalahan juga akan kemenangan sebuah bangsa yang besar.

    Melewati batas sendi negeri di dalam gedung-gedung sekolah yang menawan.

    Walau letih membakar jiwa yang dahaga akan sebuah kehidupan.

    Pemikir handal terlahir dari sebuah gedung pustaka yang menggema di dalam bait negeri.

    Segala lembar sejarah bangsa terarsip di dalamnya.

    Hiruk pikuk dunia yang menghantam noktah tubuh dan sanubari jiwa.

    Menyalakan api semangat untuk melindungi para pemuda.

    Perpustakaan Si Gedung Serba Guna.

    Menyediakan baca, mengajarkan tulis, menyimpan cerita bangsa-bangsa.

    Di sini lah para pahlawan tergambar dengan jelas.

    Di sini lah para pejuang menjadi pemuka yang mendunia.

    Pustaka ialah bukti peradaban cendekia yang nyata.

    Hadirnya menjadi warna akan kehebatan sebuah bangsa.

    Kebiasaan yang ada di dalamnya pun menjadi saksi hidup yang abadi.

    Pustaka, kau sungguh bernyawa.

    Air Mata Bumi

    Malisa Ladini

    Sungguh kami rindu, akan negeri yang besar bagai Majapahit.

    Melesungkan senyuman yang begitu merekah di setiap pejuang luhur.

    Menikmati lembaran negeri yang begitu menyenangkan.

    Hamparan jantung dunia yang perlu kita jaga.

     

    Sebab alam bangsa ini telah menjadi tanah hadiah dari Tuhan.

    Bangsa ini lama terjajah, mental jutaan nyawa bagi negeri ini sungguh terkoyak.

    Tapi semuanya akan baik saja, jika kita menjadi insan perawat bumi.

    Bagai aliran emas yang menyerupa hijau seperti gemilang prestasi.

     

    Bangsa kita penyedia nafas dunia.

    Tapi sayang kita tak menyadarinya.

    Serakah juga serapah di dalam tangan-tangan kita.

    Kita telah merusak apa yang menjadi bagian kita sendiri.

     

    Negeriku yang hijau telah memerah darah.

    Nyawa melayang akan tumpukan sampah yang menyandang pangkat.

    Negeri ini mungkin telah berserah.

    Air mata bumi pun mengucur deras dari perutnya.