Komentar Terbaru

    Kategori

    “BERKARYA ADALAH KUNCI”

    1. Pendidikan dan Pengajaran 2. Penelitian dan Pengembangan 3. Pengabdian Kepada Masyarakat.

    Ayo Menulis!

    Desember 2015
    S S R K J S M
     123456
    78910111213
    14151617181920
    21222324252627
    28293031  

    Artikel

    Memperkenalkan Desa Wisata Lerep

    Malisa Ladini

    Desa Lerep terletak di Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah. Desa Lerep merupakan suatu kawasan yang mengembangkan dewasa dengan sistem agroforestry, kebudayaan. Ada beberapa keunikan yang tersimpan di Desa Lerep. Adanya hamparan dataran tinggi berupa persawahan, perkebunan, dan kehutanan. Sebagai wilayah pelestarian hutan, persawahan, juga peternakan yang dikemas dalam satu wilayah penuh. Selain itu Desa Lerep juga menyimpan nilai kebudayaan dengan beberapa tempat yang artistik dan menyimpan nilai-nilai budaya asli.

    Sebagian besar wilayah Desa Lerep berupa perbukitan, dengan daerah perbukitan yang tertinggi yaitu Dusun Indrokillo. Pengembangan agroforestry Dusun Indrokillo diperluas dalam empat kelompok yaitu Magarsari (Kelompok Tani), Ngudi Makmur, Pemuda Tani, dan Pemuda (Ternak). Peningkatan program agrofeorestry ini didukung oleh pemerintah desa melalui Perdes Nomor 3 Tahun 2007 tentang Pembangunan Desa Lerep. Sebelum adanya program agroforestry ini, masyarakat di sekitar Dusun Indrokillo cenderung kurang sejahtera. Adanya kekosongan pangan ketika tidak musim panen, seringkali membuat masyarakat setempat melakukan penebangan pohon dan menjual kayu bakar sebagai penghasilan. Padahal penebangan pohon merupakan kegiatan pengrusakan ekologi hutan. Sehingga agroforestry merupakan solusi bagi Dusun Indrokillo. Keberhasilan dari adanya desa wisata berbasis agroforestry di Dusun Indrokillo Desa Lerep yaitu; pertama, menjadi salah satu pemasok susu sapi dan distributor yogurt ke Pabrik Cimory. Kedua, masyarakat lokal memiliki penghasilan harian dari penjualan susu sapi. Ketiga, masyarakat Indrokillo mempunyai penghasilan tetap mingguan melalui penjualan kompos. Keempat, masyarakat Indrokillo memiliki penghasilan bulanan melalui penjualan biogas. Kelima, masyarakat setempat memiliki penghasilan musiman sesuai dengan pemanfaatan lahan pertanian.

    Desa Lerep juga menyimpan esensi kebudayaan, yaitu cita rasa kesenian. Sebab Desa Lerep memiliki kawasan wisata berbasis seni, seperti; Pertama, Kampung Seni Lerep. Bangunan utama Kampung Seni Lerep berbentuk Limasan dengan dua tingkat. Selain itu bangunan ini juga dimanfaatkan sebagai museum untuk menyimpan barang yang mengandung unsur seni, seperti misalnya gelas, piring, dan guci. Di dalam Kampung Seni juga ada jembatan panjang yang di bawahnya merupakan konsep bangunan sebagai wadah theater.

    Kedua, Watu Gunung. Watu Gunung merupakan kawasan desa wisata yang mengandung nilai artistik. Watu Gunung merupakan tempat wisata yang memiliki beberapa bangunan yang memiliki arti seni dengan konsep danau buatan. Nuansa di Watu Gunung terasa sejuk dan nyaman karena dapat melihat Gunung Ungarang secara lebih jelas. Watu Gunung merupakan replika bangunan-bangunan tua yang berbentuk Joglo. Hal ini merupakan salah satu penanda bagi kita semua untuk melestarikan bentuk Rumah Joglo, mengingat sudah jarang sekali masyarakat di zaman sekarang yang mengembangkan Rumah Joglo dan justru lebih menyukai arsitektur yang berasal dari luar negeri.

    Menurut Beeton (2006) orientasi pembangunan kepariwisataan perlu menempatkan fakta keunikan nyata. Sehingga keunikan nyata yang ada di Desa Lerep mencerminkan adanya desa wisata yang mempunyai nilai jual dalam bidang industri kreatif. Hal ini disebabkan oleh adanya gabungan sistem agroforestry dan kesenian. Sehingga gabungan kedua wisata agroforestry dan kesenian yang terkemas dalam satu wilayah desa wisata dapat menjadikan dampak pembangunan bagi masyarakat lokal. Sehingga adanya ASEAN Economic Community 2015 tidak akan menjadikan momok bagi masyarakat pedesaan, tapi sebaliknya justru akan membuka peluang bagi wisatawan asing untuk menikmati desa wisata dengan sistem agroforestry dan kesenian. Selain itu ide ini juga akan melindungi masyarakat kecil agar tidak mengalami ketertinggalan jika dibandingkan dengan pembangunan di perkotaan yang akan diserbu oleh pasar ASEAN Economic Community 2015.

    Studi kasus Desa Lerep ini memberikan koreksi terhadap kita akan kurangnya optimalisasi manajemen ketenagakerjaannya. Sebab kurangnya marketing akan pengunjung dan wisatawan yang kurang kini membuat beberapa tempat wisata yang ada di Desa Lerep tidak berkembang dan justru mangkrak. Setidaknya dalam hal ini kita dapat menilai bahwa etos tenaga kerja masyarakat Indonesia masih kurang dan belum cukup serius untuk melakukan pembangunan yang lebih besar, terlebih untuk menghadapi ASEAN Economic Community 2015. Sehingga perlu adanya kesiapan mental masrakat Indonesia untuk menghadapi ASEAN Economic Community 2015 berupa etos kerja yang lebih tinggi. Justru banyak sekali masyarakat Indonesia dari golongan menengah ke atas justru gengsi untuk menjelajahi alam Indonesia dan justru lebih cenderung untuk menjadi wisatawan bagi negara lain. Padahal potensi yang tersimpan di Indonesia juga tidak kalah memukau. Sehingga perlu adanya manajemen pariwisata di tingkat lokal yang lebih menggali dan membumi lagi. Selain itu perlunya mengubah mental bahwa wisata bangsa Indonesia juga tak kalah dengan wisata luar negeri. Sehingga wisatawan dalam negeri pun juga mencintai wisatawan di dalam negeri.

    Leave a Reply

    You can use these HTML tags

    <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

      

      

      

    * Kode Akses Komentar:

    * Tuliskan kode akses komentar diatas: