Kampung Laut Cilacap

cerita harian penulis saat berada di kampung laut cilacap

Perjalanan menuju ke Kampung Laut tepatnya Desa Ujung Gagak di mulai dari pelabuhan Sleko atau dermaga menuju ke desa Ujung Gagak, perjalanan melewati segara anakan menggunakan kapal sedang atau masyarakat setempat menyebutnya compreng yang di tumpangi sekitar 30 orang lebih selama 3 jam. Selama perjalanan Ujung Gagak akan melewati pulau Nusakambangan dan melihat para nelayan yang sedang mencari ikan atau para pencari pasir dan menggunakan perahu kecil tau warga setempat menyebut jukung. Karena desa Ujung gagak merupakan desa yang paling ujung di kampung laut otomatis melewati ketiga desa di kampung laut yaitu klaces sebagai ibukotanya, panikel dan ujung alan, selain itu pastinya juga melewati kantor kecamataan kampung laut dan puskesmas kampung laut. Sesampainya di desa Ujung Gagak atau sore hari sesuai dengan rundown panitia menuju ke homestay masing-masing untuk berberes sejenak dan kembali ke aula yang tempatnya berada di samping kantor desa atau kelurahan untuk melakukan observasi sesuai jatah kelompok yang telah di tentukan. Kebetulan mendapat kelompok dengan tema foklore dan mitologi atau kelompok 2(dua) yang beranggotakan 8 orang dengan anggota satu orang laki-laki sebagai ketua kelompok, kemudian satu kelompok dalam observasi mitologi dan foklore di bagi menjadi dua untuk melakukan observasi dan wawancara . kemudian saya bersama ketiga anggota kelompok lain melakukan observasi dengan melihat situasi dan kondisi seputar desa terlebih dahulu kemudian di jalan bertemu dengan ketua Rw 01 di desa ujung gagak dan kemudian ikutserta ke rumah pak rw untuk wawancara mengenai mitos, tradisi dan budaya masyarakat desa ujung gagak, namun di sini pak rw hanya sedikit memberi info mengenai tema yang bersangkutan atau  bungkam. Sesuai perkiraan bahwa untuk mendapatkan info mengenai hal-hal mistis atau mitos yang masih di percayai dan ditaati oleh maysrakat itu sendiri sangat sulit karena sifatnya internal atau berangkali mereka menganggap hal tesebut todak perlu di ketahui oleh orang lain apalagi orang yang di anggap asing. Karena hanya mendapatkan sedikit info kita akhirnya melanjutkan perjalanan sembari melihat dan merasakan suasana sore di desa ujung gagak

Selanjutnya setelah berjalan tidak terlalu jauh dari kediaman pak rw kami melihat segerombolan orang lebih tepatnya keluarga sedang berkumpul dn bercengkerama di depn rumah dan menyapa dengan hangat sehingga kami memutuskan untuk menggali informasi seputar mitologi dan folklore. Mendapatkan informan yang tepat karena mau menguak informasi seputar mitologi dan folklore karena informan adalah masyarakat biasa yaitu  nelayan.  Dari hasil percakapan atau diskusi dengan segerombolan keluarga tersebut dapat di simpulkan bahwa masyarakat sana percaya bahwa pendatang baru atau orang asing contohnya seperti kita di larabg istirahat atau tidur siang sebelum bermalam di sana dan di larang bersandar di tiang penyangga rumah karena akan pinsan dan hanya bisa di sembuhkan oleh dukun atau orang pintar di sana bahkan bisa meninggal, selanjutnya mengenai tradisi sedekah bumi atau sedekah laut yang ada di desa ujung gagak yang kebetulan observasi atau penelitian di desa ujung gagak bertepatan pada saat sedekah laut. Mengenai pelaksanaan kegiatan tersebut harus bertepatn pada hari jum’at kliwon dan harus pada bulan suro tidak bisa di ganti dengan penanggalan lain yang bertepatan pada tanggal 7 oktober 2016. Untuk sesajen sendiri yang di larungkan ke laut dan yang di sebar di perempatan jalan(sedekah bumi) berbeda, seajen yang di darat hanya minuman dan makanan kecil yang di jadikan satu di tampah(lokal) dan satu buah kelapa hijau. Sementara untuk sesajen yang di larungkan adalah makan dan minuman kecil serta pakaian sepengadek(local) yitu dari ujung atas sampai ujung bawah untuk ibu ratu(local) atau kanjeng ratu roro kidul yang di beli baru tidak seperti di jogjakarta yaitu pakaian bekas raja atu ratu keratin dan emas-emasan seperti anting, gelang cincin dan semacamnya. Kemudian ada kepala kambing atau kepala kerbau, melihat praktis atau kesanggupan masyarakat. Kesemua sajen yang telah di sebutkan di jadikan satu di wadah yang di buat seperti gubuk kecil dan di beri penyangga untuk membongkok dan di beri daun kelapa sera bunga dan di talikan dalam salah satu penyangga ayam hidup. Sehabis kegiatan pelarungan di lautan bebas atau pelawangan akan di adakan pertunjukkan wayang kulit pada sore sampai malam hari, mengenai perempuan hamil di larang mengikuti maupun melihat prosesi pelarungan dan peunjukan wayang karena percaya anak yang di kandung akan hilang dan lebih baik berada di dalam rumah. Mengenai agama masyarakat adalah islam kejawen walaupun ada agama lainyya seperti Kristen. Informan mengatakan bahwa budaya atau system agama hampir seperti Yogyakarta berarti dapat di simpulkan bahwa kepercayaan masyarakat desa ujung gagak masih kental terhadap leluhur atau hal yang tidak kasat mata. Di sana juga ada pesta ghaib yang di lakukan oleh para dukun dan hal tersebut bersifat rahasia atau sebagai balasan terhadap roh gaib atas bantuan.

Sesudah melakukan wawancara dengan kedua informan kami memutuskan untuk mencukupi observasi dan kembali ke aula karena waktu sudah menunjukkan hamper magrib dan masih ada observasi lanjutan pada hari jumat. Setelah semua kumpul dan briefing bersama panotia keudian kembali ke homestay untuk ishoma karena setelah itu akan ada temu atau sarasehan dengan tokoh adat dan tokoh desa ujung gagak

Selanjutnya pada pukul 20.00 berkumpul di aula dan persiapan untuk sarasehan dengan tokoh adat desa ujung gagak. Kebetulan di aula sendiri ramai karena sedang melakukan persiapan pelarungan di lautan pada hari esiknya dan selesai melakukan penyebaran sesajen ddi perempatan jalan. Di buka dengan kepala desa yang meynabut hormat kedtangan dan tujuaan kkl serta sedikit menyinggung menegai asal usus desa ujung gagak serta kondisi geografis dan membahas mengenai pembangunan di desa ujung gagak terutama yang berhubungan dengan akses dan jalan di desa. Setelah sambutan dari kepala desa ada sambutan dari tokoh adat yang kebetulan juga pernah menjabat sebagai kepala desa ujung gagak dan di sisni tokh adat lenih banyak menjelaskan mengenai sejarah dan asal usul desa ujung gagak. Setelah sambutan kepala desa dan tokoh adat kemudian sesi Tanya jawab oleh mahasiswa dengan tokoh adat dan tokoh masyarakat. Setelah acara sarasehan atau ramah tamah dengah tokoh-tokoh di desa ujung gagak kemudian briefing panitia dn kembali ke homestay untuk istirahat dan mempersiapkan kegiatan pada esok hari.

pada hari selanjutnya di mulai dengana mandi dan sarapan kemudian pada jam 08.00 kembali ke aula untuk presentasi dengan dosen pembing terkait dengan kekurangan data lapangan atau hasil observasi pada hari kamis, bersama dengan kelompok 1 atau kelompok ekologi mempresentasikan kepada dosen pembimbing yaitu pak trisnu. Pak trisnu memberi masukan untuk mencari informasi lebih detail mengenai informasi yang sudah di dapatkan atau triangulasi data. Setelah satu jam bimbingan teoat pada jam Sembilan lebih akan di laksanakan kegiatan inti atau proses sedekah laut yang di tunggu-tunggu yaitu pelarungan yang di awali dengan doa kepada yang maha kuasa dan kepada penjaga alam, mengenai sesajen yang di larungkan sama seperti penjlasan informan dan yang di larungkan pada kalin ini adalah kepala kembing. Saat mengawal sesajen ke dermaga untuk di larungkan kami di jalan sembari mendekati tokoh adat untuk mendapatkan triangulasi data seputar sedekah laut dan mitologi lainnya pada masyarakat desa ujung gagak. Kami hanya mengawal sesajen sampai dermaga karena keterbatsan kapal dan situasi yang tidak memungkinkan jika semuanya ikut melarung jadi hanya ada beberapa orang dari kelomook etnografi dan kelompok mitologi. Sesajen kemudian di tumpangkan ke perahu compreng untuk di larungkan ke segara bebas atau pelawangan dan di bersamai oleh basarnas dan di kawal oleh para masyarakat yang ingin ikut melarung namun hanya menggunakan kapal kecil atau jukung. Setelah mengawal sesajen sampai dermaga kemudian kembali menuju ke homestay umtuk membereskan perlengkapan untuk kembali melanjutkan perjalanan ke purwokerto dan meninggalkan desa ujung gagak kampung laut.

sekian cerita harian penulis dari kampung laut cilacap

 

Tulisan ini dipublikasikan di Artikel Kuliah Sosant. Tandai permalink.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: