Materi Antropologi Kelas X BAB 1: Konsep dasar, peran fungsi, dan keterampilan Antropologi dalam mengkaji Kesamaan dan keberagaman budaya, agama, religi/kepercayaan, tradisi, dan bahasa


1

Pendahuluan

            Sejak lahir hingga meninggal dunia, manusia selalu hidup dalam dan berhubungan dengan masyarakat. Pandangan mengenai pentingnya kehdupan bersama sudah melekat di dalam diri manusia. Indonesia adalah saah satu negara yang memiliki kebudayaan yang sangat beragam dimana setiap daerah memiliki keunikan masing-masing yang tidak dimiliki oleh daerah lain. Antropologi dalam hal ini memiliki pokok kajian untuk meneliti dari setiap keunikan tersebut. Dari sejarah perkembangannya, Dalam buku “Sejarah Teori Antropologi I” (karya Koentjaraningrat, 1987) ilmu antropologi hadir pertama kalinya untuk mengkaji mengenai kehidupan sosial budaya suku bangsa-suku bangsa sederhana atau bersahaja yang jauh dari hiruk pikuk kehidupan kota yang modern di Eropa dan Amerika. Antroplogi  pada saat ini memiliki perkembangan yang sangat pesat dimana tidak semata-mata penelitian hanya dilakukan di dalam keunikan kesukubangsaan namun juga sudah meneliti mengenai permasalahan kebudayaan dalam perkotaan. Dengan demikian kajian ini akan dilakukan mengenai fungsi antropologi dalam mengkaji keberagaman di Indonesia secara mendalam.

Pembahasan

Persoalan studi antropologi muncul ketika kehidupan sosial budaya masyarakat masyarakat manusia semakin mengalami dinamika dan perubahan, baik di perkotaan maupun di pedesaan, sementara studi antropologi secara sadar atau tidak masih cenderung berfokus pada fenomena kehidupan sosial budaya masyarakat pedesaan dan komunitas-komunitas terasing yang berdasar pada kesukubangsaan (ethnicity) dengan sistem kekerabatan dan keagamaan, sebaliknya kurang mengkaji sosial budaya masyarakat perkotaan yang maju dan kompleks, kecuali pada kelompok-kelompok masyarakat minoritas dan marginal perkotaan. Hal ini tentu akan mempersempit pemahaman para antropolog ke depan dan membatasi peran mereka dalam memecahkan masalah kemasyarakatan dan lingkungan hidup manusia di perkotaan yang kompleks. Meskipun Koentjaraningrat (1987: 207) menyayangkan para peneliti dari Belanda dan negara lain yang menaruh perhatian terlampau besar terhadap struktur sosial dan organisasi social Indonesia Kuno, sebaliknya mengabaikan fenomena perubahan kebudayaan masa kini, namun kecenderungan tersebut masih tampak pada penelitian antropolog sosial budaya sejak beberapa dasawarsa terakhir.

Untuk mengantisipasi persoalan ini, maka diperlukan perluasan area studi kehidupan sosial budaya dari masyarakat pedesaan berbasis lokal-etnis. Sebab kalau tidak dilakukan demikian, maka peranan akademik/keilmuan dan praktis antropologi ke depan akan semakin tidak berarti.

Perluasan area studi dimaksudkan untuk mengkaji secara meluas dan intensif semua bidang kehidupan budaya di perkotaan pada satu sisi, dan tetap meneliti fenomena kehidupan sosial budaya masyarakat pedesaan yang masih hidup dan berfungsi vital dalam konteks tradisi dan dinamikanya pada sisi lainnya. Kajian kelembagaan lokal berbasis komunitas seperti antara lain: Nagari (Minangkabau), Dahila Natolu (Batak), Paguyuban (Jawa), Ponggawa-Sawi (Bugis, Makassar, Mandar), Lembang dan Tongkonan (Toraja), Sara (Buton), Saniri Negri, Pela, dan Kewang (Ambon), Ondoapi (Papua).

Kesimpulan

Dengan demikian maka pengkajian ilmu Antroplogi sudah sangat berkembang dalam peranya sebagai disiplin ilmu untuk mengulas keberagaman kebudayaan di Indonesia menjadi sangat kompleks dimana Antropologi tidak hanya mengkaji mengenai kesukubangsaan semata akan tetapi menjadi sangat penting ketika Ilmu Antropologi sudah bisa menjadi ilmu penting dalam hal memberikan kontribusi mengenai bagaimana dan apa yang harus dilakukan ketika berbicara mengenai keberagaman yang ada di Indonesia.

Literatur

Koentjaraningrat. 1980. Pengantar Ilmu Antropologi. Penerbit: Aksara Baru. Jakarta.

Zaidan. 2015. Materi Antropologi kelas X bab 1 :Fungsi antropologi dalam mengkaji keberagaman kebudayaan di Indonesia (https://blog.unnes.ac.id/zaidanfahmi/category/pendidikan-antropologi-sma/ Diakses 16 Desember 2015 pada 20:50)

 

  1. Belum dikomentari.
(tidak akan di tunjuk-tunjukan)


Lewat ke baris perkakas