Ada Apa dengan Memanjakan Anak?

November 28th, 2015 by sarasnoya45 Leave a reply »

Cara menghancurkan anak paling mudah adalah dengan memanjakannya , memudahkannya dalam semua hal,  dan menyediakan baginya semuanya. Mungkin orangtua berpikir “dulu aku boleh susah, anakku jangan sampai sama”. Jarang orangtua memahami, proses itu yang utama, bukan hasil. Padahal sebenarnya susah itu yang membentuk seseorang, yang membuatnya tahan terhadap kerasnya hidup ini.

Sementara kemudahan yang datang sebelum waktunya itu merusak. Apalagi kemudahan yang datang tanpa proses yang benar akan menjadi alasan, untuk tidak berjuang, untuk tidak berpayah dalam sesuatu. Dan itu dapat membuat anak-anak kita berubah, menjadi manusia yang tak kenal nikmat sejati yaitu bahagia yang didapat setelah bersusah payah, melebihi batas.

Orangtua juga sering lupa, bahwa kesulitanlah yang membentuk mereka bukan senantiasa dimanja, bukan dituruti segala maunya anak. Ajarkan anak-anak kita untuk terbiasa dengan kehidupan, bimbing mereka menjalani prosesnya bukan hasilnya. Karena tidak semua yang mereka inginkan bisa mereka dapatkan dan tidak semua kondisi ideal.

Mereka harus terbiasa dengan itu, agar mereka mampu berkarya dalam keterbatasan, bersabar saat penantian dan bersyukur saat memiliki. Dna yang paling penting adalah agar mereka memahami dunia ini bukan tujuan , tapi merekalah yang harus kendalikan dunia agar jadi bekal akhirat kelak nanti.

Memanjakan anak bukan termasuk mendidik anak, meskipun anak terlihat senang ketika kita manjakan tetapi hal tersebut merupakan racun yang kitatanamkan kepada anak dan akan terlihat ketika anak tersebut sudah dewasa. Ketika mereka harus sudah dapat hidup mandiri. Anak-anak yang waktu kecil dimanja akan bingung ketika sudah dewasa dan harus hidup mandiri. Mereka akan kaget betapa kerasnya hidup ini, betapa beratnya rasa beban hidup ini, dan betapa rumitnya lika-liku hidup ini yang rumitnya melebihi rumitnya perhitungan Integral maupun differensial.

 

“Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Bidikmisi Blog Award di Universitas Negeri Semarang. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan jiplakan.”

Advertisement

Leave a Reply

Skip to toolbar