Membangun Rumah Ilmu #1

Setiap manusia telah dibekali oleh Allah sejak lahir akal yang sempurna untuk menyerap dan menerima ilmu. Ilmu banyak dikembangkan kedalam berbagai bidang. Mulai dari ilmu agama, ilmu pengetahuan alam, sosial, masyarakat, dan masih banyak lainnya. Tak ada batasan dalam mencari ilmu, karena ilmu itu bagaikan semesta yang tak berujung, sampai semesta mengalami kehancuran dan memisahkan jiwa dan raga, ilmu tidak akan pernah habis untuk dipelajari oleh umat manusia.

  • Secara bahasa ilmu berasal dari kata arab yakni ‘alima yang bermakna mengetahui / perbuatan yang bertujuan untuk mengetahui segala sesuatu dengan sebenar-benarnya. Dan bisa juga berasal dari bahasa latin yaitu science  yang artinya pengetahuan, mengetahui atau memahami.
  • Secara istilah kata ilmu ialah segala bentuk pengetahuan tentang sesuatu yang datang dari Allah SWT, yang diturunkan kepada nabi dan rasul serta alam yang diciptakannya termasuk manusia dan seluruh ciptaanya yang ada di muka bumi. Atau pengetahuan yang sistematis dan bersifat ilmiah.
  • Secara umumilmu berarti kepandaian & pengetahuan berkenaan dengan bidang yang tersusun secara sistematis menurut kaidah dan metode yang bisa digunakan untuk menerangkan dan menjelaskan serta memahami hal yang terkait dengan bidang ilmu tersebut.

Dalam arti umum, rumah adalah bangunan yang dijadikan tempat tinggal selama jangka waktu tertentu. Dalam konteks ini akan dijelaskan definisi dari rumah ilmu, maka yang dimaksud dengan rumah ilmu adalah suatu bangunan sebagai tempat untuk menampung dan mengembangkan segala aspirasi, potensi diri, bakat dan minat dengan segala sarana dan prasarana yang juga memadai di Universitas Negeri Semarang yang berbasis konservasi. Adapun 7 pilar konservasi yang merupakan tujuan dari Universitasi Negeri Semarang dalam menciptakan masyarakat yang berkarakter dan berakhlak mulia serta menjaga dan melestarikan lingkungan : (1) konservasi keanekaragaman hayati, (2) arsitektur hijau dan sistem transportasi internal, (3) pengelolaan limbah, (4) kebijakan nirkertas, (5) energi bersih, (6) konservasi etika, seni, dan budaya, (7) serta kaderisasi konservasi.

Ada pepatah mengatakan bahwa “orang bodoh makanannya orang pintar”, tetapi orang pintar belum tentu jujur, maka dari itu kita harus menanamkan sikap sedini mungkin.

Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Bidikmisi Blog Award di Universitas Negeri Semarang. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan jiplakan.

Sumber : https://www.seputarpengetahuan.com/2015/05/15-pengertian-ilmu-menurut-para-ahli.html

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: