Saya dan teman-teman saya mengawali perjalanan observasi pada pukul 7.30 dari halte BRT UNNES depan bank BNI, tidak ada 10 menit kami menunggu BRT UNNES-UNDIP pun datang. Hanya dengan biaya Rp 3.500, kami dapat berjalan-jalan sampai ke PRPP dan Puri Maerakaca Semarang, sebenarnya tarif untuk naik BRT bagi pelajar atau mahasiswa hanya 1.000 namun berhubung kami observasi pada tanggal merah atau hari libur nasional sehingga kami dikenai tarif umum yaitu Rp 3.500.
Kami cukup senang naik BRT UNNES-UNDIP karena transportasi tersebut tergolong mewah dengan adanya AC. Ketika kami naik BRT UNNES-UNDIP penumpangnya lumayan sedikit hanya kelompok kami dan beberapa orang saja sehingga kami semua mendapatkan tempat duduk. Kami melewati rute BRT UNNES-UNDIP mulai dari halte BNI UNNES kemudian berhenti di halte SEKARAN RAYA untuk membeli tiket terlebih dahulu dan kemudian melanjutkan perjalanan lagi melewati Banaran, Sampangan, AKPELNI, UNIKA, stadion Jati Diri, AKPOL, Papandayan atau Kagok, kemudian transit ke halte BRT Elizabeth.
Setelah transit di BRT Elizabeth kami kemudian menunggu BRT Sesemut-Terboyo, kami menunggu cukup lama hingga akhirnya datang BRT Sesemut-Terboyo tersebut. Ketika naik BRT koridor II tersebut berdesak-desakan dan kami pun berdiri. Kemudian kami melewati Taman Gajah Mungkur, Ngaglik, RSUP Kariadi. Kemudian kami turun di halte BRT Kariadi dan setelah itu kami menyebrang jalan terlebih dahulu untuk menuju halte BRT dan menunggu lagi BRT yang menuju ke PRPP. Kami menunggu BRT yang ke arah PRPP sangat lama, setelah BRT yang bewarna biru arah PRPP datang kami pun langsung naik BRT tersebut, penumpangnya tidak terlalu banyak tidak seperti ketika naik BRT koridor II. Ketika menuju PRPP kami melewati Kaligarang, Sampookong, kemudian jalan Pamularsih, Bundaran Kalibanteng, Jalan Siliwangi, Puri Anjasmoro dan setelah itu baru sampai ke halte PRPP.
Kemudian dari halte PRPP kami jalan kaki menuju pintu masuk puri Maerakaca dan PRPP. Di pintu masuk kami langsung membeli tiket yang untuk satu orangnya dikenai biaya Rp. 8000 saja, selanjutnya kami berjalan cukup jauh untuk sampai ketempat tujuan kami ini. Sesampainya kami di tempat wisata, kami memutuskan untuk menyusuri PRPP terlebih dahulu. Di PRPP kami melihat beberapa wahana bermain hanya saja tempat-tempat dan berbagai wahana yang ada disana tidak terawat sama sekali, bahkan tempat yang agak lapang di dalam PRPP malah dialih fungsikan menjadi tempat parkir mobil. Lingkungan di PRPP memang begitu tenang hanya saja terkesan seperti tempat berhantu karena diberbagai sudut banyak sampah yang berserakan, rumput dan ilalang tumbuh subur mengitari PRPP yang luas tersebut. Disini kami hanya beberapa kali mengambil foto karena saat cuaca yang cerah jadi matahari semakin terik dan panas. Untuk pengunjung yang datang ke sana kami hanya melihat beberapa orang saja.
Setelah berkeliling di PRPP kami menuju ke Maerakaca, berbeda dengan PRPP pengunjung di Maerakaca cukup ramai. Maerakaca sendiri merupakan salah satu destinasi wisata yang berfungsi untuk menampilkan kebudayaan fisik (bangunan iconic) provinsi Jawa Tengah, seperti melihat taman mini di Jakarta hanya saja di maerakaca di khususkan untuk jawa tengah saja. Sebelum benar-benar masuk ke dalam Maerakaca ada beberapa petugas yang bertugas memeriksa tiket para pengunjung, dari sini kami memulai perjalanan kami mengelilingi Maerakaca.
Kesan pertama yang kami dapatkan cukup bagus karena tempatnya cukup terawat. Namun setelah kami menyusuri beberapa tempat, kami menemukan bahwa banyak dari miniatur atau maskot dari beberapa kabupaten/kota di Jawa Tengah yang tidak terawat bahkan tak jarang kami melihat beberapa dari mereka telah hancur dan tidak terjamah oleh pihak-pihak yang seharusnya mengurus tempat-tempat tersebut. Di Maerakaca selain terdapat miniatur Jawa Tengah juga terdapat wisata mangrove, di wisata mangrove terdapat jembatan untuk para pengunjung agar bisa berkeliling. Selain mangrove ada juga jembatan yang terbuat dari bambu yang dapat menjadi tempat foto di maerakaca.
-
Pos-pos Terbaru
- TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL
- HUBUNGAN PATRON-KLIEN DI KALANGAN PETANI DESA GEBUGAN KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG
- PERBEDAAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA SEKARANG DENGAN POLA ASUH ORANG TUA DAHULU
- HASIL PENELITIAN PEKERJA BURUH DI PT GOLDEN FLOWER UNGARAN DENGAN TEORI ALIENASI
- KETIDAKADILAN GENDER
Sosiologi SMA
Komentar Terbaru
- aknes novi febriana pada Perjalanan UNNES- Maerakaca dalam kajian Sosiologi Perkotaan
- firma aprianti pada Perjalanan UNNES- Maerakaca dalam kajian Sosiologi Perkotaan
- aknes novi febriana pada STRUGGLE OF LIFE (Cara Bertahan Hidup) Anak Jalanan Tugu Muda Semarang
- aknes novi febriana pada STRUGGLE OF LIFE (Cara Bertahan Hidup) Anak Jalanan Tugu Muda Semarang
- aknes novi febriana pada Perjalanan UNNES- Maerakaca dalam kajian Sosiologi Perkotaan
Blog Teman
Arsip
Kategori
- Antropologi SMA (24)
- Artikel Kuliah SosAnt (23)
- Sosiologi SMA (31)
- Uncategorized (3)
Spam Diblokir
Visitor
Meta
Hai aknes,
Postingan laporan perjalananmu cukup mengesankan, tetapi jika diberi foto akan lebih menarik lagi untuk meningkatkan mood pembaca ya,
Salam Sosantpedia!
Hai Aknes, tulisanmu ini sangat menarik dan rapi sekali. Tapi sekiranya bisa ditambahkan foto atau gambar yang mendukung laporan perjalananmu ini supaya lebih menarik para pembaca lagi. Semangat! Jangan bosan menulis dan berkarya yaa 🙂
:thumbup
Iya putri dan raras terimakasih atas masuknya ya. Makasih juga untuk mufita
hai aknes, tulisannya dilihat dari judul itu sangat menarik, namun ternyata ketika saya membaca tulisan kamu hanya menceritakan tentang perjalanan secara detail dan rinci itu sangat bagus, namun jika menurut judul kajian sosiologi perkotaan belum muncul atau menurut saya sebagai seorang pembaca dimanakah letak sosiologi perkotaannya , itu bisa dikaji lebih detail atau rinci lagi,semangat menulis lagi ya aknes 🙂
siap mbak terimakasih atas maskannya