hai teman-teman, kali ini saya akan memposting tugas kuliah saya yaitu tugas bahasa Indonesia semester 4 yang membahas tentang teater yang di perankan oleh mahasiswa UNNES.
Kamis malam, saya dan teman-teman dari rombel 68 sedang menyaksikan pertunjukan teater Gndrik yang berjudul tangis yang di adakan oleh fakultas bahasa dan seni. Saya dan teman-teman menonton acara tersebut pada jam 08:56 dan itupun sangat terlambat karena acaranya mulai pada pukul 07:00. Dan kami juga sangat ketinggalan ceritanya jadi saya akan menceritakan apa yang saya dengar dalam cerita yang ada di pertunjukan teater tersebut.
Dalam cerita yang saya dengarkan dan saya tontonkan itu bercerita tentang tangis. Tangis adalah pertunjukan yang sangat menghibur. Sebagai penonton saya sangat menghibur walaupun saya sedikit tidak mengerti bahasa Jawa tetapi itu juga cukup memuaskan bagi saya. Meskipun banyak cerita yang lucu, lakon ini sebenarnya bisa juga membuat kita berpikir dan merendung atas kondisi politik dalam negeri yang saat ini sedang panas, butet dan kawan-kawannya secara jenius mengkritik kisruh KPK-polri lewat kalimat-kalimat yang lucu atau guyonan yang orisinil.
Dahulu kala, perusahaan Batik Abiyono adalah perusahaan batik yang berjaya. Sampai pada suatu ketika, perusahaan batik Abiyono, yang juga sahabat pemilik perusahaan juragan Abiyono. Perusahaan pelan-pelan goyah dan cerita-cerita rahasia perusahaan atau rahasia juragan sendiri mulai terbongkar, seperti anak yang hasil dari hubungan gelap juragan bersama wanita lain yaitu anaknya yang bernama Prasojo laki-laki yang selalu di banggakan oleh juragan Abiyoso. Istrinya pun yang tidak terima dengan kenyataan itu dia langsung memarahi suaminya dan anak kandungnya sendiri yang bernama Pangajab. Pangajab itu sendiri anak sematang wayangnya juragan Abiyono bersama istri sahnya. Sifatnya berbeda sekali dengan Prasojo yang lemah lembut dan sangat bijaksana, sifatnya Pangajab sendiri sangat angkuh dan sangat bermalas-malasan dalam soal pekerjaan. Maka dari itu, dari ke serakahannya itulah ibunya sangat marah karena takut harta warisan akan jatuh ke tangan Prasojo. Di situlah Pangajab mulai melakukan tindakan-tindakan yang sangat kejam, dia membakar semua perusahaan batik milik ayahnya agar perusahaan tersebut tidak jatuh ke tangan siapapun. Nah, di situlah ayahnya mengetahui kejadian tersebut langsung jatuh pingsan dan langsung serangan jantung dan meninggal. Pangajab masuk penjara dan ibunya Pangajab jadi gila. Sementara Prasojo sendiri yang tak tahan dengan semua ini ia memutuskan untuk meninggalkan perusahaan tersebut.
Dua jam pertunjukan tak terasa acaranya sudah berakhir dengan kiah yang sangat menyedihkan ini, dan akhirnya kami bertiga memutuskan untuk pulang agar tidak kemalaman di perjalanan menuju ke kos masing-masing.