LAPORAN BACAAN HETEROGENITAS MASYARAKAT INDONESIA

Kali ini saya akan memposting aartikel tugas kuliah semester 3   pada mata kuliah  sosiologi masyarakat Indonesia mengenai heterogenitas masyarakat Indonesia

Yuk, langsung saja membaca dan memahami isi artkel dibawah ini

  1. Masyarakat Indonesia

Definisi masyarakat menurut para ahli sangat beragam. Daripada membuat definisi baru yang belum tentu lengkap sebagaimana sudah disusun oleh para pemikir atau pemerhati masyarakat, maka lebih baik mengidentifikasi unsur-unsur menonjol yang merupakan ciri-ciri dari masyarakat, yaitu sebagai berikut.

  1. Kelompok manusia yang disebut masyarakat memiliki suatu perasaan bersatu, bahkan sense of belonging yang relatif sama sampai tingkat kepentingan tertentu.
  2. Kelompok manusia tersebut hidup dan bekerja dalam suatu kerangka yang sama untuk waktu yang lama.
  3. Kelompok manusia tersebut menyelenggarakan hidupnya dalam suatu kerangka organisatoris yang tumbuh dari kebiasaan atau kesepakatan diam-diam.
  4. Kelompok manusia tersebut terdiri dari kelompok-kelompok yang lebih kecil baik kelompok dalam alur genealogis maupun dalam alur organisatoris (Kusumohamidjojo, 2000: 28)

Mengenai pengertian masyarakat Indonesia Kusumahamidjojo (2000: 30) mengemukakan empat komponen yang dapat dimasukkan dalam pengertian masyarakat Indonesia.

Pertama, kelompok masyarakat yang berproses dalam yuridiksi negara Republik Indonesia, namun juga yang mengakui kenyataan-kenyataan berikut sebagaimana ditulis pada nomer dua.

Kedua ,tidak semua suku yang menghuni desa-desa dikepulauan Indonesia, tetapi juga mereka yang tidak dapat digolongkan kepada salah satu suku (terutama karena semakin banyaknya perkawinan campuran antarsuku) dan yang terutama hidup dikota-kota.

Ketiga, disamping itu mereka yang menjadi penghuni diwilayah RI untuk jangka panjang dan menjalankan kehidupannya berdasarkan prinsip organisatoris di Indonesia, karena itu meliputi baik warga negara Indonesia maupun warga negar asing.

Keempat, warga negara Indonesia yang menjadi penghuni wilayah negara lain untuk jangka pendek.

  1. STRUKTUR MASYARAKAT INDONESIA

Menurut Nasikun (1993: 28), struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh dua cirinya yang bersifat unik, yaitu (1) secara horizontal ia ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan perbedaan-perbedaan kedaearahan, (2) secara vertikal, struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh adanya perbedaan-perbedaan vertikal antara lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup tajam.

Berghe (dalam Garna, 1996: 166) mengemukakan ciri-ciri masyarakat majemuk sebagai berikut:

  1. Ketiadaan konsesus nilai-nilai
  2. Beranekaragam kebudayaan
  3. Terjadi konflik diantara kelompok yang berlainan
  4. Otonomi atau kebebasan diantara bagian-bagian dalam system sosial
  5. Diperlukan paksaan dan saling ketergantungan dalam ekonomi sebagai dasar integrasi sosial
  6. Terjadi dominasi politik oleh golongan-golongan tertentu
  7. Relasi antar kelompok lebih merupakan secondary segmental dan utilitarian, sedangkan relasi dalam kelompoknya lebih merupakan

Meskipun konsep masyarakat majemuk disusun berdasarkan fakta-fakta sosial yang ada , para teoritisi fungsional memberikan kritik terhadap konsep masyarakat majemuk.

Pertama, teori tentang masyarakat mengabaikan persatuan dasar yang berbentuk dalam masyarakat.

Kedua, dilihat dari kaidah sosial teori masyarakat majemuk melakukan analisis sistem sosial kebudayaan yang dianggap membuat kekeliruan.

Ketiga, mengabaiakan kenyataan sosial karena teori masyarakat majemuk tidak memedulikan berbagai ikatan yang terbentuk di antara anggota masyarakat dari kelompok yang berlainan.

Keempat, apabila member perhatian kepada persatuan yang ada disetiap kelompok masyarakat, maka perhatian tersebut tidak melihat terjadinya perpecahan.

Kelima, masyarakat majemuk sebenarnya bukanlah suatu masyarakat yang unik karena bentuknya tidak berbeda dengan masyarakat yang memiliki stratifikasi sosial kompleks atau suatu masyarakat yang menghadapi masalah etnik dan minoritas.

  1. KEMAJEMUKAN ETNIK DI INDONESIA

Narrol (dalam Barth, 1998: 11) memandang kelompok etnik sebagai populasi yang: (1) secara biologis maupun berkembang biak dan bertahap, (2) mempunyai nilai-nilai budaya yang sama dan sadar akan rasa kebersamaan dalam suatu bentuk budaya, (3) membentuk jaringan dan interaksi sendiri (4) menentukkan ciri kelompoknya sendiri yang diterima oleh kelompok lain dan dapat dibedakan dari kelompok populasi lain.

Persoalan yang menyangkut hubungan antarsuku bangsa adalah       : (1) Suatu suku bangsa tertentu ingin memaksakan unsur-unsur kebudayaan khusus yang dianutnya kepada suku-suku bangsa lain baik secara nyata maupun tidak, (2) suatu suku bangsa teretntu mencoba memaksakan unsur-unsur agama yang dianutnya terhadap suku bangsa lainya yang berbeda agamanya, (3) suatu suku bangsa tertentu ingin atau encoba mendominasi suku bangsa lain secara politis, (4) suku bangsa tertentu bersaing keras untuk mendapatkan lapangan mata pencaharian yang sama dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar, (5) adanya potensi konflik yang terpendam (Mutaki, dkk., 2004:259).

Integrasi dapat terwujud apabila (1) anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil mengisi kebutuhan satusma lain, (2) tercapai semacam konsesus mengenai norma-norma dan nilai-nilai sosial, (3) norma-norma yang berlaku dimasyarakat bertahan lama (Mutaki, 2004:275).

Keberadaan kebudayaan nasional juga dapat menciptakan perasaan identitas nasional. Seperti dikemukakan Koentjaraningrat (1993:29) bahwa suatu negara besar yang multietnik memerlukan suatu kebudayaan nasional untuk mngintensifkan identitas nasional dan solidaritas nasional di antara warganya.

  1. Rangkuman

Heterogenitas bangsa Indonesia memang lah sudah tidak lagi menjadi hal yang baru di dalam topic perbincangan. Indonesia dengan kemajemukan budayanya menghasilkan perbedaan budaya nasional yang dimiliki. Walaupun dengan adanya perbedaan itu, nilai-nilai yang terkandung di dalam setiap kebudayaan tidak pernah luput.

Kemajemukan masyarakat Indonesia ada pada keragaman etnik di Indonesia. Loyalitas terbentuk dengan adanya loyalitas etnik dan loyalitas nasional. Kedua loyalitas dapat saling melengkapi. Dalam masyarakat dengan adanya multietnik sering mengakibatkan konflik, namun dalam hal pencegahannya dapat memperkuat pengembangan kebudayaan nasional yang sumbernya diambil dari budaya lokal dan peningkatan kesjahteraan bagi seluruh masyarakat Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: