Mahasiswa dan Aspirasi

Mahasiswa, satu kata yang dulu terdengar begitu terhormat dan terpandang, namun sekarang terdengar biasa saja. Apa alasanya ? mungkin sekarang sudah terlalu banyak mahasiswa yang bertebaran di berbagai universitas di Indonesia ? atau sebenarnya mahasiswa memang sudah tak se terhormat dan se terpandang dulu karena ulah beberapa oknum yang mencoreng citra mahasiswa ?

Terlepas dari pertanyaan tersebut, setelah saya masuk universitas dan menjadi mahasiswa, saya banyak sekali mendengar kata-kata bahwa Mahasiswa itu Agent of Change atau Agen Perubahan. Generasi yang harus bisa melakukan perubahan yang baik bagi negeri ini. Generasi yang harus kritis terhadap kebijakan-kebijakan penguasa. Generasi yang harus pro pada rakyat kecil dan segudang tugas mulia lain yang harus diemban.

Memang benar, sebagai seorang mahasiswa yang notabene nya sebagai pelajar dalam kasta tertinggi di negeri ini mahasiswa harus sadar akan tugasnya yang merupakan harapan bersama dari negeri ini. Tapi apakah mahasiswa sekarang sudah benar-benar sadar akan hal itu ? atau sebenarnya hanya aktif berkoar-koar di depan agar terlihat kritis dan nasionalis tanpa ada nasionalisme yang mendalam ?

Apalagi bagi MABA, saat pertama kali saya memasuki perkuliahan, seakan-akan kami benar-benar dicekoki paham bahwa kita sebagai mahasiswa harus melawan penguasa sekarang yang dianggap tidak kompeten dalam memimpin, membuat kebijakan yang tidak pro rakyat dan semakin menyengsarakan rakyat. Kita dituntut aktif untuk menyuarakan suara kita agar didengar oleh mereka yang duduk di kursi pejabat.

Memang benar jika pemerintahan di negeri ini sedemikian bobroknya. Namun, bukankah lebih baik jika mahasiswa justru lebih aktif dalam membuat gagasan-gagasan pembangunan, menunjukkan bakti pengabdian pada masyarakat, melakukan penelitian-penelitian untuk meningkatkan teknologi nasional serta berupaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia negeri ini, dari pada hanya sekedar aktif bersuara di depan gedung yang tak bergeming atau di jalan-jalan yang justru membuat kemacetan dan merugikan pengguna jalan lain.

Tidak salah jika mahasiswa mengajukan aspirasinya di muka umum dengan cara berdemo, namun kesan demo di mata masyarakat dan pemerintah sudah terlanjur menjadi negative akibat ulah beberapa oknum yang tidak bertanggung jawab. dahulu, demo digunakan para mahasiswa benar-benar untuk mengajukan aspirasi yang membangun, berdasar, membela rakyat dan memang tepat sasaran. Namun lihatlah sekarang, ketika ada demo pengajuan aspirasi lebih identik dengan adanya tindakan anarkis, tawuran atau bentrok dengan aparat keamanan atau bahkan pengrusakan beberapa fasilitas.

Hal ini justru akan menimbulkan persepsi negative dari masyarakat yang sebenarnya sedang diatasnamakan. Dan pemerintah pun nantinya akan menganggap sebelah mata dengan menganggap para pendemo hanya mampu bertindak anarkis tanpa tahu apa-apa. Karena sekarang demo dilakukan seakan-akan hanya untuk “kedok” menunjukkan keaktifan namun belum dibarengi dengan pengetahuan dan nasionalisme yang cukup.

Sehingga demo-demo tersebut hanya akan dianggap angin musiman yang akan cepat berlalu setelah adanya suatu kebijakan tanpa perlu diperdulikan. Jika sudah seperti itu, lalu manfaat apa yang didapat ?

Maka dari itu alangkah lebih baiknya jika pengajuan aspirasi dapat dilakukan dengan cara yang tertib dan memang benar-benar dilakukan untuk mengajukan aspirasi membela rakyat dengan dibarengi pengetahuan yang berdasar dan nasionalisme. tidak hanya asal protes agar telihat aktif.

Keterbukaan pemerintah juga sangat dibutuhkan agar pendemo bisa mengajukan aspirasinya dengan tertib dan tidak akan bertindak anarkis agar aspirasinya bisa didengar. Karena sebagian besar alasan dilakukannya tindakan anarkis adalah tertutupnya pemerintah terhadap aspirasi. Jadi, peran serta kedua belah pihak sangat dibutuhkan, agar pengajuan aspirasi dengan cara demo bisa kembali ke hakikat awalnya sebagai bentuk permintaan rakyat dan bentuk saling mengingatkan antara rakyat dan pemerintah.

 

Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Bidikmisi Blog Award di Universitas Negeri Semarang. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan jiplakan.

Published by

Anggita Oktaviana

saya Anggita Oktaviana (7211415075) dari Akuntansi D 2015 salam kenal

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: