Parikanku

November 19th, 2015

Dawet ayu dicampur es

Diombe Galuh karo Lusi

Aja ngaku bocah Unnes

Yen ora weruh makna konservasi

 

 

Pager omah saka wesi

Wesi dilas ing tukang patri

Kanca-kanca kader konservasi

Budhayane ayo diuri-uri

 

 

Wit ringin dudu wit asem

Wite gedhe ing pinggir kali

Yen pingin donya adem

Wit-witane aja ditebangi

 

“Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Bidikmisi Blog Award di Universitas Negeri Semarang. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan jiplakan.”

NILAI apa ILMU

November 19th, 2015

Sejauh ini ku pergi

tapi ku tak tahu

apa yang sebenarnya aku cari…

Bisikan dari hati terdengar,

Bukan itu yang kau cari

Bukan itu yang harus kau kejar

Apa petualanganmu sejauh ini

hanya untuk sebuah angka sempurna?

apa hanya untuk itu saja?

 

Rasanya aku ingin berteriak

Bukan…

Bukan itu yang ingin kucari

Bukan itu yang ingin kukejar

Tapi aku tidak bisa

Karena ada janji

yang harus ku tepati

Karena ada sumpah

yang harus ku pertanggunggung 

jawabkan

 

Janji dan sumpah yang berbunyi

Kau harus melampaui angka ini

agar kau masih bisa disini

 

Dan aku juga sadar bahwa mereka

yang punya harapan disana

menantikan anaknya pulang

membawa angka sempurna

 

Tapi aku akan berusaha

Bukan hanya nilai

dalam bentuk angka

Tapi kan ku kejar pula

ilmu-ilmu yang nyata

 

“Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Bidikmisi Blog Award di Universitas Negeri Semarang. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan jiplakan.”

Al ‘Ilmu Fiish Shuduur Laa Fiis Sutuur

November 19th, 2015

Al ‘Ilmu Fiish Shuduur… Laa Fiis Sutuur…

Apakah kamu tipe orang yang suka mencatat penjelasan guru, ustadz, atau dosen tapi ketika mengerjakan soal masih membolak-balik catatan (atau bisa saya sebut kopian buku manual pakai pulpen) sampai bentuknya tidak karuan?Mungkin banyak dari kalian yang menjawab ya (sama seperti saya, he he).

Jika saya melihat bahkan mengalami keadaan tersebut, saya teringat kata-kata ustadz madrasah saya. Saat itu ustadz saya (namanya Pak Amin Syafawi) sedang menjelaskan bab pembagian kalimah dalam bahasa arab. Ketika di tengah-tengah proses menjelaskan materi, Pak Amin memberikan satu soal kepada kami, para muridnya. Tapi diantara kami tidak ada yang tahu jawabannya. Karena itu hampir seluruh murid mencari jawaban di dalam kitab maupun buku catatan masing-masing. Melihat tingkah laku kami, sebuah kalimat berbahasa arab di lontarkan Pak Amin. Beliau berucap, “Al ‘ilmu fiish shuduur laa fiis sutuur, ilmu itu dalam dada bukan dalam tulisan”. Kemudian kami terdiam.

Nah, dari pengalaman saya tersebut, ada satu hal yang bisa kita pelajari. Hal tersebut adalah bahwa untuk menjadikan hal-hal yang kita pelajari menjadi ilmu bagi kita, maka kita tidak cukup menulisnya dalam kertas atau buku. Tapi kita perlu memahaminya hingga ilmu itu bisa menyatu dalam jiwa kita.

Saya punya tips untuk kalian yang ingin mudah memahami pelajaran yang kita dapat di kelas.

  1. Perhatikan dengan seksama ketika guru, ustadz, atau dosen kalian saat menjelaskan materi, jangan asik mencatat!
  2. Catat hal-hal yang belum kalian pahami, kemudian tanyakan pada guru, ustadz atau dosen kalian.
  3. Setelah sampai rumah, cobalah ingat kembali materi yang kalian dapatkan, kalian bisa mencatatnya. Ini dapat membantu meningkatkan daya ingat kalian terhadap materi tersebut.
  4. Mencoba mengerjakan soal sebisa kalian tanpa melihat catatan. Kemudian koreksi jawaban kalian dengan membuka catatan. Jika jawaban kalian belum memuaskan, artinya kalian belum menguasai materi yang kalian dapatkan di kelas (atau kata Pak Amin, ilmu kalian belum fiish shudurik).

Semoga bermanfaat…

“Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Bidikmisi Blog Award di Universitas Negeri Semarang. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan jiplakan.”

Rumah Ilmu? Sekolah? Kampus? Perpustakaan?

November 18th, 2015

Apa itu rumah ilmu?

Rumah adalah bangunan untuk tempat tinggal (Kamus Bahasa Indonesia, 1997). Jadi rumah ilmu adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat sumber-sumber  didapatkannya ilmu. Tapi untuk saat ini pengertian tersebut kurang tepat. Karena untuk memperoleh ilmu kita tidak harus pergi ke suatu tempat/ bangunan yang meberikan fasilitas untuk memperoleh ilmu pengetahuan (sekolah, kampus, perpustakaan, dsb). Hanya membaca buku di teras rumah pun kita bisa memperoleh ilmu. Apalagi di jaman modern seperti ini. Hanya dengan “ketik” kemudian “enter” kita sudah bisa menemukan hal yang ingin kita ketahui. Di taman, kita belajar dengan teman bagaimana cara menanam bunga yang benar, bagaimana cara merawat tanaman jenis ini dangan baik, semuanya adalah proses mendapatkan ilmu.

Jadi dapat dikatakan bahwa rumah ilmu itu tidak selalu mengacu pada sekolah, kampus atau perpustakaan saja, melainkan semua tempat tergantung bagaimana kita memanfaatkan tempat tersebut. Maka, marilah kita ciptakan rumah-rumah ilmu dimanapun kita berada.

“Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Bidikmisi Blog Award di Universitas Negeri Semarang. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan jiplakan.”

Pentingnya Ilmu #1

November 18th, 2015

Ilmu adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan kita. Dalam sebuah Hadits dikatakan bahwa apabila kita ingin sukses di dunia, maka kita harus  memiliki ilmu, apabila kita ingin sukses di akhirat, maka kita harus memiliki ilmu, dan apabila kita ingin sukse dua-duanya (dunia dan akhirat), kita pun wajib berilmu.

Oleh sebab itu, agar bisa melakukan suatu hal kita perlu atau malah wajib untuk menguasai ilmunya dahulu. Sejalan dengan hal tersebut, untuk menjadikan universitas kita menjadi universitas konservasi yang bereputasi, kita semua sebagai warganya harus tahu ilmunya. Nah, marilah kita mendirikan rumah-rumah ilmu untuk mewujudkan Unnes yang baru.

“Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Bidikmisi Blog Award di Universitas Negeri Semarang. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan jiplakan.”

Skip to toolbar