Optimasi sistem distribusi adalah pengoperasian jaringan distribusi yang paling menguntungkan dengan memaksimalkan perangkat–perangkat jaringan namun tetap berada pada sistem yang di tetapkan, yaitu :
- Daya terpasang tidak berlebihan.
- Beban tidak terlalu kecil.
- Rugi tegangan dan daya dalam batas-batas normal.
- Keandalan sistem distribusi menjadi prioritas.
- Keamanan terhadap lingkungannya terjaga.
- Secara ekonomis menguntungkan.
- Susut umur peralatan sesuai rencana.
Peralatan jaringan yang dapat dioptimasi antara lain :
- Kawat penghantar
Optimasi pembebanan pada kawat penghantar adalah memaksimalkan batasan besar arus yang dilalukan melewati penghantar sesuai dengan KHA dan kondisi sekitarnya, sebab apabila berlebihan akan dapat mengakibatkan :
- Pelunakan pada titik tumpu penghantar.
- Pelunakkan pada titik tumpu ikatan penghantar.
- Berkurangnya jarak aman / andongan.
- Kerusakan pada isolasi.
- Trafo Distribusi
Transformator adalah suatu alat listrik yang digunakan untuk mentransformasikan daya atau energi listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya, melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi-elektromagnet.
Trafo yang umum digunakan untuk sistem distribusi yaitu trafo 1 phasa dan trafo 3 phasa. Sedangkan berdasar sistem pengamannya, trafo distribusi dibagi menjadi dua macam, yaitu trafo CSP dan trafo non CSP.
Trafo distribusi non CSP memiliki sistem pengamanan , diantaranya :
- Pengaman TM terdiri dari :
- Pemisah lebur : 20 kV, disesuaikan dengan kapasitas trafo yang dipergunakan.
- Arester 18 kV, 5 kA
- Pembumian, dengan menunjuk SPLN yang ada untuk menetapkan nilai pembumiannya.
2. Pengaman TR terdiri dari :
- Kotak dengan pengaman lebur, untuk trafo dengan kapasitas lebih dari atau sama dengan 50 kVA.
Sedangkan untuk trafo CSP (completely self protection), memiliki sistem pengaman berupa pemutus tenaga pada sisi sekunder, dan pengaman lebur serta arrester pada sisi primer. Ketiga pengaman tersebut merupakan suatu kesatuan trafo CSP.
Pembebanan trafo bisa dilakukan melebihi daya pengenalnya pada suhu sekitar trafo tersebut pada nilai tertentu tetapi harus dibatasi oleh lamanya pembebanan lebih, agar susut umur trafo sesuai dengan yang direncanakan. Susut trafo sangat dipengaruhi oleh suhu titik panas pada lilitan.
Trafo dengan susut umur sama dengan 1,0 berarti trafo tersebut akan mempunyai susut umur normal, dan itu terjadi bila suatu suhu titik panas pada lilitan mencapai 98 °C. Suhu tersebut tercapai untuk trafo yang bekerja pada daya pengenal dengan suhu sekitar 20°C. Pada umumnya suhu sekitar di indonesia terutama di kota-kota besar suhu sekitar rata-rata tahunan sekitar 25,5°C. dan mengingat sifat beban di indonesia, maka dimungkinkan trafo dapat dipakai sampai batas waktu yang direncanakan pabriknya.
Salam Elektro
Sumber : https://elektro-unimal.blogspot.co.id/2013/06/optimasi-sistem-distribusi.html