Budaya, Perwujudan, Unsur, Isi atau Substansi Budaya, dan Nilai Budaya (Materi Antropologi Kelas X SMA Semester Gasal)

Desember 10th, 2015 by apriyani Leave a reply »

a. Budaya
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh, budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas.
Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur meliputi banyak kegiatan sosial manusia
Secara bahasa, dalam sanskerta, budaya merupakan turunan dari kata budayah atau budhi yang berarti akal. Selain itu, dalam bahasa Inggris adalah culture. Dan dalam bahasa latin adalah colera yang berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan tanah. Jika dipisahkan, maka budaya berasal dari kata Budi dan Daya, yang berarti hasil dari cinta, karsa, dan rasa yang dimiliki oleh manusia.
b. Wujud kebudayaan
Talcott Parsons dan Kroeber pernah menganjurkan untuk membedakan amtara wujud kebudayaan sebagai suatu sistem dari gagasan-gagasan serta konsep konsep dan wujudnya sebagai rangkaian tindakan serta aktivitas manusia yang berpola.
Kebudayaan dibedakan sesuai dengan empa wujudnya yang secara simbolis digambarkan sebagai empat ingkaran konsentris.
lingkaran yang paling luar melambangkan kebudayaan sebagai :
1. Artifack atau benda-benda fisik
Contoh dari wujud konkret kebudayaan ini adalah bangunan-bangunan megah seperti Candi dan benda-benda bergerak. Semua benda hasil karya manusia tersebut bersifat konkret dan dapat diraba serta difoto. Sebutan khusus kebudayaan dalam wujud konkret disebut dengan “kebudayaan fisik”.
2. Lingkaran berikutnya melambangkan kebudayaan sebagai :
Kebudayaan sebagai sistem tingkah laku dan tindakan ang berpola
Lingkaran 2 menggambarkan wujud tingkah laku manusianya seperti menari, berbicara, bertingkah laku dan sebagainya. Kebudayaan ini bersifat konkret dan dapat didokumentasikan dan difilmkan. Karena itu pola tingkah laku manusia disebut sebagai “sistem sosial”.

3. Kebudayaan sebagai sistem gagasan
Lingkaran 3 mengambarkan wujud dari gagasan kebudayaan dan setiap individu memilikinya. Kebudayaan ini bersifat abstrak dan hanya dapat diketahui dan dipahami.
Kebudayaan dalam wujud sistem gagasan bepola dan berdasarkan sistem-sistem tertentu juga disebut sebagai “sistem budaya”.
4. Lingkaran 4 melambangkan kebudayaan sebagai sistem gagasan yang ideologis.
Gagasan-gagasan yang telah dipelajari masyarakat sejak usia dini akan sangat sukar diubah. Istilah untuk menyebut unsur-unsur kebudayaan yang merupakan pusat dari semua unsur yang lain adalah “nilai-nilai budaya”, yang menentukan sifat dari corak pikiran, cara berfikir, serta tingkah laku manusia pada suatu kebudayaan.

c. Isi/subtansi budaya :
Substansi atau Isi Budaya
• Sistem Pengetahuan, diperoleh melalui pengalaman dalam kehidupan sosial, pendidikan, dan melalui petunjuk yang bersifat simbolis yang sering disebut komunikasi simbolis. Melalui sistem pengetahuan, manusia mampu beradaptasi untuk menyesuaikan hidupnya dengan alam sekitarnya. Melalui sistem pengetahuan juga manusia mampu meningkatkan produktivitas kebutuhan hidupnya.
• Nilai: sesuatu yang baik yang selalu diinginkan dan dianggap penting oleh seluruh manusia sebagai anggota masyarakat. Menurut Koentjaraningrat, sistem nilai budaya terdiri atas konsep-konsep yang hidup dalam pikiran sebagian besar warga masyarakat. Oleh karena itu, suatu sistem nilai budaya biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia. Prof. Dr. Notonagoro membagi nilai menjadi tiga bagian yaitu:
– Nilai material, yaitu segala sesuatu (materi) yang berguna bagi manusia.
– Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan dan aktivitas
– Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang bisa berguna bagi rohani manusia.

• Pandangan hidup : pedoman bagi suatu bangsa atau masyarakat dalam menjawab atau mengatasi berbagai masalah yang dihadapinya, didalamnya terkandung konsep nilai kehidupan yang dicita-citakan oleh masyarakat.
• Kepercayaan
Ada kalanya pengetahuan, pemahaman, dan daya tahan fisik manusia dalam menguasai dalam menguasai dan mengungkap rahasia-rahasia alam sangat terbatas. Secara bersamaan, muncul keyakinan akan adanya penguasa tertinggi dari sistem jagad raya ini, yang juga mengendalikan manusia sebagai salah satu bagian jagad raya. Sehubungan dengan itu, baik secara individual maupun hidup bermasyarakat, manusia tidak dapat dilepaskan dari religi atau sistem kepercayaan kepada penguasa alam semesta.
Agama dan sistem kepercayaan lainnya seringkali terintegrasi dengan kebudayaan.
• Persepsi: suatu titik tolak pemikiran yang tersusun dari seperangkat kata-kata yang digunakan untuk memahami kejadian atau gejala dalam kehidupan.
• Etos kebudayaan
Menurut Koentjaraningrat, etos adalah watak khas dari suatu kebudayaan yang tampak (dari luar). Contoh etos antara lain, gaya tingkah laku, kegemaran, atau benda-benda hasil budaya yang khas. Menurut Clifford Geertz, etos budaya adalah sifat, watak, dan kualitas kehidupan sekelompok masyarakat atau bangsa. Termasuk ke dalam cakupan etos adalah moral, sikap perilaku, dan gaya estetika atau kepekaan seseorang terhadap seni dan keindahan.

d. unsur-unsur budaya
Unsur-unsur kebudayaan universal. Dalam menganalisa suatu kebudayaan seorang ahli antropologi membagi seluruh kebudayaan yang terintegrasi dalam unsur-unsur kebudayaan universal.
Terdapat tujuh unsur kebudayaan secara universal yaitu :
1. Bahasa
2. Sistem pengetahuan
3. Organisasi sosial
4. Sistem peralatan hidup dan teknologi.
5. Sistem mata pencaharian hidup.
6. Sistem religi.
7. Kesenian.
Untuk menentukan bagian-bagian dari suatu kebudayaan, seorang ahli antropologi biasanya mulai dengan pendekatan holistik, yaitu mengamati kebudayaan yang bersangkutan secara menyeluruh. Baru kemudian ditentukan bagian-bagian dari kebudayaan tersebut.

Referensi :

  1. Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta
  2. Konetjaraningrat.2005. Pengantar ANtropologi I. Jakarta : Rineka Cipta
  3. Koentjaraningrat . 2005. Pengantar ANtropologi II. Jakarta: Rineka Cipta
Advertisement

Tinggalkan Balasan