2.1 Keanekaragaman Makhluk Manusia dan Kebudayaan
Terdapat tiga dasar pandangan dikalangan orang Eropa, yaitu : berpendapat bahwa pada dasarnya makhluk manusia memang diciptakan beranekaragam, berpendapat bahwa sebenarnya makhluk manusia hanya pernah diciptakan sekali saja, dan perpendapat bahwa semua makhluk manusia merupakan keturunan Nabi Adam.
Menurut L’Esprit des Lois bahwa keanekaragaman masyarakat lebih disebabkan dari sejarah mereka masing – masing dank arena pengaruh lingkungan alam dan strukturnya internnya. Suatu perubahan kebudayaan dapat berasal dari para pendukungnya dan dimungkinkan berasal dari luar lingkungan pendukung kebudayaan tersebut.
Perubahan kebudayaan dapat berasal dari para pendukungnya dan dimungkinkan pula berasal dari luar lingkungan pendukung kebudayaan tersebut. Manusia dan kebudayaan merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan. Pendukung kebudayaan adalah makhluk manusia itu sendiri. Walaupun manusia mati, tetap kebudayaan masih ada karena diwariskan oleh keturunannya.
2.2 Konsep Kebudayaan
Pembatasan konsep kebudayaan menekankan pada aspek belajar. Dalam Antropologi budaya ruang lingkup kajian kebudayaan mencakup variasi objek yang sangat luas, antara lain dongeng – dongeng, ragam bahasa, ragam kerangang, hukum, upacara minta hujan, dll. Konsep kebudayaan berkembang dikalangan ahli antropologi, telah berkembang pula ke berbagai bidang pemikiran. Budaya sebagai sistem pemikiran mencakup sistem gagasan, konsep – konsep aturan – aturan serta pemaknaan yang mendasari dan diwujudkan dalam kehidupan yang dimilikinya melalui proses belajar. C. Geertz berpendapat bahwa kebudayaan adalah sistem pemaknaan yang dimiliki bersama dan kebudayaan merupakan hasil dan proses sosial dan bukan proses perorangan. Sistem permaknaan mempunyai dua sisi yaitu kognitif dan evaluative. Aspek kognitif didapatkan dari sistem kepercayaan atau pengetahuan yang memungkinkan para penganutnya kebudayaan dapat melihat dunia, sedangkan evaluative akan memperoleh suatu pengetahuan dan kepercayaan tertentu yang ditransformasikan manjadi nilai – nilai yang pada gilirannya akan mengkristal menjadi sistem nilai. Sistem nilai yang menentukan sikap yang akan diambil dan diputuskan.
2.3 Ekologi dan Homeostatis
Kebudayaan sebagai sistem budaya merupakan seperangkat gagasan yang membentuk tingkah laku seseorang atau kelompok dalam suatu sistem. Manusia sampai pada suatu tingkat kebudayaan tertinggi sehingga berbagai bentuk proses adaptasi mereka semakin sempurna. Adaptasi manusia melalui organisme dan lingkungan fisik berbagai organisme yang hidup didalamnya. Analisis ekologis berupaya menentukan hubungan – hubungan yang lazim antara fisiologi ekstern yaitu antara makhluk manusia sesuai dengan hakekat dirinya dan intensitas proses sosial budaya. Pendekatan ekologi berupaya menemukan spesifikasi lebih tepat mengenai hubungan antara kegiatan manusia dan proses alam tertentu dalam suatu kerangka analisis ekosistem. Ekosistem terdiri dari komunitas biota dari organisma – organisma yang saling berhubungan yang ruang lingkup dan ketahannya saling beranekaragam. Ekologi menurut C. Geertz adalah kajian yang bersifat ekonomik tentang rumah tangga, mengenai organisme hewani, termasuk hubungan hewan dengan lingkungan lainnya. Terpelihara keseimbangan sistem atau homeostatis yang merupakan kekuatan pengatur sekawanan biri – biri dipadang rumput yang memakan rumput dengan gigi – giginya.
2.4 Ekologi Budaya
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari saling keterkaitan antara organisme dengan lingkungannya termasuk lingkngan fisik dan berbagai bentuk hidup organisme dengan lingkungannya. Menurut Julian H. Steward, cultural ecology adalah ilmu yang mempelajari bagaimana manusia sebagai makhluk hidup menyesuaikan dirinya dengan suatu lingkungan geografi tertentu. Steward juga berpendapat bahwa hubungan antara kebudayaan dengan alam sekitarnya dapat dijelaskan melalui aspek – aspek tertentu dalam suatu kebudayaan. Steward juga mengusulkan konsep tipe kebudayaan atau culture type yaitu yang didasarkan jenis teknologi tertentu dan mengkaitkan dengan sifat – sifat suatu lingkungan dan jenis teknologi yang dipergunakannya. Pada intinya kebudayaan dalam konteks ekologi budaya, seperti halnya ekologi pada umumnya merupakan bidang penelitian yang ada batas – batasnya dan bukan merupakan ilmu yang komprehensif.
2.5 Determinisme Lingkungan dan Posibilisme
Ekologi sebagai ilmu yang mempelajari hubungan fungsional antara organisme dengan lingkungan hidupnya.sudut pandang ekologi merupakan upaya untuk mendapatkan suatu kerangka analisis, terutama dalam konteks kajian mengenai saling pengaruh mempengaruhi antara manusia dengan seluruh isi alam didalamnya. Kaum possibilism berpendapat bahwa hakikatnya perilaku dalam suatu kebudayaan dipilih secara selektif, atau jika tidak, secara tak terduga merupakan hasil adaptasi dengan lingkungannya. Kaum possibils berpendapat bahwa suatu lingkungan tertentu tidak dapat dipandang sebagai sebab utama yang menyebabkan perbedaan suatu kebudayaan. Pemikiran geographical determinism berkembang pada abad XIX di Jerman mulai dari pemikiran Friederich Ratzel yang mencoba secara sistematik mengkaji berbagai tulisan etnografi dan kemudian dikaitkan dengan aspek geografi.
Tulisannya bagus kak, cuma kurang daftar pustaka aja kayaknya hehe.. Semangat nulis.. 😀
oke kak,terimaksih buat kritikan dan sarannya 🙂
judulnya belum bisa menunjukkan isi artikelnya kak
Iya kak 🙂 makasih buat kritikannya
gambarnya bagus 😀
Lanjutkan kk up up
jika ada daftar pustakanya lebih baik di berikan, terimakasih
gjob
good
makasih 🙂