Generasi Muda Generasi Harapan

Generasi Muda Generasi Harapan

Mendidik anak ibarat menanam pohon. Pada saat menanam, petani belum tahu hasilnya nanti. Petani hanya membayangkan bahwa pohon itu akan tumbuh dan berkembang menjadi seperti yang diharapakannya. Karena ada harapan itulah, dengan semangat dia merawat pohon walau susah payah bertahun-tahun lamanya. Yakni panen yang membahagiakan.
Demikianlah orang tua. Bersusah payah mendidik anak karena berharap suatu saat anaknya akan membahagiakannya. Persis seperti harapan seorang petani. Meski dalam bentuk yang berbeda. Untuk itulah, orang tua sanggup berkorban harta, tenaga, pikiran, waktu bahkan nyawa sekalipun. Itu berlangsung bertahun-tahun bahkan puluhan tahun. Sabar dan tabah.
Panen seperti apa yang diharapkan orang tua? Paling tidak ada dua. Yakni yang pertama dan utama, agar anak-anak bisa hidup bahagia dan mandiri, baik secara finansial maupun non finansial. Tak mungkin mereka bisa berguna bagi orang lain jika untuk dirinya saja tidak berguna. Dengan kemampuannya, mereka bisa bekerja, berumah tangga. Mereka bisa mengurus dengan baik semua itu. Hidup normal sebagaimana pada umumnya.
Berikutnya, jika mereka diberi kemampuan oleh Allah SWT, bisa membantu kehidupan orang tua pada saatnya. Juga saudara-saudaranya. Baik ahli waris maupun kaum kerabat. Bahkan lebih luas, bisa membantu setiap orang yang membutuhkannya baik diminta ataupun tidak. Lebih utama lagi, jika ada amanah untuk menjadi pemimpin umat mereka dapat bertugas dengan baik. Bisa membahagiakan semua orang.
Lebih dari semua itu adalah mereka menjadikan Islam sebagai jalan hidup. Anak-anak dalam setiap proses tumbuhnya selalu bergerak bersama Islam. Islam menjadi rel langkah-langkahnya. Islam menjadi tuntunan dalam setiap keputusannya. Islam menjadi pemimpinnya baik dalam berpikir maupun berbuat. Merekan akan berilmu dengan Islam. Mereka bekerja dengan Islam. Mereka berumah tangga dengan Islam. Mereka berhubungan baik terhadap orang tua, ahli waris, kaum kerabat, tetangga, setiap orang yang membutuhkan dengan Islam. Bahkan jika mereka menjadi pemimpin umat mereka akan memimpin dengan Islam. Bukan yang lain.
Sungguh membahagiakan bukan? Ya, benar-benar menjadi kebanggaan dunia akhirat. Inilah anak yang menjadi harta paling berharga bagi orang tua. Yang membuat kedua bibir orang tuanya senantiasa tersenyum gembira sejak kanak-kanaknya. Membahagiakan pada setiap proses tumbuh kembangnya. Memuliakan ketika orang tua sudah uzur. Dan senantiasa mendoakan ketika orang tua tiada. Yang mengalir pahalanya dari setiap kebaikan untuk kedua orang tuanya.
Inilah hasil usaha orang tua yang paling berharga. Anak yang sholeh. Benar. Selama hidupnya seorang manusia selalu berusaha. Hartanya adalah hasil usahanya. Ilmunya juga hasil usahanya. Termasuk anak-anaknya adalah hasil usahanya.
Namun, harta akan hilang, bahkan dibagi setelah kematiannya. Ilmunya bisa terus mengalir pahalanya jika bermanfaat terus setelah kematiannya. Anak sholeh akan terus berbuat kebaikan baik untuk dirinya maupun orang tuanya. Dari setiap kebaikan yang dia kerjakan karena didikan orang tuanya maka orang tuanya terus mendapatkan pahalanya.
Nabi SAW bersabda, “Sebaik-baik yang dimakan oleh seseorang adalah hasil kerjanya sendiri,dan anak adalah hasil kerjanya” (Hadits riwayat Abu Dawud, Tirmidzi, Nasai dan Ibnu Majah)
Itulah panen yang baik. Panen yang diharap-harapkan setiap orang tua. Namun tidak jarang orang tua gagal panen. Ketika anak yang dicintainya menjadi petaka. Jangankan berguna untuk orang lain. Bahkan untuk dirinya sendiri pun tidak. Mereka menjadi nestapa sejak masa pertumbuhannya. Menjadi trouble maker setiap langkahnya. Menjadi anak nakal. Susah taat pada Allah SWT. Susah sholat. Susah ngaji. Susah dinasehati. Sekolah tidak beres. Terlibat narkoba. Dengan lima M, mencuri, mabok, madat, main judi dan melakukan zina. Naudzubillah tsumma naudzubillah.
Ini benar-benar gagal panen. Anak-anak seperti ini jauh dari Islam. Mereka berjalan di atas rel maksiat. Bukan rel Islam. Bukan jalan hidup orang Islam. Bukan jalan hidup orang beriman. Bukan jalan hidup orang sholeh. Mereka berpikir dan berbuat bukan dengan Islam. Tapi hawa nafsu. Tujuan hidup mereka bukan ridho Allah SWT. Hanya bersenang-senang hidup di dunia saja.
Jika mereka bekerja, yang penting dapat uang banyak. Jika menikah yang penting senang. Jika memiliki anak tidak diarahkan kepada Allah. Jika pun mereka mau mengurus orang tua ketika uzurnya yang penting sebatas uang. Maka panti jompo menjadi pilihan. Jika menolong orang pun bukan karena Allah. Jika menjadi pemimpin tidak memimpin dengan Islam. Mereka akan menjadi penguasa zalim. Penguasa yang menyengsarakan rakyatnya dunia akhirat. Mengatur manusia dengan hukum jahiliyah. Korupsi, curang, culas, dusta, khianat, ingkar janji menjadi tabiatnya. Mereka menggiring rakyatnya menuju neraka jahanam.
Inilah gagal total namanya. Jika semua itu terjadi karena salah didik orang tua maka fatal akibatnya. Setiap anak berbuat dosa karena ajaran orang tuanya maka mengalir dosa-dosa kepadanya meski setelah kematiannya. Benar-benar kerugian yang tiada bandingnya. Apakah fakta ini ada? Apa benar terjadi? Lihatlah apa yang terjadi hari ini.
Kenyataan saat ini menjadi saksi dan bukti betapa para orang tua gagal panen. Bukan hanya satu atau dua yang gagal. Tapi ini sudah massal. Ya Ghafur ampuni kami. Ya Rahman kasihi kami. Ya Rahim sayangi kami. Ya Nashir tolonglah kami. Ya Salam selamatkanlah kami.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: