Sunan Pakubuwono X Pemilik Mobil Pertama di Indonesia

Sunan Pakubuwono X Pemilik Mobil Pertama di Indonesia

Benz Phaeton yg dibeli oleh Sunan Pakubuwono X dari Surakarta pada tahun 1894

MOBIL PERTAMA DI HINDIA BELANDA

Mobil yg pertama kali dibeli oleh penduduk Hindia Belanda adalah sebuah Benz Phaeton yg dibeli oleh Sunan Pakubuwono X dari Surakarta pada tahun 1894! Kendaraan bermotor beroda empat berbahan bakar bensin yg saat ini kita kenal baru diproduksi massal oleh Carl Benz pada tahun 1886. Jadi 8 tahun sesudah produksi pertama, Sunan PB X sudah sanggup beli langsung diimpor dari Jerman! Bahkan di Belanda sekalipun, mobil baru ada tahun 1896!!! Padahal jarak dari pabrik Benz di Stuttgart ke Den Haag tempat dimana warga Belanda pembeli mobil pertama itu tidak lebih jauh daripada Jakarta – Solo!

Bayangkan saja seberapa kayanya Sunan PB X tsb. Harga mobil tsb pada saat itu adalah 10.000 gulden, yg dipesan melalui Prottle & Co, toko yang menjual barang – barang impor yang berlokasi di passer besar (Pasar besar) di Soerabaja!

Mobil Benz Phaeton milik Pakubuwono ini berkapasitas penumpang delapan orang. Rodanya masih menggunakan bahan kayu dengan tambahan ban mati, yaitu ban yang tidak menggunakan udara atau angin di dalam ruangan ban tersebut. Spesifikasi mobil ini masih sangat sederhana yaitu hanya menggunakan mesin 1 slilider, dengan kekuatan 5 hp, dan kapasitas tangki 2,0 liter.

Konon, Sunan Pakubuwono X membeli mobil tersebut demi gengsi menyaingi orang-orang Belanda dan Eropah lainnya, dimana Gubernur Jenderal Hindia Belanda saat itu pun masih berkendaraan kereta kuda! Sayang disayang, artefak sejarah itu sekarang berada di sebuah museum milik pribadi di Negeri Belanda! Rupanya pada tahun 1924, mobil tersebut dikapalkan ke Rotterdam, Belanda dari pelabuhan Semarang, Jawa Tengah. Lho kok malah dikirim balik ke Eropa?

Rupanya mobil tersebut dipinjam oleh pemerintah kerajaan Belanda dari Sunan Pakubuwono X untuk dipamerkan dalam pameran mobil AutoRAI pada tahun 1924!

Lha kok masih ketinggalan di sana??? Nah itu yg wallahu alam deh jawabannya. Menurut Roy Suryo yang mengaku pernah melihat sendiri mobil tersebut di Belanda, “Namun setelah pameran karena Belanda kalah perang dari Jepang dan kemudian Indonesia Merdeka maka mobil tersebut seakan “terlupakan”. Padahal jeda waktu antara 1924 sampai pecah perang dunia kedua di Asia Pasifik (1942) saja sudah 18 tahun. Masak pameran mobil aja 18 tahun lamanya sih??? Masak ga sempat dikembalikan sih???

Orang ke-2 yg memiliki mobil di Hindia Belanda a/ Prof Dr W Schrüffner di Medan pada tahun 1902, yang kemudian menjadi Kepala Deli Automobile Club. Mobil Benz itu bermesin 2-silinder, berpendingin air, bertenaga 5 hp. Lampu depannya menggunakan sepasang lentera.

Orient Blackboard 1904 milik Bupati Brebes RM Arjo Tjondro

Jejak PB X diikuti oleh Bupati Brebes, Raden Mas Arjo Tjondro yg membeli sebuah Orient Backboard buatan 1904. Mobil satu silinder dengan kekuatan delapan tenaga kuda ini dilengkapi persneling maju mundur. Penggerak roda digerakkan melalui rantai.Berikutnya, alah seorang keluarga raja lain di Solo, Kanjeng Raden Sosrodiningrat membeli sebuah mobil merk Daimler. Mobil merk ini memang tergolong mobil mahal dan hanya dimiliki oleh orang-orang berkedudukan tinggi. Mobil ini bekerja dengan empat silinder sama dengan kendaraan yang dipakai oleh Gubernur Jenderal di Batavia. Malahan ada kabar burung, bahwa dibelinya mobil Daimler tersebut oleh keluarga PB X Surakarta, disebabkan karena PB X tidak mau kalah gengsi dengan Gubernur Jenderal.

Sebelumnya, ketika Gubernur masih menggunakan mobil merk Fiat atau sebuah kereta yang ditarik dengan 40 ekor kuda, tidak seorang pun berani menyainginya. Tetapi tiba-tiba saja PB X Solo memesan mobil dari pabrik dan merk yang sama, Kanjeng Raden Sosrodiningrat memesan mobil Daimlernya lewat Prottel & Co.

Terakhir, Sultan Ternate yg membeli King Dick pada tahun 1913. Keinginannya untuk memiliki dan mengendarai sendiri ‘kereta setan’, setelah merasakan nikmatnya duduk di kendaraan merk King Dick yang dibawa oleh seorang Belanda dalam perjalanan keliling Maluku.

Sultan begitu terkesan dan langsung memesan sebuah mobil yang disesuaikan dengan kondisi daerahnya, tidak seperti King Dick yang beroda tiga, tetapi Sultan Ternate menginginkan kendaraan roda empat yang bisa dibawa kemana saja bila ia inginkan.

SEJARAH INDUSTRI MOBIL DI INDONESIA

ERA HINDIA BELANDA (1894 – 1939)

Hingga tahun 1939, menurut catatan De Ingeniur, seperti yang dikutip Rudolf Mrazek (2006), di Hindia Belanda ada 51.615 mobil. Tentu saja sebagian besar kendaraan roda empat di tanah jajahan itu dimiliki toewan-toewan kulit putih; dan masyarakat bumiputera lebih cenderung berada di belakang kemudi alias jadi sopir saja.

Seperti di tulisan sebelumnya, disebutkan bahwa Sunan PB X memesan mobilnya melalui J. Prottle & Co, toko yang menjual barang – barang impor yang berlokasi di passer besar (Pasar besar) di Soerabaja! Boleh dibilang toko inilah perintis industri mobil di Indonesia. Besarnya minat orang2 kaya membeli mobil, menggugah minat para pengusaha kuat untuk menjadi importir mobil. Maka bermunculanlah perusahan2 baru yang menawarkan jasa pengurusan pengiriman mobil dari Eropa maupun Amerika. Sampai tahun 1941, beberapa pengusaha importir mobil antara lain:

  • R.S Stockvis & Zonnen Ltd, yang tidak saja mengurus pesanan mobil-mobil Eropa maupun Amerika tetapi juga menyediakan suku-suku cadang lain yang diperlukan untuk mobil dan motor.
  • Verwey & Lugard dan Velodrome yang berkantor pusat di Surabaya.
  • O’Herne yang juga memiliki mobil Peugeot juga akhirnya berminat menjadi perantara importir mobil seperti merk yang dimilikinya.
  • H.Jonkhoff yang berangkat dari pengusaha Piano kemudian menanamkan modalnya untuk bertindak sebagai agen impor mobil dari Amerika seperti merk Ford, Studebaker dan mobil-mobil keluaran Jerman, Darraq, Benz, Brasier, Berliet dan lainnya.
  • Selain itu ada beberapa perusahaan yg mendatangkan mobil-mobil Italia dan Perancis, terutama mobil merk Fiat yang mungil bentuknya namun bertenaga besar. Cabang para importir mobil tersebut bukan hanya di Batavia dan Surabaya, tetapi ada juga di Semarang, Bandung, Medan dan kota lainnya.
Pabrik GM di Tanjung Priok 1937

Pada 1927, perusahaan AS General Motors (GM) mendapat ijin perdana dari pemerintah kolonial untuk mendirikan NV General Motors Java Handel Maatschappij (NVGMJHM) yg menjual mobil2 produksinya di Hindia Belanda. Dan pada tahun 1938, GM mendirikan pabrik perakitan truk dan bus di dekat Pelabuhan Tanjung Priok, Batavia. Inilah pabrik perakitan mobil yang pertama di Indonesia.Menjelang Perang Dunia 2, KNIL memesan kendaraan truk, peralatan bengkel, mesin mesin berat, dan suku cadang kepada NVGMJHM, yang kemudian dikirim ke sebuah gudang di dekat Solo. Menjelang kedatangan Jepang di pulau Jawa pada 9 Maret 1942, sebagian besar mesin dan suku cadang tersebut dihancurkan oleh pihak militer Belanda. Sampai pecah PD 2, pabrik NVGMJM tersebut merakit 47 ribu mobil, sebagian besar bus2 Chevrolet dan truk GM. Selanjutnya kegiatan operasional NV GMJHM dibekukan pada 24 Maret 1942. Para staf dan karyawan yang berkebangsaan Amerika, Inggris dan Belanda segera ditangkap dan pabrik tersebut dikuasai oleh tentara Jepang. Melihat hal ini, GM Corp. menarik seluruh investasinya dari NVGMJHM pada 31 Desember 1942.

ERA ORDE LAMA (1949 – 1966)

Gallery Dealer PT. Udatin (mobil Holden)

Pasca Perang Dunia II, GM Overseas Operation cabang Jakarta dibentuk untuk menjaga kelangsungan operasional GM di Netherlands East Indies. Nama tersebut kemudian berubah menjadi Djakarta Branch dan ditugaskan untuk mengoperasikan pabrik perakitan setelah perang. Sementara kegiatan NV GMJHM hanya dibatasi untuk melindungi seluruh aset GM sebelum perang.Upaya pengembangan sektor industri menjadi bagian penting dari nasionalisme ekonomi Indonesia sejak usainya perang kemerdekaan pada tahun 1949. Salah satu proyek pertama yang dilaksanakan di republik yang baru merdeka ini ialah pembangunan pabrik perakitan kendaraan niaga, NV Indonesia Service Company (ISC). Impor mobil utuh (istilah sekarang CBU-Completely Build Up) pun masih berlangsung, terlebih saat menjelang Konferensi Asia Afrika 1955 di Bandung, saat Pemerintah mendatangkan mobil2 seperti Plymouth Belvedere, Opel Kapitan, dan Opel Kadett untuk mendukung pelaksanaan konferensi tersebut. Akibatnya pada dekade 1950an, jalanan di Indonesia lebih didominasi mobil2 buatan Amerika dan Eropah.

Namun seiring dengan kebijakan nasionalisasi perusahaan2 asing pada paruh kedua dekade 1950an, membuat industri mobil pun terkena dampaknya. Pada tahun 1954, GM resmi menghentikan operasi pabriknya, pada RUPS 14 April 1956, diputuskan untuk melikuidasi NV GMJHM dan Djakarta Branch, dan belakangan assetnya dibeli oleh Bank Industri Negara dan diberi nama Gaya Motor NV. Selama 7 tahun beroperasi (1946-1953), GM mampu menghasilkan dan memasarkan 5.306 kendaraan pribadi, 14.050 kendaraan komersial/kendaraan umum, 3.811 rangka kendaraan komersial/kendaraan umum dan 1.794 kendaraan yang telah diperbaiki, 102 unit perabotan rumah tangga, serta 202 mesin diesel dan mesin-mesin kapal.

Tahun 1961, 100 unit Toyota Land Cruiser beratap kanvas (terpal), yg belakangan populer dengan sebutan jip Toyota kanvas, dibeli oleh Departemen Transmigrasi, Koperasi, dan Pembangunan Masyarakat Desa untuk kebutuhan proyek2 transmigrasi di seluruh penjuru tanah air. Jip Toyota Kanvas ini sempat menjadi kendaraan dinas kebanggaan Mayjen Soeharto pada 1961-1965. Selain itu, di jalanan Jakarta bermunculan bemo alias Daihatsu Midget, yg didatangkan dari Jepang sebagai pampasan perang dalam rangka persiapan Asian Games IV 1962 di Jakarta. Kedua kendaraan inilah cikal bakal merajalelanya mobil2 buatan Jepang di tanah air.

Kemudian disusul oleh jip Nissan Patrol. Kedua mobil itu digunakan di kalangan militer, polisi, pertambangan, dan perkebunan pada saat-saat kejatuhan Orde Lama. Pada awal kehadirannya, jip-jip buatan Jepang itu harus bersaing dengan GAZ (Russia), Land Rover (Inggris), dan jip-jip buatan AS, seperti Willys, Ford, Internasional, dan Cherokee yang sudah ada lebih dahulu. Belakangan juga muncul jip Mitsubishi, yang sosoknya mirip dengan jip Willys.

ERA ORDE BARU (1969 – 1998)

Toyota Kijang generasi pertama 1975

Era ini ditandai dengan membanjirnya mobil2 buatan Jepang, menggusur dominasi mobil2 AS dan Eropah. Pada tahun 1969, Menteri Perindustrian dan Menteri Perdagangan mengeluarkan surat keputusan bersama untuk mengatur impor kendaraan bermotor, baik dalam kondisi Completely Built Up (CBU) dan Completely Knocked Down (CKD) serta pendirian pabrik perakitan dan agen tunggal di dalam negeri. Pabrik perakitan dan industri pendukungnya seperti industri yang memproduksi ban, cat dan aki mulai bertumbuh. Perusahaan lokal mampu mendesain jigs dan fixtures dan melaksanakan beberapa proses seperti mencat, melas, trimming, dan metal finishing. Pengusaha2 yg selamat dari sapuan revolusi 1966 mulai bangkit dan mendirikan perusahaan impor mobil dari Jepang, seperti Toyota, Daihatsu, Mitsubishi, Nissan (awalnya populer dgn merk Datsun), Honda, Subaru, Isuzu, dan Suzuki.

  1. TOYOTA: awalnya muncul dengan jenis jip Land Cruiser, disusul beberapa jenis sedan yang muncul dengan nama Toyopet, antara lain Toyopet Crown. Namun, karena nama tersebut kurang diterima di Amerika Serikat sebab dianggap sebagai singkatan dari toy (mainan) dan pet (binatang peliharaan), nama Toyota kembali digunakan. Pada tahun 1975, Toyota memamerkan prototipe Toyota Kijang Pickup (bak terbuka) di arena Jakarta Fair (sekarang Pekan Raya Jakarta/PRJ). Dan pada tahun 1977, varian mobil berpenumpang banyak (cikal bakal MPV/Multi Passanger Van) ini diluncurkan resmi dan bertahan hingga 27 tahun!
  2. NISSAN: pertama kali masuk ke Indonesia dengan jip Nissan Patrol kemudian mengganti namanya dengan Datsun. Pada tahun 1990-an, Datsun kembali menggunakan namaNissan.
  3. MITSUBISHI, Pada tahun 1971 PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors menjadi perusahaan pertama yg mendapatkan lisensi sebagai ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merk) dengan omset penjualan 50.000 unit per tahun. Menyusul jip Mitsubishi, masuk pula sedannya, Colt Galant AII, truk Fuso T620, Shovel Y-90, dan mini traktor CT83.
  4. DAIHATSU: masuk pada akhir tahun 1960-an dengan kendaraan beroda tiga, yang di Indonesia dikenal dengan nama Bemo. Kemudian diikuti dengan mobil mungil (Fellow Max), minibus mungil (S38), hatchback (Charade), sedan mungil (Classy).
  5. HONDA: mulai memasukkan mobil mungilnya yaitu Honda Mini pada tahun 1970. Kemudian disusul dengan Honda Life, Honda 1300 Coupe 9, dan truk mini TN-360M.
  6. SUZUKI, muncul dengan mobil mungil Fronte LC10 dan truk mungil L40/41.
  7. SUBARU, masuk dengan mobil mungil, Rex. Kemudian diikuti oleh sedannya.

[Sementara the end dulu yak… capek euy… lagipula kisah-kisah berikutnya sudah tidak terlalu menarik lagi buat saya, karena sudah penuh dgn intrik politik a la ORBA, termasuk soal Kebijakan Mobil Nasional (MOBNAS) yang ternyata justifikasi impor utuh CBU mobil-mobil buatan Korea, seperti Hyundai dan KIA]

Disarikan dari berbagai sumber: Solopos, Otodetik, Kompas.com dan buku “Sejarah Mobil, Kisah Kehadiran Mobil di Negeri Ini” oleh James Luhulima (Penerbit Buku Kompas)

Sumber: https://www.kompasiana.com/ciput.putrawidjaja/sunan-pakubuwono-x-pemilik-mobil-pertama-di-indonesia_56248c81d47a61580506ad8a

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: