Materi Antropologi SMA Kelas XI: Persamaan Dan Perbedaan Budaya, Bahasa, Dialek, Tradisi Lisan Yang Ada Di Masyarakat Setempat
Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan yang penting dalam sebuah kebudayaan. Melalui bahasa seseorang dapat berkomunikasi dan menyampaikan apa yang ia ingin katakan. Bahasa juga dapat menjadi identitas atau ciri khas suatu masyarakat dengan kebudayaannya yang tentunya di antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya berbeda. Aspek bahasa perlu dipahami lebih mendalam apabila kita ingin memahami suatu masyarakat beserta kebudayannya.
Bahasa merupakan sebuah alat yang dapat digunakan pada berbagai kesempatan dan kebutuhan. Melalui bahasa pula manusia mampu menyampaikan segala hal yang dimaksudkan kepada pihak lain. Namun demikian, konteks bahasa pula bermain di dalamnya. Demikian pula halnya dengan bahasa yang tidak hanya memiliki satu makna. Fungsi bahasa secara umum, yaitu untuk berkomunikasi. Kita berkomunikasi dengan orang lain menggunakan bahasa. Menurut Prof. Dr. Samsuri (1980), bahasa tidak dapat terpisahkan dari manusia dan mengikuti di dalam setiap pekerjaannya. Mulai bangun pagi-pagi sampai larut malam sebelum tidur manusia tidak lepas memakai bahasa. . Dialek adalah variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif yang berada pada satu tempat, wilayah atau area tertentu. Di Indonesia terdapat ratusan bahasa daerah dan ratusan dialek yang digunakan dalam masyarakat. Dalam penggunaan bahasa dan dialek, kita harus bisa menempatkan di mana kita sedang berada dan kepada siapa kita berkomunikasi.
Hubungan Bahasa dan Dialek
Bahasa yang digunakan dalam kehidupan manusia mengandung beragam dialek. Dialek tersebut memiliki variasi yang beragam. Variasi tersebut di antaranya ada yang berkaitan dengan aktivitas. M. Ramlan dan kawan-kawan membagi ragam bahasa Indonesia menjadi sebagai berikut. Pertama, ragam berdasarkan tempat misalnya dialek Jakarta, dialek Menado, dialek Jawa, dan sebagainya. Kedua, ragam bahasa berdasarkan penutur terbagi menjadi ragam golongan cedekiawan dan ragam golongan bukan cendekiawan. Ketiga, ragam bahasa berdasarkan sarana terbagi menjadi ragam lisan dan ragam tulisan. Keempat, ragam bahasa berdasarkan bidang penggunaan terbagi menjadi ragam ilmu, ragam sastra, ragam surat kabar, ragam undang-undang, dll. Kelima, ragam bahasa berdasarkan suasana penggunaan, terbagi menjadi ragam resmi dan ragam santai.
Tradisi Lisan
Sudah tahukah kamu bahwa banyak kekayaan budaya yang berbentuk lisan? Sudah pernahkah kamu mendengarkan tembang geguritan, kidung, dan lain-lain? Pernahkah pula melihat wayang kulit, wayang orang, orang berpantun, dan segala bentuk cerita yang disampaikan secara lisan? Tahukah kamu apa yang dimaksud dengan tradisi lisan? Berbagai daerah di Indonesia memiliki tradisi lisan tersebut. Daerah Sabang hingga daerah Merauke memiliki tradisi lisan tersebut. Tradisi lisan memiliki banyak jenis dan memiliki muatan pesan yang sangat baik.
Konsep Tradisi Lisan
Dikutip dari Amir Rochyatmo, tradisi lisan adalah folklor lisan yang dirumuskan sebagai bagian kebudayaan yang diciptakan, disebarluaskan, dan diwariskan dalam bentuk kelisanan, seperti cerita rakyat dan nyanyian rakyat. Adat kebiasaan secara turun menurun dari nenek moyang yang masih diperlukan dalam masyarakat. Melalui Amir Rochyatmo, Danandjaja menjelaskan bahwa tradisi lisan adalah bagian dari folklor. Dikutip dari Danandjaja, folklor adalah kolektivitas yang tersebar secara turun temurun dalam versi yang berbeda-beda baik bentuk lisan maupun yang disertai gerak isyarat atau alat pembantu pengingat. Lebih lanjut, dikutip dari Amir Rochyatmo, Danandjaja mengatakan bahwa tradisi lisan memiliki ciri-ciri: penyebaran dan pewarisan secara lisan, bersifat tradisional, memiliki berbagai versi bukan variasi, anonim, bentuknya berpola, milik bersama, bersifat polos, lugu, dan spontan.
Dalam bentuk lisan, terdapat kata-kata yang seolah dijalin satu sama lain, serta terjadi perhentian sebentar atau agak lama pada beberapa tempat disertai suara menaik atau menurun. Kata-kata yang dibunyikan itu diiringi dengan gerakan alis, tangan, kepala, atau pun bahu. Di samping itu, bentuk lisan dapat ditranskripsikan dengan menuangkan hasil ujaran ke dalam bentuk simbol atau gambar. Berkaitan dengan kebahasaan, Gorys Keraf lebih jauh membagi hal kebahasaan ke dalam dua hal; yakni bentuk dan makna. Aspek bentuk dapat dikategorikan ke dalam dua hal; yakni segi segmental dan suprasegmental. Segi segmental, unsur bahasa dapat dibagi ke dalam beberapa jenis; yaitu wacana, kalimat, frasa, kata, morfem, fonem. Pada segi suprasegmental, beberapa hal yang perlu menjadi perhatian adalah tekanan keras, tekanan tinggi (nada), tekanan panjang, dan intuisi.
Perkembangan Tradisi Lisan
Dewasa ini perkembangan tradisi lisan mengalami kemajuan yang cukup pesat. Terlebih lagi dengan adanya media elektronik seperti televisi, radio, bahkan internet. Sarana seperti itu yang kemudian dapat melestarikan dan menyebarkan tradisi lisan hingga ke seluruh Indonesia, bahkan ke luar negeri. Tradisi lisan awalnya adalah berbentuk lisan, namun dalam perkembangannya di samping dilakukan perekaman, juga dilakukan pencatatan. Tradisi lisan kemudian menjadi bentuk tulis. Sesungguhnya tradisi lisan tersebut masih berbentuk lisan, hanya saja dilakukan pencatatanpencatatan agar tradisi lisan tersebut tidak raib. Namun demikian, aplikasi tetap dilakukan dengan lisan. Perubahan tradisi lisan tersebut antara lain disebabkan semakin berkembangnya media massa dan elektronika. Beragam bentuk tradisi lisan baik sejak zaman prasejarah hingga masa kontemporer, dikemas oleh media massa ke dalam beragam bentuk tayangan. Dampaknya adalah orang yang melihat tayangan tersebut akan menyebarluaskan tradisi lisan dalam bentuk baru.
Sumber :
Danandjaja, James. Folklor Indonesia Ilmu gosip, dongeng, dan lain-lain. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
Koentjaraningrat. 1994. Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka.
Leave a Reply