Malam suro di Ambarawa

Posted by: tyasdika in Antropologi Add comments

imagesSura adalah bulan yang sakral biasanya untuk memperingati arwah leluhur ada juga yang memeperingti seperti di solo adanya arak-arakan kebo bule dan sesaji. ketika malam sasi suro saya memutuskan untuk pergi ketempat nenek saya untuk melihat acara sasi suro yang dilaksanakan di desa nenek saya, yaitu ngampin.

Kampung nenek saya banyak yang masih percaya tentang adat istiadat Jawa dan juga masih mempunyai kesenian seperti reog dan campursari. Di setiap bulan sura ini tepatnya di malam sura di desa nenek saya juga ada perayaan seperti membuat nasi gudangan lalu di makan bersama-sama sedesa dan mengadakan acara ‘lek-lekan’ yaitu bergadang bersama sampe pagi ada pun para dukun reog mereka mencuci reognya di kali pada tengah malam gunanya agar setiap manggung tidak terjadi hal yang tidak di inginkan seperti kecelakaan atau hal yang kurang baik bagi seluruh pemain reok. Bahkan kegiaatan seperti itu di lakukan setiap malam sura. Bahkan biasanya untuk memperingati suranan desa kami juga ada tontonan reog sehari penuh, dan juga pada bulan sura. Selain pertunjukan reok ada juga arak-arakan mengelilingi desa dan sekitarnya, sambil membawa obor dan perlengkapan seperti umbul-umbul dan alat musik gamelan . Mulai dari orang tua, remaja sampai anak-anak semua ikut dalam arak-arakan tersebut. Arak- arakan ini dilaksanakan sebelum acara ‘ngumbah reok’ atau mencuci reok atau pusaka lainnya. Setelah acara ngumbah reok itulah mulai diadakan acara ‘lek-lekan’
Acara sasi suro dilaksanakan di lapangan yang sebelumnya sudah dipasang tratak terlebih dahulu. Dalam pemasang tratak pada pagi hari sebelum acara dimulai bapak-bapak bergotong royong untuk memasanyanya disini terlihat nilai kebersamaan yang di tunjukan oleh warga masyarakat nagampin.
Biasanya ketika ‘lek-lekan’ masyarakat memakan makanan yang sudah disediakan oleh ibu- ibu pada siang harinya. Makanan tersebut di santap bersama-sama setelah pemotongan tumpeng. Makanan yang harus ada di setiap sasi suro atau kegiatan lainnya yang memiliki nilai magis bagi masyarakat adalah tumpeng dan ingkung, seperti di tempat saya kegiatan malam suro juga harus memotong tumpeng dan menyediakan ayam tumpeng berserta lauk pauk pendukung lainnya.

Tulisan ini adalah hasil dari tugas religi dan etika Jawa

Leave a Reply