Skip to content


Menuju Zona Nyaman Baru

Suatu siang mata saya menangkap sesosok dosen yang tergesa mengambil sepeda dari tempat parkir sebuah fakultas. Layaknya pejabat di universitas ini, beliau berpakaian lengkap: kemeja putih, berdasi dan bercelana kain. Perlente. Sirat wajahnya menunjukkan kearifan. Tak kurang dari lima menit sosoknya sudah hilang di kelokan. “Saya ke Rektorat ya dik” sapanya tadi saat melewati ruang saya, Tak demonstratif.

Tak hanya siang itu, hari-hari berikut sangat sering melihat beliau bersepeda dalam pakaian dinas.Menakjubkan mata saya.

Pernah suatu ketika saya bertanya pada beliau, “Kenapa tidak pakai mobil dinas Pak?, sontak dia jawab, “Wah..mumpung ada sepeda dinas dik” sambil tergelak. Jawaban yang sama sekali tidak bercanda menurut saya. Good answer, good point.

Sebuah realita di tengah hingar bingar 

Universitas Negeri Semarang ‘setapak demi setapak’ telah memulai cita-citanya dengan membangun citra diri dan tampilan fisik sebagai wujud semangat global tersebut. Lihatlah wajah Unnes sekarang, tiap jengkal tanahnya berdiri pohon dan bunga. Hijau, asri, estetis. Lihatlah citra Unnes, sarat nuansa konservasi.

Aturan buatan manusia menjadi tidak penting jika “dibenturkan” dengan kemauan nurani. Lebih murni datangnya.

Seperti realita di atas, beliau tak peduli lagi dengan aturan wajib bersepeda di lingkungan kampus, seperti halnya tak peduli saat pejabat -serupa beliau- tak melaksanakan kewajiban itu. Tak penting lagi.

Yang beliau jalankan adalah mengikuti nurani, mengikuti hati yang “kebetulan” menjadi kewajiban yang tertuang dalam peraturan lembaga.

Suatu sore, saat usai jam kerja saya berkesempatan berbincang panjang lebar soal semangat konservasi nyata secara oleh seluruh sivitas akademika. Saya berpandangan memang sangat sulit saat kita harus mengubah pola pikir orang banyak atas ide besar kita. Mengubah pola pikir orang yang berada dalam posisi “zona nyaman”-nya lebih berat ketimbang saat dia berada dalam zona tak nyaman..

Zona nyaman ternyata berada diantara nilai minimal dan maksimal yang kita tentukan sendiri harganya, dan tendensi kita membawa kenyamanan bila apa yang kita dapat berada pada range tersebut. Bila kurang, kita terancam, dan kalau terlalu lebih, kita jadi tak nyaman.

Zona nyaman itu adalah zona dimana kita merasa nyaman untuk melakukan sesuatu tanpa ada tekanan. Zona dimana semua urusan terlihat terang benderang, dan kita sangat terganggu jika suatu saat zona itu terancam oleh hal yang kita anggap ‘tidak seharusnya’ ada.

Satu-satunya cara meraih kemajuan cita-cita adalah dengan menggeser zona nyaman. Mengeser batas atas zona nyaman ke tingkat yang lebih tinggi, begitu juga dengan batas bawahnya.

Menggeser Zona Nyaman

Unnes punya zona nyaman baru yang akan dituju yaitu kampus yang mendukung penuh upaya konservasi, menjunjung tinggi prinsip perlindungan, pengawetan, pemanfaatan dan pengembangan secara lestari terhadap sumberdaya alam dan budaya luhur bangsa. Zona nyaman yang baru ini menjadi tujuan yang amat berat di saat tidak semua komponen dalam lembaga ini belum sepenuh hati bersama-sama berupaya “menggeser” zona nyaman yang ada sekarang ke zona nyaman baru yang lebih tinggi.

Dalam teori psikologi ada beberapa alat pada diri kita yang dapat digunakan untuk menggeser zona nyaman:

  1. Bird Eye View (Pandangan Mata Burung)

Bird Eye View adalah alat untuk membuat kita menjadi observer (pengamat) atas diri kita sendiri. Dengan begitu, kita akan tahu kondisi diri kita yang sesungguhnya seperti apa. Alat ini berguna untuk membuat kita jadi tahu zona nyaman kita dan batas-batasnya.

  1. Basic Consciousness (Kesadaran Dasar)

Kesadaran akan muncul ketika kita membenarkan hasil pengamatan tersebut dan mengakuinya secara jujur. Kesadaran seperti ini disebut sebagai kesadaran dasar. Kesadaran dasar adalah alat untuk bisa meningkatkan tingkat kesadaran kita.

Alat ini berguna untuk membuat kita mengakui dan menerima kondisi zona nyaman anda apa adanya dan tidak mengingkarinya (denial).

  1. Freewill (Kehendak Bebas)

Kehendak bebas adalah kemampuan anda untuk menentukan apa yang kita kehendaki dan membebaskan diri dari berbagai belenggu norma-norma kebiasaan.

Alat ini berguna agar anda kita menetapkan batas-batas zona nyaman anda yang baru.

  1. Belief (Keyakinan)

Keyakinan adalah apa yang kita anggap benar. Keyakinan berguna agar kita tetap teguh dengan keputusan kita membuat batas-batas baru dan terlepas dari keraguan yang melemahkan. Alat ini benar-benar kita perlukan karena batas-batas baru tersebut mungkin suatu hal yang tidak kita ketahui. For something you don’t know, you need to belief it.

  1. Value (Nilai)

Nilai adalah apa yang kita anggap benar dan penting (Keyakinan yang dipentingkan). Membuat batas-batas zona nyaman kita yang baru sebagai sebuah nilai. Buat batas-batas tersebut sebagai hal yang penting untuk kita. Cirinya, kita akan merasa tidak nyaman ketika hal yang penting untuk diri kita itu kita ingkari.

  1. Action (Tindakan)

Tindakan adalah alat mengubah freewill, belief dan value menjadi sebuah fakta kebenaran (truth). Buat rencana pencapaian. Mulailah beraksi,dari yang kita bisa dan punya. Bukan dari yang kita tidak bisa dan tidak punya. Setelah mulai bertindak sesuai dengan yang kita bisa, teruslah belajar hal-hal yang kita tidak bisa. Dengan begitu, kebisaan kita bisa meningkat.

Nah, kini kita sudah paham kan apa itu zona nyaman dan bagaimana cara keluar dari zona nyaman lama? Siapa bilang keluar dari zona nyaman itu mudah? Karena memang kita sudah terlanjur menikmatinya, butuh perjuangan yang cukup signifikan atau loncatan yang berani untuk melepaskan diri dari jeratan keberhasilan sementara menuju keberhasilan yang sebenarnya.

Dari Unnes yang sekarang menjadi Unnes Baru : Universitas Konservasi.

 

Seperti sepenggal cerita di atas. Dengan ketulusan hati ternyata upaya ikut berpartisipasi menuju zona nyaman yang baru : mewujudkan “universitas konservasi” menjadi pekerjaan yang mulia.

Memuliakan diri dengan melakukan hal-hal yang kita bisa untuk upaya konservasi, dengan nurani yang merdeka.

 

(Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Lomba Blog Dosen dan Tendik. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan jiplakan)

Posted in Bicara Konservasi.

Tagged with .


0 Responses

Stay in touch with the conversation, subscribe to the RSS feed for comments on this post.



Some HTML is OK

or, reply to this post via trackback.



Lewat ke baris perkakas