Haii semua.. kali ini saya memposting tugas kuliah saya di semester 5 yaitu tugas Mata Kuliah Antropologi Pendidikan mengenai Pendidikan Moral dalam Komunitas Harapan
Pendidikan bertujuan bukan hanya membentuk manusia yang cerdas otaknya dan terampil dalam melaksanakan tugas, namun diharapkan menghasilkan manusia yang memiliki moral, sehingga menghasilkan warga negara yang baik. Oleh karena itu pendidikan tidak hanya semata-mata mentransfer ilmu pengetahuan kepada anak-anak, tetapi juga mentransfer nilai-nilai moral dan nilai-nilai kemanusiaan. Dengan mentransfer nilai-nilai moral dan nilai-nilai kemanusiaan tersebut diharapkan anak-anak dapat menghargai kehidupan orang lain yang tercermin dalam tingkah laku serta aktualisasi diri, semenjak usia dini hingga kelak dewasa menjadi warga negara yang baik.
Dalam kenyataannya, manusia Indonesia (anak anak sampai remaja) saat ini khususnya di Kampung Sumeneban, Kelurahan Kauman Semarang kurang memperhatikan moral yang tercermin dari perilaku dan ucapan yang tidak menghormati nilai-nilai kemanusiaan. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, seperti lokasi kampung yang dekat dengan Pasar Johar yang terkenal keras dan kesibukkan para orang tua dalam mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, sehingga mereka lupa memberikan perhatian lebih kepada anak-anaknya yang hidup lebih bebas tanpa adanya kontrol dan pengawasan. Mirisnya lagi, anak-anak tersebut tidak menyadari bahwa apa yang mereka lakukan adalah perbuatan yang tidak terpuji, karena menurut mereka itu adalah sesuatu yang biasa mereka lihat dan mereka dengar sehingga menyebabkan mereka untuk meniru perilaku tersebut.
Dari realita diatas melatarbelakangi memunculnya komunitas sebagai wadah bagi anak-anak kampung Desa Sumeneban, kelurahan Kauman Semarang untuk memperbaiki moral anak-anak dilingkungan tersebut. Sebagai lembaga yang bergerak pada pendidikan informal, komunitas harapan memilki strategi internalisasi nilai-nilai moral dan nilai-nilai kemanusiaan.
Gambaran Umum Pendidikan di Komunitas Harapan
Komunitas Harapan Semarang dibentuk sebagai wadah sosial pendidikan untuk anak–anak usia sekolah (PAUD,TK, SD dan SMP). Berbagai kegiatan dilakukan sebagai upaya membekali anak-anak agar bisa lebih maju. Seperti kegiatan belajar dan bermain yang positif dan mendidik serta berbasis kekeluargaan. Komunitas ini dibentuk pertama kali oleh Agung Setia Budi atau yang akrab disapa Agung Wong, salah seorang warga Kampung Sumeneban, Kelurahan Kauman Semarang pada tanggal 2 Januari 2013. Pada tanggal tersebut kegiatan belajar dan bermain untuk pertama kalinya dimulai dan hanya diikuti belasan anak saja. Latar belakang dibentuknya komunitas ini berangkat dari keprihatinan Agung Wong melihat kondisi anak-anak di sekitar tempat tinggalnya di lingkungan RW.04 dan RW.05 Kelurahan Kauman. Kehidupan anak-anak yang tumbuh dan besar dilingkungan yang tidak sepenuhnya kondusif dalam membentuk mental dan kepribadian, menimbulkan kekhawatiran besar akan masa depan mereka. Apalagi lokasi kampung yang sangat dekat dengan Pasar Johar yang terkenal keras, dan kesibukan para orang tua dalam mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, membuat orang tua sedikit lupa memberikan perhatian lebih kepada anak-anaknya sehingga anak-anak pun hidup lebih bebas tanpa adanya kontrol dan pengawasan. Hasilnya anak-anak pun sering melakukan tindakan yang kurang terpuji bahkan lepas kontrol karena mereka hidup mencontoh dari orang-orang disekitar lingkungan mereka yang mayoritas belum bisa memberikan contoh perilaku yang baik. Sehingga tidaklah heran kalau menjumpai anak-anak di kampung Sumeneban yang sudah fasih berbicara kasar dan saru (tidak sopan/ kotor).
Dari sinilah Komunitas Harapan lahir sebagai wadah tempat bermain dan belajar untuk anak-anak agar mereka mendapatkan contoh pembelajaran tentang perilaku mana yang baik dan mana yang buruk, sehingga diharapkan mereka bisa dan mampu menyaring sendiri perilaku mana yang layak ditiru dan tidak boleh ditiru berdasarkan lingkungan tempat tinggal mereka. Selanjutnya, seiring berjalannya waktu dan bergabungnya beberapa Relawan Nekatz, sistem pengajaran di Komunitas Harapan terus mengalami rekonstruksi pengajaran menyesuaikan dengan situasi dan kondisi dilapangan serta kebutuhan anak-anak ajarnya. Dalam melaksanakan kegiatannnya, Komunitas Harapan menerapkan sistem memberikan kesempatan belajar secara berjenjang yakni kakak kelas memberikan arahan atau membantu adik kelasnya dalam kegiatan bermain dan belajar, sehingga sejak dini anak-anak timbul sikap saling menyayangi dan menghormati. Dengan kegiatan ini diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk menuangkan ide, bermain, berkreasi, dan meningkatkan kepercayaan dirinya masing-masing. nama komunitas “harapan” adalah akronim dari hari-hari anak bermasa depan dan harapannya masa depan yang nanti mereka jalani sesuai dengan impian dan cita-cita yang sudah mereka gantungkan sejak masih anak-anak. Harapannya juga, anak-anak yang dididik oleh Komunitas Harapan menjadi anak-anak generasi masa depan yang sukses dan berhasil, bertanggung jawab, menjadi inspirasi bagi orang lain, serta bisa membuat bangga orang tua mereka masing-masing.
Strategi yang digunakan Komunitas Harapan dalam internalisasi nilai dan moral anak.
Sebagai lembaga yang bergerak pada pendidikan informal, komunitas harapan tidak hanya berorientasi pada aspek akademis semata dalam rangka penguasaan ilmu dan teknologi tetapi juga mengembangkan kecerdasan intelektual, emosional,dan spiritual. Karena itulah internalisasi nilai-nilai moral dalam proses pembelajaran merupakan bagian penting yang perlu dikembangkan agar ilmu yang didapat anak-anak bisa bermanfaat.
Nilai dan moral merupakan dua konsep berbeda yang dalam penggunaannya seringkali disandingkan. Maka disini komunitas harapan akan membahas dari dua aspek tersebut yang nantinya akan bermanfaat bagi anak-anak. Strategi dari aspek nilai memiliki beberapa hal yang penting diantaranya Keyakinan, keyakinan terhadap keberadaan Tuhan akan menimbulkan komitmen kuat untuk selalu memberikan yang terbaik untuk anak-anak dan bangsa. Kemudian patokan atau standar pola-pola pilihan yang dapat membimbing seseorang atau kelompok ke arah yang lebih baik. patokan atau kriteria tersebut memberi dasar pertimbangan kritis tentang pengertian religius, estetika, dan kewajiban moral.
Selanjutnya strategi dari aspek moral terdiri dari kelakuan, watak, akhlak. moral sebagai prinsip baik-buruk yang ada dan melekat dalam diri seseorang. Dengan demikian, hakikat dan makna moralitas dapat dilihat dari cara individu yang memiliki moral dalam mematuhi maupun menjalankan aturan. Aturan itu seharusnya dipatuhi bukan untuk dilanggar tetapi anak-anak masih kebanyakan tidak menghargai aturan tersebut. Dari situlah moral kedisiplinan masih perlu ditingkatkan lagi guna untuk mematuhi aturan. Selain kedisiplinan, kelakuan juga perlu diperhatikan lagi agar anak-anak dapat membedakan antara hal yang baik dan yang buruk. Disitulah akhlak dapat diukur dari segi kelakuan yang mereka lakukan.
Recent Comments